Raden Ajeng KARTINI
Raden Ajeng KARTINI - Hallo semuanya Pembaca Berita, Pada postingan berita kali ini yang berjudul Raden Ajeng KARTINI, telah di posting di blog ini dengan lengkap dari awal lagi sampai akhir. mudah-mudahan berita ini dapat membantu anda semuanya. Baiklah, ini dia berita terbaru nya.
Judul Posting : Raden Ajeng KARTINI
Link : Raden Ajeng KARTINI
Anda sedang membaca posting tentang Raden Ajeng KARTINI dan berita ini url permalinknya adalah https://indodongeng.blogspot.com/2013/11/raden-ajeng-kartini.html Semoga info lowongan ini bisa bermanfaat.
Judul Posting : Raden Ajeng KARTINI
Link : Raden Ajeng KARTINI
RA. Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879 di Mayong Jepara. Putri seorang Bupati Jepara bernama RM. Adipati Ario Satrodiningrat Apa sebabnya RA. Kartini berhasil menobatkan diri sebagai pahlawan nasional bahkan setiap tahun tanggal kelahirannya selalu diperingati sebagai hari besar nasional ? Apakah hanya karena beliau seorang bangsawan putri seorang Bupati itu ? Untuk menjawab pertanyaan tersebut silahkan mengikuti paparan singkat tentang tingkah laku dan riwayat hidup RA. Kartini dibawah ini.
Secara materiil sejak masih kanak-kanak Raden Ajeng Kartini selalu hidup dalam keadaan serba kecukupan. Maklumlah beliau adalah anak bangsawan. Anak seorang bupati yang setiap hari selalu bergelimang harta.
Meski kehidupan RA. Kartini seperti itu hal tersebut tidak membuat beliau kemudian bersikap manja. Beliau malah selalu merasa sedih demi menyaksikan kehidupan rakyat kecil di sekitarnya yang selalu menderita dan tertekan serta terperosok dalam jurang kebodohan.
Melihat kenyataan seperti ini memang RA. Kartini dapat memaklumi. Jangankan rakyat kecil disekitarnya tidak terperosok oleh kebodohan dan keterbelakangan, dirinya yang berstatus sebagai putri bangsawan saja merasakan hal seperti yang dirasakan oleh kaumnya. Beliau sendiri merasa dipojokkan oleh aturan yang sengaja diciptakan oleh penjajah dan adat tradisi pingitan yang sudah dikerjakan secara turun temurun. Artinya beliau harus mau dipingit untuk tidak keluar rumah sampai ada seseorang laki-laki yang melamarnya untuk dijadikan seorang istri. Tradisi itulah yang menyebabkan beliau dan kaumnya terjerumus dalam kebodohan dan keterbelakangan.
Menyadari keberadaanya seperti ini meski berada dalam keadaan dipingit, beliau bercita-cita ingin menjadi seorang guru. Guru yang diidamkan adalah, guru yang mampu mengajar dan membimbing kaumnya ke arah yang lebih maju dan berkembang seperti halnya kaum lelaki. Beliau berpendapat bila seseorang anak wanita mampu dibina kecerdasan dan pola pikirnya, kelak bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang maju. Bangsa yang merdeka dan tidak terjajah oleh bangsa lain.
Pemikiran dan gagasan RA. Kartini tidak hanya terbatas sampai disini. Menurut RA. Kartini, dari wanitalah seseorang pertama-tama akan memperoleh pendidikan. Karena itu seorang wanita harus pandai. Harus memperoleh hak pendidikan yang sama dengan kaum lelaki.
Karena keinginan dan cita-cita RA. Kartini cukup besar beliau berniat menuntut ilmu ke Batavia atau Eropa. Tetapi setelah keinginan luhurnya itu disampaikan kepada orang tuannya, karena orang tuanya masih tetap berpegang teguh pada tradisi, keinginan RA. Kartini itu ditolaknya. Akhirnya RA. Kartini hanya mampu bergerak dan menyerap ilmu lewat sahabat-sahabat akrabnya yaitu : Ny. Abendanon, Ny Van Kol Parrey, Ny Stella Zehandelecer, Ny Ouink Soer dan Ny. De Booy.
Meski keinginannya untuk belajar ke Batavia atau Eropa tidak terkabul, setelah memperoleh ilmu dari para sahabatnya beliau berkeinginan mendirikan sekolah khusus untuk putri-putri bangsawan. Keinginan RA. Kartini untuk mendirikan sekolah bagi putri-putri bangsawan ini mendapat persetujuan ayahnya. Juga mendapat dukungan dari Mr. Stijthoff, residen Semarang.
Di saat sedang giat-giatnya mewujudkan rencana untuk mendirikan sekolah khusus untuk kaum wanita yang sekaligus memerangi tradisi yang menghimpit nasib kaumnya, tiba-tiba ayahnya memerintah agar beliau menikah. Di saat yang sama ayahnya menerima lamaran untuk nikah dengan Bupati Rembang bernama : RM. Adipati Ario Jayahadiningrat, yang sebenarnya telah mempunyai seorang istri. Dengan kata lain RA. Kartini akan dinikahkan untuk menjadi istri kedua dari Bupati Rembang.
Lagi-lagi karena tertantang tradisi yang mengikat memperoleh lamaran ini RA. Kartini harus berfikir dua kali. Jika menolak berarti beliau dapat dikatakan sebagai pembangkang bagi orang tuanya. Jika lamaran itu di terima berarti beliau masih kalah dengan tradisi sekaligus kehilangan harga diri dan martabat sebagai seorang wanita putri bangsawan.
Setelah dipikir masak-masak akhirnya perintah orang tua sekaligus lamaran Bupati Rembang itu diterimanya. Tetapi disertai satu sarat yang tidak boleh ditawar. Yaitu setelah menjadi istri Bupati harus diperbolehkan tetap membuka sekolah khusus untuk kaum wanita sekaligus menjadi gurunya.
Rupanya Bupati Rembang RM. Adipati Ario Jayahadiningrat menerima syarat yang diajukan seperti itu. Dan singkat cerita, setelah terjadi upacara pernikahan dan RA. Kartini diboyong ke Rembang sebagai seorang istri kedua, RA. Kartini melanjutkan cita-citanya untuk mengangkat derajat kaum wanita. Cara yang ditempuh yaitu mendirikan sekolah khusus kaum wanita dan mengadakan kursus-kursus tertentu yang mampu menambah ketrampilan kaum wanita. Semua itu beliau lakukan demi masa depan wanita itu sendiri di kemudian hari. Jika dirinya sekarang masih terpaksa menerima adat dan tradisi yang mengikatnya, hal itu semata-mata belum saatnya untuk melakukan perubahan secara total.
Dalam perjalanan berikutnya, setelah beliau menerima apa adanya sebagai seorang istri Bupati dengan tetap memperjuangkan cita-citanya begitu gigih, pada tahun 1904 beliau mulai hamil yang pertama. Hanya malangnya, ketika bayi yang dikandungnya lahir dengan selamat justru beliau langsung ditimpa sakit hingga akhirnya meninggal dunia dengan tenang pada tanggal 17 September 194. Dan bayinya yang baru lahir itu diberinya nama Raden Mas Susalit.
Kini RA. Kartini telah tiada tetapi cita-cita luhurnya untuk menjunjung derajat kaum wanita telah berkembang dan terlaksana. Emansipasi wanita telah menjadi kenyataan. Bahkan surat-suratnya yang sering dikirim kepada teman-temannya di negeri Belanda telah disusun dengan rapi berjudul : DOOR DULSTEFS TOF LIGHT yang artinya HABIS GELAP TERBITLAH TERANG.
Memang RA. Kartini adalah seorang pejuang wanita yang tangguh. Beliau mampu mengalahkan tradisi pingitan yang mengekang. Memperjuang dan mengangkat derajat kaum wanita. Jasanya sungguh luar biasa. Dan untuk mengenang jasa pahlawan yang dimakamkan didesa Bulu Rembang ini, setiap tanggal kelahirannya 21 April selalu diperingati sebagai hari besar nasional. Sebagai peringatan hari kelahiran beliau itu pula kita beramai-ramai berziarah ke makamnya sebagai bentuk ucapan sukur dan terima kasih yang tak terhingga atas jasa yang telah diberikan.
Secara materiil sejak masih kanak-kanak Raden Ajeng Kartini selalu hidup dalam keadaan serba kecukupan. Maklumlah beliau adalah anak bangsawan. Anak seorang bupati yang setiap hari selalu bergelimang harta.
Meski kehidupan RA. Kartini seperti itu hal tersebut tidak membuat beliau kemudian bersikap manja. Beliau malah selalu merasa sedih demi menyaksikan kehidupan rakyat kecil di sekitarnya yang selalu menderita dan tertekan serta terperosok dalam jurang kebodohan.
Melihat kenyataan seperti ini memang RA. Kartini dapat memaklumi. Jangankan rakyat kecil disekitarnya tidak terperosok oleh kebodohan dan keterbelakangan, dirinya yang berstatus sebagai putri bangsawan saja merasakan hal seperti yang dirasakan oleh kaumnya. Beliau sendiri merasa dipojokkan oleh aturan yang sengaja diciptakan oleh penjajah dan adat tradisi pingitan yang sudah dikerjakan secara turun temurun. Artinya beliau harus mau dipingit untuk tidak keluar rumah sampai ada seseorang laki-laki yang melamarnya untuk dijadikan seorang istri. Tradisi itulah yang menyebabkan beliau dan kaumnya terjerumus dalam kebodohan dan keterbelakangan.
Menyadari keberadaanya seperti ini meski berada dalam keadaan dipingit, beliau bercita-cita ingin menjadi seorang guru. Guru yang diidamkan adalah, guru yang mampu mengajar dan membimbing kaumnya ke arah yang lebih maju dan berkembang seperti halnya kaum lelaki. Beliau berpendapat bila seseorang anak wanita mampu dibina kecerdasan dan pola pikirnya, kelak bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang maju. Bangsa yang merdeka dan tidak terjajah oleh bangsa lain.
Pemikiran dan gagasan RA. Kartini tidak hanya terbatas sampai disini. Menurut RA. Kartini, dari wanitalah seseorang pertama-tama akan memperoleh pendidikan. Karena itu seorang wanita harus pandai. Harus memperoleh hak pendidikan yang sama dengan kaum lelaki.
Karena keinginan dan cita-cita RA. Kartini cukup besar beliau berniat menuntut ilmu ke Batavia atau Eropa. Tetapi setelah keinginan luhurnya itu disampaikan kepada orang tuannya, karena orang tuanya masih tetap berpegang teguh pada tradisi, keinginan RA. Kartini itu ditolaknya. Akhirnya RA. Kartini hanya mampu bergerak dan menyerap ilmu lewat sahabat-sahabat akrabnya yaitu : Ny. Abendanon, Ny Van Kol Parrey, Ny Stella Zehandelecer, Ny Ouink Soer dan Ny. De Booy.
Meski keinginannya untuk belajar ke Batavia atau Eropa tidak terkabul, setelah memperoleh ilmu dari para sahabatnya beliau berkeinginan mendirikan sekolah khusus untuk putri-putri bangsawan. Keinginan RA. Kartini untuk mendirikan sekolah bagi putri-putri bangsawan ini mendapat persetujuan ayahnya. Juga mendapat dukungan dari Mr. Stijthoff, residen Semarang.
Di saat sedang giat-giatnya mewujudkan rencana untuk mendirikan sekolah khusus untuk kaum wanita yang sekaligus memerangi tradisi yang menghimpit nasib kaumnya, tiba-tiba ayahnya memerintah agar beliau menikah. Di saat yang sama ayahnya menerima lamaran untuk nikah dengan Bupati Rembang bernama : RM. Adipati Ario Jayahadiningrat, yang sebenarnya telah mempunyai seorang istri. Dengan kata lain RA. Kartini akan dinikahkan untuk menjadi istri kedua dari Bupati Rembang.
Lagi-lagi karena tertantang tradisi yang mengikat memperoleh lamaran ini RA. Kartini harus berfikir dua kali. Jika menolak berarti beliau dapat dikatakan sebagai pembangkang bagi orang tuanya. Jika lamaran itu di terima berarti beliau masih kalah dengan tradisi sekaligus kehilangan harga diri dan martabat sebagai seorang wanita putri bangsawan.
Setelah dipikir masak-masak akhirnya perintah orang tua sekaligus lamaran Bupati Rembang itu diterimanya. Tetapi disertai satu sarat yang tidak boleh ditawar. Yaitu setelah menjadi istri Bupati harus diperbolehkan tetap membuka sekolah khusus untuk kaum wanita sekaligus menjadi gurunya.
Rupanya Bupati Rembang RM. Adipati Ario Jayahadiningrat menerima syarat yang diajukan seperti itu. Dan singkat cerita, setelah terjadi upacara pernikahan dan RA. Kartini diboyong ke Rembang sebagai seorang istri kedua, RA. Kartini melanjutkan cita-citanya untuk mengangkat derajat kaum wanita. Cara yang ditempuh yaitu mendirikan sekolah khusus kaum wanita dan mengadakan kursus-kursus tertentu yang mampu menambah ketrampilan kaum wanita. Semua itu beliau lakukan demi masa depan wanita itu sendiri di kemudian hari. Jika dirinya sekarang masih terpaksa menerima adat dan tradisi yang mengikatnya, hal itu semata-mata belum saatnya untuk melakukan perubahan secara total.
Dalam perjalanan berikutnya, setelah beliau menerima apa adanya sebagai seorang istri Bupati dengan tetap memperjuangkan cita-citanya begitu gigih, pada tahun 1904 beliau mulai hamil yang pertama. Hanya malangnya, ketika bayi yang dikandungnya lahir dengan selamat justru beliau langsung ditimpa sakit hingga akhirnya meninggal dunia dengan tenang pada tanggal 17 September 194. Dan bayinya yang baru lahir itu diberinya nama Raden Mas Susalit.
Kini RA. Kartini telah tiada tetapi cita-cita luhurnya untuk menjunjung derajat kaum wanita telah berkembang dan terlaksana. Emansipasi wanita telah menjadi kenyataan. Bahkan surat-suratnya yang sering dikirim kepada teman-temannya di negeri Belanda telah disusun dengan rapi berjudul : DOOR DULSTEFS TOF LIGHT yang artinya HABIS GELAP TERBITLAH TERANG.
Memang RA. Kartini adalah seorang pejuang wanita yang tangguh. Beliau mampu mengalahkan tradisi pingitan yang mengekang. Memperjuang dan mengangkat derajat kaum wanita. Jasanya sungguh luar biasa. Dan untuk mengenang jasa pahlawan yang dimakamkan didesa Bulu Rembang ini, setiap tanggal kelahirannya 21 April selalu diperingati sebagai hari besar nasional. Sebagai peringatan hari kelahiran beliau itu pula kita beramai-ramai berziarah ke makamnya sebagai bentuk ucapan sukur dan terima kasih yang tak terhingga atas jasa yang telah diberikan.
Demikianlah Info postingan berita Raden Ajeng KARTINI
terbaru yang sangat heboh ini Raden Ajeng KARTINI, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian info artikel kali ini.
Anda sedang membaca posting tentang Raden Ajeng KARTINI dan berita ini url permalinknya adalah https://indodongeng.blogspot.com/2013/11/raden-ajeng-kartini.html Semoga info lowongan ini bisa bermanfaat.