JOKO TOLE
JOKO TOLE - Hallo semuanya Pembaca Berita, Pada postingan berita kali ini yang berjudul JOKO TOLE, telah di posting di blog ini dengan lengkap dari awal lagi sampai akhir. mudah-mudahan berita ini dapat membantu anda semuanya. Baiklah, ini dia berita terbaru nya.
Judul Posting : JOKO TOLE
Link : JOKO TOLE
Kita semua mungkin sudah pernah mendengar cerita tentang kebesaran Kerajaan Majapahit. Memang kerajaan Majapahit adalah sebuah kerajaan besar. Terletak di wilayah Mojokerto. Dibangun pertama kali oleh Raden Wijaya dan mencapai puncak keemasan saat kerajaan dipegang oleh Hayam Wuruk dengan patihnya Gajah Mada.
Setelah kerajaan berjalan bertahun-tahun, raja berganti-ganti, karena termakan usia, akhirnya bangunan kerajaan yang semula megah dan kokoh itu mengalami kerusakan. Salah satu kerusakan yang tampak jelas adalah pintu gerbang kerajaan. Karena adanya kerusakan ini sang raja segera bertitah kepada para punggawa kerajaan untuk membangun kembali pintu gerbang yang rusak itu. Maka dikumpulkanlah semua tukang bangunan yang telah ada.
Pembangunan gerbang kembali pun dimulai. Tetapi tiba-tiba muncul keanehan yang tak disangka-sangka sebelumnya. Yaitu setiap bangunan hampir selesai roboh lagi. Begitu seterusnya hingga berkali-kali. Setiap dibangun lagi hendak selesai tiba-tiba roboh. Hal ini membuat sang empu tukang bangunan sedih hatinya dan tidak habis pikir.
Anda sedang membaca posting tentang JOKO TOLE dan berita ini url permalinknya adalah https://indodongeng.blogspot.com/2010/05/joko-tole.html Semoga info lowongan ini bisa bermanfaat.
Judul Posting : JOKO TOLE
Link : JOKO TOLE
CERITA DARI MADURA - JAWA TIMUR
Kita semua mungkin sudah pernah mendengar cerita tentang kebesaran Kerajaan Majapahit. Memang kerajaan Majapahit adalah sebuah kerajaan besar. Terletak di wilayah Mojokerto. Dibangun pertama kali oleh Raden Wijaya dan mencapai puncak keemasan saat kerajaan dipegang oleh Hayam Wuruk dengan patihnya Gajah Mada.
Setelah kerajaan berjalan bertahun-tahun, raja berganti-ganti, karena termakan usia, akhirnya bangunan kerajaan yang semula megah dan kokoh itu mengalami kerusakan. Salah satu kerusakan yang tampak jelas adalah pintu gerbang kerajaan. Karena adanya kerusakan ini sang raja segera bertitah kepada para punggawa kerajaan untuk membangun kembali pintu gerbang yang rusak itu. Maka dikumpulkanlah semua tukang bangunan yang telah ada.
Pembangunan gerbang kembali pun dimulai. Tetapi tiba-tiba muncul keanehan yang tak disangka-sangka sebelumnya. Yaitu setiap bangunan hampir selesai roboh lagi. Begitu seterusnya hingga berkali-kali. Setiap dibangun lagi hendak selesai tiba-tiba roboh. Hal ini membuat sang empu tukang bangunan sedih hatinya dan tidak habis pikir.
Karena nuansa binggung dan sedih sang empu juru bangunan itu kemudian melakukan semedi untuk minta petunjuk kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Dari hasil semedi sang empu juru bangunan mendapat ilham petunjuk dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Menurut petunjuk ilham yang diterima, seluruh penduduk di Majapahit tidak ada yang mampu membangun kembali pintu gerbang karajaan yang telah rusak itu kecuali seorang pemuda bernama JOKO TOLE dari Madura. Oleh karena itu sang empu segera menghadap kepada raja. Melaporkan perihal ilham petunjuk yang telah diterimanya.
Rupanya sang raja berkenan juga menerima laporan sang empu tersebut. Akhirnya sang empu diperintahkan untuk memanggil Joko Tole yang ada di Madura itu. Joko Tole harus dibawa ke Majapahit untuk membantu membangun pintu gerbang kerajaan yang telah rusak.
“He pemuda tampan. Benar namamu Joko Tole?” tanya sang raja setelah Joko Tole menghadap sang raja.
“Beb..., betul Sinuwun!” jawab Joko Tole gugup.
