Dongeng Terjadinya meriam Ki Setomi dan Nyai Setomi

Dongeng Terjadinya meriam Ki Setomi dan Nyai Setomi - Hallo semuanya Pembaca Berita, Pada postingan berita kali ini yang berjudul Dongeng Terjadinya meriam Ki Setomi dan Nyai Setomi, telah di posting di blog ini dengan lengkap dari awal lagi sampai akhir. mudah-mudahan berita ini dapat membantu anda semuanya. Baiklah, ini dia berita terbaru nya.

Judul Posting : Dongeng Terjadinya meriam Ki Setomi dan Nyai Setomi
Link : Dongeng Terjadinya meriam Ki Setomi dan Nyai Setomi
Dongeng Terjadinya meriam Ki Setomi dan Nyai Setomi. Dahulu kala di Desa Sukopuro, Jawa Tengah, terbisa  gubuk kecil yang sangat sederhana. Dindingnya terbuat dari kayu dan bambu.  Atapnya tersusun dari rumput ilalang.  Di gubuk itulah hidup dengan rukun sepasang suami istri yang sudah lanjut usia. mereka bernama Ki Setomi dan Nyai Setomi.
Pada waktu itu, Desa Sukopuro dan wilayah di sekitarnya belum mempunyai raja sebagai pemimpin. Oleh sebab itu, setiap malam Keluarga Setomi selalu berdoa kepada  Dewata supaya diberi seorang raja yang bijaksana, yang bisa memimpin kerajaannya menjadi  negara yang besar.
Pada suatu malam, Ki Setomi menerima ilham bahwa ia harus pergi menuju  gua di Gunung Gutaka (muria), sebagai menemukan raja itu. maka setelah berpamitan dengan istrinya, berangkatlah ia ke gua Gunung Gutaka. Disana ia bersemedi selama tujuh hari tujuh malam. Selama bersemedi Ki Setomi banyak menbisa gangguan dari makhluk-makhluk gaib. Akan akan tetapi, berkat keteguhannya ia sama sekali tidak tergoyahkan.
Di malam yang ketujuh, datang seorang pemuda berpakaian bangsawan. Ki Setomi lalu menebak bahwa orang itu ialah seorang pangeran.
“Sipakah engkau, wahai Pangeran muda?”, tanya Ki Setomi.
“maaf mengganggu semedi Anda”, jawab pemuda itu,”Saya Raden Banjaransari, kesatria dari Kerajaan Kahuripan yang sedang berkelana atas perintah Raja.”
“Kalau boleh tahu, mengapa Pangeran muda berkelana?”, tanya Ki Setomi lagi.
“Saya ditugaskan sebagai mencari pusaka kerajaan yang hilang. Telah jauh saya cari, akan tetapi belum juga ditemukan. Saya telah tersesat di daerah yang dipenuhi oleh jin, yang sebenarnya merupakan keraton makhluk halus Kerajaan Sigaluh. Sebab tersesat, kini saya hidup di alam mereka”, kata sang pangeran muda.
Ki Setomi terdiam sejenak, ia yakin bahwa pemuda dihadapannya merupakan calon raja yang selama ini dinanti- nantikan. maka Ki Setomi pun memberitahu pemuda  itu  alasan ia bersemedi.
“Betulkah itu Kakek?”, tanya Raden Banjaransari dengan kagum setelah mendengar alasan Ki Setomi bersemedi.
“Ya, saya bersama anak cucu saya berjanji sebagai mengabdi kepada Pangeran muda.
“Kalau begitu, tunggulah beberapa hari lagi. Saya berjanji akan datang ke desa Anda”, sesudah berkata begitu Raden Banjaransari pun menghilang.
Ki Setomi terkejut menatapnya, akan tetapi ia tidak takut. Sebaliknya, ia bersyukur kepada Dewata sebab tapanya telah

terkabul. Segera, ia pulang kembali ke Desa Sukopuro sebagai mengabarkan beritanya.
Sekembalinya di Desa Sukopuro, Ki Setomi segera mengumpulkan seluruh kerabatnya, ia lalu menceritakan pengalamannya tersebut. mula-mula, mereka tidak mempercayai kisahnya. akan tetapi, menatap kesungguhan Ki Setomi, mereka mau percaya juga. Bahkan mereka bersedia mengikuti jejak Ki Setomi sebagai mengabdi kepada Raden Banjaransari.
Syahdan, Ki Setomi diterima pengabdiannya. Ia pun diangkat menjadi patih kerajaan oleh Raja Banjaransari.
Suatu malam, Raja Banjaransari bermimpi bahwa kerajaannya akan terkena malapetaka yang dahsyat. Sebagai menghindarinya, ia harus menemukan pusaka kerajaan yang tidak runcing, akan tetapi tajam bagaikan pisau sebagai tumbal. Raja Banjaransari pun memerintahkan Patih Setomi sebagai mencarinya.

Dengan    penuh    tanggung    jawab    Patih    Setomi melaksanakan    tugasnya.    Berhari-hari    Patih    Setomi mengembara di hutan belantara, akan tetapi pusaka yang dimaksud belum juga ditemukan. Sebab kurang makan dan tidur, badan Patih Setomi menjadi kurus dan kering. Akhirnya, di  gua ia memutuskan sebagai bertapa. Ia tutupi tubuhnya dengan jubah putih selama berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan- bulan, hingga akhirnya telah satu tahun Patih Setomi tidak pulang.

Nyai Setomi yang ditinggalkan di kepatihan sedih  hatinya. Ia khawatir suami yang dicintainya telah meninggal dunia. Akhirnya, Nyai Setomi memutuskan sebagai menyusul suaminya. Berkali-kali Nyai Setomi keluar masuk hutan, tanpa mengetahui dimana sang suami. Setelah begitu lama, ia pun berhasil menemukan sumainya sedang bertapa. Sebagai istri yang setia, ia lalu menemani Ki Setomi bertapa.
Sebab pengorbanan yang besar kepada raja, Dewata pun mengabulkan permohonan kedua insan itu. Roh mereka dibawa ke kayangan sedangkan jasmani mereka ditinggalkan dan diubah menjadi sepasang meriam kembar. Sepasang meriam itu, kemudian dibawa ke istana. Tidak mudah mengangkatnya, Seluruh tenaga punggawa telah dikerahkan, akan tetapi kedua meriam itu tidak juga terangkat. Barulah ketika raja dan permaisuri ikut serta mengangkat, meriam itu bisa dipindahkan ke istana. Sepasang meriam itu juga ditemukan berkat mimpi yang dibisa raja.
Sebagai menghormatinya, meriam Ki Setomi menbisa nama khusus, yaitu Ki Pekik; kata pekik berarti bagus. Kedua meriam itu hingga sekarang disimpan sebagai pusaka Keraton.

Pesan moral:
Legenda terjadinya meriam Ki Setomi dan Nyai Setomi menmberi ispirasi kepada rakyat sebagai berjiwa patriot dan rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara.
 



Demikianlah Info postingan berita Dongeng Terjadinya meriam Ki Setomi dan Nyai Setomi

terbaru yang sangat heboh ini Dongeng Terjadinya meriam Ki Setomi dan Nyai Setomi, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian info artikel kali ini.

Anda sedang membaca posting tentang Dongeng Terjadinya meriam Ki Setomi dan Nyai Setomi dan berita ini url permalinknya adalah https://indodongeng.blogspot.com/2017/10/dongeng-terjadinya-meriam-ki-setomi-dan.html Semoga info lowongan ini bisa bermanfaat.

Subscribe to receive free email updates: