TUANKU CIK DI TIRO

TUANKU CIK DI TIRO - Hallo semuanya Pembaca Berita, Pada postingan berita kali ini yang berjudul TUANKU CIK DI TIRO, telah di posting di blog ini dengan lengkap dari awal lagi sampai akhir. mudah-mudahan berita ini dapat membantu anda semuanya. Baiklah, ini dia berita terbaru nya.

Judul Posting : TUANKU CIK DI TIRO
Link : TUANKU CIK DI TIRO
Peristiwa TRAKTAT SUMATRA yang terjadi pada tahun 1871 telah membuat warna baru bagi Belanda di daratan Sumatra. Ambisi penguasa Belanda untuk dapat menguasai seluruh daratan Sumatra semakin menggebu-gebu dan tidak kenal ampun. Hal ini terbukti setelah Perang Paderi yang dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol dapat diselesaikan, daerah Tapanuli menjadi sasaran berikutnya.

Tekad penjajah Belanda untuk menguasai daerah Tapanuli semakin tampak setelah Belanda melakukan jurus-jurus tertentu. Antara lain tentara Belanda sengaja menempatkan diri di daerah Balige, Tarutung, Sipoholan dan sebagian daerah Tapanuli.

Sepak terjang serdadu Belanda itu akhirnya menimbulkan reaksi keras bagi Sisinga Mangaraja XII selaku seorang raja di Tapanuli. Siapa sebenarnya raja Tapanuli Sisinga Mangaraja XII itu ? Beliau yang lahir pada tahun 1849 di Tapanuli Utara, selain sebagai seorang raja juga seorang kepala adat sekaligus pemimpin agama yang disebut PARMALIM. Kedudukan dan statusnya itulah yang membuat Sisinga Mangaraja XII sangat disegani dan dihormati oleh rakyat dan pengikutnya.

Merasa memperoleh kepercayaan Sisinga Mangaraja XII tidak mau menyia-nyiakan kesempatan. Beliau segera menghimpun kekuatan guna menentang keberadaan Belanda di daerah kekuasaannya Tapanuli. Beliau yang memimpin, yang mengkoordinir, sekaligus yang mengawali untuk melakukan kegiatan penyerangan. Beliau berada dalam barisan paling depan.

Mula-mula daerah dan kedudukan Belanda yang beliau serang adalah daerah-daerah tertentu yang menjadi pusat pertahanan penjajah. Dan puncak penyerangan berlangsung pada tahun 1878. Pada tahun ini daerah yang diserbu dan diporak-porandakan meliputi pos-pos Belanda di TARUTUNG, BALIGE dan BAKKARA. Dalam penyerangan itu Sisinga Mangaraja XII sengaja mengajak para sekutunya untuk bekerja sama. Yaitu para panglima Aceh dan Sumatra Barat.

Makin hari Raja Batak Sisinga Mangaraja XII ini makin banyak memperoleh dukungan baik moral maupun material dari berbagai kalangan. Pertempuran untuk mengusir para penjajah makin terjadi di mana-mana. Maka pada tahun 1884 Belanda betul-betul terdesak. Kedudukan para penjajah di daerah Aceh, Sumatra Barat dan Tapanuli ini semakin terancam.

Menghadapi kenyataan seperti ini Belanda tidak segera menyerah atau pergi untuk meninggalkan tempat. Tetapi malah sebaliknya. Tindakan Belanda yang sudah terjepit itu semakin membabi buta. Tindakan kekerasan dan berbagai bentuk intimilasi sengaja dilakukan kepada orang-orang kecil dan rakyat jelata yang tidak tahu duduk persoalan negara. Orang-orang kecil yang dicurigai membantu kegiatan raja Sisingaraja XII segera ditangkap dan dibunuh dengan cara yang sadis.

Memperoleh tindakan brutal dari Belanda, hal itu tidak membuat semangat juang rakyat Tapanuli kendor. Tetapi malah sebaliknya. Penyerbuan terhadap Belanda semakin ditingkatkan. Perlawanan semakin menggebu. Tentu saja sikap pejuang ini membuat nyali Belanda semakin sewot. Prajurit penjajah yang sudah terlihat kalang kabut dipaksa untuk berpikir keras menghadapi kenyataan yang ada.