“Apakah kamu sanggup membangun pintu gerbang ?”
“Sanggup Sinuwun!”
Singkat cerita setelah Joko Tole sanggup memenuhi perintah sang raja, selanjutnya segera mengumpulkan para pekerja. Mereka diajak bersama-sama membangun kembali pintu gerbang kerajaan Majapahit yang telah rusak. Setiap hari siang dan malam tak henti-hentinya mereka bekerja keras.
Rupanya Joko Tole adalah pemuda yang tangkas dan pintar. Dalam waktu yang tidak begitu lama ia bersama beberapa orang pekerja yang dipimpinnya telah berhasil menyelesaikan pembangunan pintu gerbang istana kerajaan yang diembannya. Dengan berhasilnya pekerjaan yang besar dan megah itu tentu sang raja merasa senang.
Atas jasa Joko Tole yang telah berhasil membangun kembali pintu gerbang yang megah itu sang raja tidak bersikap habis manis sepah dibuang. Beliau segera menganugrahkan hadiah yang istimewa yaitu Joko Tole diangkat menjadi pimpinan prajurit.
Pengabdian Joko Tole semakin tampak. Ia selalu berhasil dalam menjalankan tugas. Setiap ada pemberontak yang hendak menyerang kerajaan, secepat kilat segera ditumpasnya. Itulah pengabdian Joko Tole yang memang pantas dibanggakan.
Tetapi pengabdian Joko Tole yang tulus ini ada juga beberapa orang punggawa kerajaan yang merasa iri. Bagi mereka yang merasa iri segera menyebarkan isu bahwa pengabdian Joko Tole hanyalah pengabdian yang palsu. Pengabdian yang hanya mengharapkan hadiah dari sang raja.
Karena isu itu dihembuskan secara gencar akhirnya sampai pula terdengar oleh raja. Maka sang raja pun segera memanggil Joko Tole untuk menghadap. Sang raja ingin membuktikan kebenaran berita yang didengar itu.
“Joko Tole ... kamu tahu mengapa aku sengaja memanggilmu?” tanya sang raja setelah Joko Tole menghadap.
“Ampun Sinuwun, hamba tidak tahu.” jawab Joko Tole polos gemetaran.
“Baik, kamu kupanggil kemari akan kutanya. Maukah kamu kujodohkan dengan anakku yang buta?”
“Terima kasih Sinuwun. Hamba terima dengan senang hati.” jawab Joko Tole masih gemetar.
“Apakah kelak kamu tidak menyesal karena anakku hanya seorang wanita yang buta?”
“Kemurahan Sinumun adalah keangungan Tuhan yang harus kujunjung tinggi, Sinuwun!”
Setelah mendengar jawaban itu selang beberapa hari kemudian Joko Tole resmi dijodohkan dengan putri raja yang memang buta bernama Dewi Ratnadi. Saat upacara berlangsung meriah orang-orang yang tidak senang kepada Joko Tole sengaja meledek dan mencibir.
“Mempelainya lucu. Sungguh tidak serasi. Yang laki-laki cakep yang wanita buta. Andai aku yang laki-laki pasti akan lari. “ Demikian ejek orang yang tidak senang itu di depan Joko Tole. Meski begitu Joko Tole tidak sakit hati. Bahkan Joko Tole semakin menunjukkan kasih sayangnya kepada wanita yang baru saja dinikahinya itu.
Selesai acara peresmian perkawinan yang berarti secara resmi Joko Tole telah menjadi menantu sang raja Majapahit, Joko Tole segera meminta izin kepada sang prabu mengajak istrinya bertandang ke Sumenep tempat tinggal kedua orang tuanya. Oleh sang prabu, Joko Tole diizinkan membawa istrinya pulang ke Sumenep. Maka keberangkatannya diiringi oleh segenap prajurit dan para dayang yang harus membantu segala keperluan Dewi Ratnadi.
Setiba di pelabuhan Gresik kepergian mereka sempat terhenti beberapa lama. Ini disebabkan karena pelabuhan sedang ramai. Kapal penyeberang yang hendak ditumpangi menuju pulau Madura harus sabar menunggu giliran. Dalam keadaan seperti itu Joko Tole semakin menunjukkan rasa kasih sayangnya kepada istrinya yang buta itu.
Setelah mendapat giliran menyeberang, rombangan Joko Tole beserta para kerabat dan prajurit yang mengiringinya berangkatlah meninggalkan pelabuhan Gresik menuju pulau Madura. Dalam penyeberangan tak henti-hentinya mereka bersuka ria. Lebih-lebih bagi mempelai berdua, Joko Tole dan Dewi Ratnadi.
Rupanya dalam perjalanan mereka meski tidak kekurangan bekal apapun, dalam perjalanan yang jauh itu setelah mereka menginjakkan kaki di Pulau Madura, mereka merasa kelelahan juga. Bahkan bagi mempelai putri tiba-tiba badannya terasa basah berkeringat. Oleh karena itu Dewi Ratnadi berkata terus terang kepada suaminya minta dicarikan air untuk mandi.
Menerima permintaan dari istrinya itu Joko Tole mendadak binggung. Ini disebabkan karena di sekitar tempat itu memang tidak ada air. Karena binggungnya setelah ke sana ke mari Joko Tole tidak mendapat air, akhirnya Dewi Ratnadi diajak pergi ke suatu tempat. Di situ Joko Tole berdoa kepada Tuhan. Tidak lama berikutnya tongkat yang selalu dibawa oleh Dewi Ratnadi diminta. Tongkat itu kemudian ditancapkan ke tanah. Dan setelah dicabut kembali terjadilah keanehan yang luar biasa. Dari lubang bekas tongkat yang ditancapkan itu keluarlah air dengan derasnya. Air itu pun muncrat tepat mengenai muka Dewi Ratnadi. Dan anehnya, begitu kena air maka Dewi Ratnadi yang semula buta itu tiba-tiba dapat melihat dengan jelas.
“Mas ... aku dapat melihat Mas! Mataku tidak lagi buta ... !” kata Dewi Ratnadi kegirangan.
Bukan main senangnya Dewi Ratnadi. Juga Joko Tole. Karena sudah memperoleh air Dewi Ratnadi segera mandi dan berganti pakaian sendiri, karena matanya sudah tidak buta lagi. Hingga kini lobang dari bekas tancapan tongkat Dewi Ratnadi itu masih tetap mengeluarkan air bersih dan jernih. Sumber air itu disebut Sumber Soca yang artinya mata.
Karena sudah tidak lagi buta, untuk melanjutkan perjalanan berikutnya Dewi Ratnadi tidak perlu ditandu. Tetapi karena memang jarak yang ditempuh cukup jauh perjalanan membutuhkan waktu berhari-hari. Pada suatu hari ketika perjalanan mereka sampai pada suatu tempat, Dewi Ratnadi merasa kecapaian dan ingin mandi lagi. Untuk memperoleh air Dewi Ratnadi menancapkan tongkatnya lagi. Kali ini juga keluar air seperti waktu pertama kali Joko Tole yang menancapkan. Bahkan air yang keluar lebih deras lagi, hingga ketika Dewi Ratnadi mandi pakaian dalamnya hanyut terbawa air.
Hingga kini sumber mata air bekas Dewi Ratnadi menancapkan tongkatnya di sebelah timur laut kota Sampang itu masih deras mengeluarkan air yang disebut Sumber Omban. Artinya pakaian dalam. Menurut bahasa Madura Omban adalah pakaian dalam.
Dari sumber Omban Joko Tole dan Dewi Ratnadi beserta pengikutnya melanjutkan perjalanan. Setiba di Sumenep kedua mempelai ini disambut suka cita oleh kedua orang tuanya. Sementara itu yang menjadi bupati Sumenep adalah Saccadiningrat, yang tak bukan dan tak lain adalah kakak Joko Tole. Kabupaten Sumenep masih dalam wilayah Kerajaan Majapahit. Saat kedatangan Joko Tole bersama istrinya, usia Saccadiningrat sudah agak lanjut. Maka atas kedatangan adiknya ini semata-mata keamanan kabupaten Sumenep juga diserahkan kepada Joko Tole. Selanjutnya oleh Raja Majapahit, Joko Tole diangkat menjadi Bupati di Sumenep. Dalam kekuasaan Joko Tole kabupaten Sumenep semakin tentram. Rakyat hidupnya semakin tenang. Itulah sifat-sifat jujur dan kepahlawanan Joko Tole yang layak ditiru dan diteladani.
Rupanya sang raja berkenan juga menerima laporan sang empu tersebut. Akhirnya sang empu diperintahkan untuk memanggil Joko Tole yang ada di Madura itu. Joko Tole harus dibawa ke Majapahit untuk membantu membangun pintu gerbang kerajaan yang telah rusak.
“He pemuda tampan. Benar namamu Joko Tole?” tanya sang raja setelah Joko Tole menghadap sang raja.
“Beb..., betul Sinuwun!” jawab Joko Tole gugup.
“Apakah kamu sanggup membangun pintu gerbang ?”
“Sanggup Sinuwun!”
Singkat cerita setelah Joko Tole sanggup memenuhi perintah sang raja, selanjutnya segera mengumpulkan para pekerja. Mereka diajak bersama-sama membangun kembali pintu gerbang kerajaan Majapahit yang telah rusak. Setiap hari siang dan malam tak henti-hentinya mereka bekerja keras.
Rupanya Joko Tole adalah pemuda yang tangkas dan pintar. Dalam waktu yang tidak begitu lama ia bersama beberapa orang pekerja yang dipimpinnya telah berhasil menyelesaikan pembangunan pintu gerbang istana kerajaan yang diembannya. Dengan berhasilnya pekerjaan yang besar dan megah itu tentu sang raja merasa senang.
Atas jasa Joko Tole yang telah berhasil membangun kembali pintu gerbang yang megah itu sang raja tidak bersikap habis manis sepah dibuang. Beliau segera menganugrahkan hadiah yang istimewa yaitu Joko Tole diangkat menjadi pimpinan prajurit.
Pengabdian Joko Tole semakin tampak. Ia selalu berhasil dalam menjalankan tugas. Setiap ada pemberontak yang hendak menyerang kerajaan, secepat kilat segera ditumpasnya. Itulah pengabdian Joko Tole yang memang pantas dibanggakan.
Tetapi pengabdian Joko Tole yang tulus ini ada juga beberapa orang punggawa kerajaan yang merasa iri. Bagi mereka yang merasa iri segera menyebarkan isu bahwa pengabdian Joko Tole hanyalah pengabdian yang palsu. Pengabdian yang hanya mengharapkan hadiah dari sang raja.
Karena isu itu dihembuskan secara gencar akhirnya sampai pula terdengar oleh raja. Maka sang raja pun segera memanggil Joko Tole untuk menghadap. Sang raja ingin membuktikan kebenaran berita yang didengar itu.
“Joko Tole ... kamu tahu mengapa aku sengaja memanggilmu?” tanya sang raja setelah Joko Tole menghadap.
“Ampun Sinuwun, hamba tidak tahu.” jawab Joko Tole polos gemetaran.
“Baik, kamu kupanggil kemari akan kutanya. Maukah kamu kujodohkan dengan anakku yang buta?”
“Terima kasih Sinuwun. Hamba terima dengan senang hati.” jawab Joko Tole masih gemetar.
“Apakah kelak kamu tidak menyesal karena anakku hanya seorang wanita yang buta?”
“Kemurahan Sinumun adalah keangungan Tuhan yang harus kujunjung tinggi, Sinuwun!”
Setelah mendengar jawaban itu selang beberapa hari kemudian Joko Tole resmi dijodohkan dengan putri raja yang memang buta bernama Dewi Ratnadi. Saat upacara berlangsung meriah orang-orang yang tidak senang kepada Joko Tole sengaja meledek dan mencibir.
“Mempelainya lucu. Sungguh tidak serasi. Yang laki-laki cakep yang wanita buta. Andai aku yang laki-laki pasti akan lari. “ Demikian ejek orang yang tidak senang itu di depan Joko Tole. Meski begitu Joko Tole tidak sakit hati. Bahkan Joko Tole semakin menunjukkan kasih sayangnya kepada wanita yang baru saja dinikahinya itu.
Selesai acara peresmian perkawinan yang berarti secara resmi Joko Tole telah menjadi menantu sang raja Majapahit, Joko Tole segera meminta izin kepada sang prabu mengajak istrinya bertandang ke Sumenep tempat tinggal kedua orang tuanya. Oleh sang prabu, Joko Tole diizinkan membawa istrinya pulang ke Sumenep. Maka keberangkatannya diiringi oleh segenap prajurit dan para dayang yang harus membantu segala keperluan Dewi Ratnadi.
Setiba di pelabuhan Gresik kepergian mereka sempat terhenti beberapa lama. Ini disebabkan karena pelabuhan sedang ramai. Kapal penyeberang yang hendak ditumpangi menuju pulau Madura harus sabar menunggu giliran. Dalam keadaan seperti itu Joko Tole semakin menunjukkan rasa kasih sayangnya kepada istrinya yang buta itu.
Setelah mendapat giliran menyeberang, rombangan Joko Tole beserta para kerabat dan prajurit yang mengiringinya berangkatlah meninggalkan pelabuhan Gresik menuju pulau Madura. Dalam penyeberangan tak henti-hentinya mereka bersuka ria. Lebih-lebih bagi mempelai berdua, Joko Tole dan Dewi Ratnadi.
Rupanya dalam perjalanan mereka meski tidak kekurangan bekal apapun, dalam perjalanan yang jauh itu setelah mereka menginjakkan kaki di Pulau Madura, mereka merasa kelelahan juga. Bahkan bagi mempelai putri tiba-tiba badannya terasa basah berkeringat. Oleh karena itu Dewi Ratnadi berkata terus terang kepada suaminya minta dicarikan air untuk mandi.
Menerima permintaan dari istrinya itu Joko Tole mendadak binggung. Ini disebabkan karena di sekitar tempat itu memang tidak ada air. Karena binggungnya setelah ke sana ke mari Joko Tole tidak mendapat air, akhirnya Dewi Ratnadi diajak pergi ke suatu tempat. Di situ Joko Tole berdoa kepada Tuhan. Tidak lama berikutnya tongkat yang selalu dibawa oleh Dewi Ratnadi diminta. Tongkat itu kemudian ditancapkan ke tanah. Dan setelah dicabut kembali terjadilah keanehan yang luar biasa. Dari lubang bekas tongkat yang ditancapkan itu keluarlah air dengan derasnya. Air itu pun muncrat tepat mengenai muka Dewi Ratnadi. Dan anehnya, begitu kena air maka Dewi Ratnadi yang semula buta itu tiba-tiba dapat melihat dengan jelas.
“Mas ... aku dapat melihat Mas! Mataku tidak lagi buta ... !” kata Dewi Ratnadi kegirangan.
Bukan main senangnya Dewi Ratnadi. Juga Joko Tole. Karena sudah memperoleh air Dewi Ratnadi segera mandi dan berganti pakaian sendiri, karena matanya sudah tidak buta lagi. Hingga kini lobang dari bekas tancapan tongkat Dewi Ratnadi itu masih tetap mengeluarkan air bersih dan jernih. Sumber air itu disebut Sumber Soca yang artinya mata.
Karena sudah tidak lagi buta, untuk melanjutkan perjalanan berikutnya Dewi Ratnadi tidak perlu ditandu. Tetapi karena memang jarak yang ditempuh cukup jauh perjalanan membutuhkan waktu berhari-hari. Pada suatu hari ketika perjalanan mereka sampai pada suatu tempat, Dewi Ratnadi merasa kecapaian dan ingin mandi lagi. Untuk memperoleh air Dewi Ratnadi menancapkan tongkatnya lagi. Kali ini juga keluar air seperti waktu pertama kali Joko Tole yang menancapkan. Bahkan air yang keluar lebih deras lagi, hingga ketika Dewi Ratnadi mandi pakaian dalamnya hanyut terbawa air.
Hingga kini sumber mata air bekas Dewi Ratnadi menancapkan tongkatnya di sebelah timur laut kota Sampang itu masih deras mengeluarkan air yang disebut Sumber Omban. Artinya pakaian dalam. Menurut bahasa Madura Omban adalah pakaian dalam.
Dari sumber Omban Joko Tole dan Dewi Ratnadi beserta pengikutnya melanjutkan perjalanan. Setiba di Sumenep kedua mempelai ini disambut suka cita oleh kedua orang tuanya. Sementara itu yang menjadi bupati Sumenep adalah Saccadiningrat, yang tak bukan dan tak lain adalah kakak Joko Tole. Kabupaten Sumenep masih dalam wilayah Kerajaan Majapahit. Saat kedatangan Joko Tole bersama istrinya, usia Saccadiningrat sudah agak lanjut. Maka atas kedatangan adiknya ini semata-mata keamanan kabupaten Sumenep juga diserahkan kepada Joko Tole. Selanjutnya oleh Raja Majapahit, Joko Tole diangkat menjadi Bupati di Sumenep. Dalam kekuasaan Joko Tole kabupaten Sumenep semakin tentram. Rakyat hidupnya semakin tenang. Itulah sifat-sifat jujur dan kepahlawanan Joko Tole yang layak ditiru dan diteladani.
Demikianlah Info postingan berita JOKO TOLE
terbaru yang sangat heboh ini JOKO TOLE, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian info artikel kali ini.
Anda sedang membaca posting tentang JOKO TOLE dan berita ini url permalinknya adalah https://indodongeng.blogspot.com/2010/05/joko-tole.html Semoga info lowongan ini bisa bermanfaat.