Karena makin hari keadaan penjajah Belanda makin terjepit akhirnya. Belanda menerapkan senjata liciknya yaitu senjata tipu muslihat yang selama ini terkesan cukup manjur dalam menghadapi serbuan pejuang pribumi mulai di terapkan.

Senjata tipu muslihat yang mulai dilancarkan oleh penjajah Belanda adalah mengadakan sayembara. “Bunyi sayembara itu” barang siapa yang berhasil menangkapnya dan menyerahkan Sisingamangaraja XII dalam keadaan hidup atau mati kepada Belanda, orang tersebut bakal diberi hadiah apa saja yang diminta oleh orang yang bersangkutan tersebut. Namun meski menerima tawaran sayembara seperti itu, seluruh rakyat pribumi tak ada seorang pun yang mau mengikuti sayembara tersebut. Mereka tetap konsisten sebagai bangsa pribumi yang berjiwa pejuang. Tawaran itu dimulainya sebagai lawakan yang tidak lucu.

Merasa tipu muslihat yang telah dilancarkan merasa tidak membawa hasil, Belanda kembali melancarkan senjata berontaknya. Kali ini Belanda melakukan tindakan sadis yang tidak mengenal peri kemanusiaan sama sekali. Bentuk perbuatan yang dilakukan terhadap rakyat benar-benar biadab dan menyakitkan. Salah satu tindakan biadabnya adalah membakar sebuah kampung penduduk yang dijumpainya. Bagi penduduk yang tidak melarikan diri dan tertangkap basah lalu dibunuh dengan cara yang tidak semestinya.

Pada suatu ketika tepatnya pada tahun 1894, penjajah Belanda menunjukkan puncak kebiadabannya. Belanda menyerbu seluruh perkampungan penduduk dengan mengerahkan jumlah pasukan yang lebih besar. Mereka mendatangkan pasukan berlipat ganda yang berasal dari berbagai daerah. Namun demikian Sisingamangaraja beserta seluruh pengikutnya tetap berjuang dengan gigihnya mempertahankan daerah kekuasaan. Mereka lebih bertekad mati demi tanah air dari pada harus meyerah pada penjajah.

Menghadapi kebrutalan dan kekejaman penjajah itu raja Sisingamangaraja bantahan di BAKKARA. Daerah itu dijadikan sebagai pusat pertahanan. Tetapi karena pusat pertahanan raja Sisingamangaraja itu digempur terus menerus, akhirnya kenyataan yang tidak dikehendaki oleh pihak pejuang terjadi pula. Benteng pertahanan Bakkara akhirnya jatuh dan berhasil direbut oleh Belanda. Dengan terpaksa pula pusat pertahanan oleh Sisingamangaraja XII segera dipindah ke Diari Pakpak. Yaitu sebuah perkampungan di Barat Daya Danau Toba.

Merasa sudah berada di atas angin Belanda segera meningkatkan kegiatannya. Karena pasukan Belanda sudah berhasil menduduki daerah Tapanuli para pejuang yang bertahan di Dairi Pakpak tidak diberi kesempatan untuk dapat mempertahankan diri terlalu lama. Siang dan malam secara terus menerus Belanda terus mendesak. Dan akhirnya Belanda mengeluarkan tawaran kepada Raja Sisingamangaraja untuk menyerah yang kesekian kalinya.

Mendapat tawaran yang kesekian kalinya ini raja Sisingamangaraja XII merasa terhina. Oleh karena itu beliau segera menjawab tawaran itu dengan sebuah serbuan dan gempuran yang dahsyat. Dan hasilnya nasib malang yang harus diterima oleh sang raja. Dalam pertempuran yang terjadi pada tahun 1907 raja Sisingaraja XII itu gugur sebagai kusuma bangsa dalam pertempuran yang maha dahsat. Sejak itu pula jiwanya selalu dikenang meski jasadnya terpaksa harus berkalang tanah.


Demikianlah Info postingan berita TUANKU CIK DI TIRO

terbaru yang sangat heboh ini TUANKU CIK DI TIRO, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian info artikel kali ini.

Anda sedang membaca posting tentang TUANKU CIK DI TIRO dan berita ini url permalinknya adalah https://indodongeng.blogspot.com/2013/11/tuanku-cik-di-tiro.html Semoga info lowongan ini bisa bermanfaat.

Subscribe to receive free email updates: