SRI SUSUHUNAN PAKUBUWONO VI

SRI SUSUHUNAN PAKUBUWONO VI - Hallo semuanya Pembaca Berita, Pada postingan berita kali ini yang berjudul SRI SUSUHUNAN PAKUBUWONO VI, telah di posting di blog ini dengan lengkap dari awal lagi sampai akhir. mudah-mudahan berita ini dapat membantu anda semuanya. Baiklah, ini dia berita terbaru nya.

Judul Posting : SRI SUSUHUNAN PAKUBUWONO VI
Link : SRI SUSUHUNAN PAKUBUWONO VI
Paku Buwono VI lahir pada tanggal 26 April 1807 di Surakarta. Beliau adalah Putra Pakubuwono V, tetapi bukan lahir dari ibu permaisuri. Meski bukan terlahir dari seorang permaisuri, yang berarti bukan pewaris tahta kerajaan, berdasarkan surat wasiat dari Pakubuwono V akhirnya pada tahun 1823 beliau diangkat juga naik tahta dalam usia yang masih relatif muda, yaitu berusia 16 th.

Di saat beliau mulai memegang tampuk kekuasaan di kasunanan Surakarta, raja muda ini dihadapkan beberapa masalah yang sama sama sulitnya. Yaitu diharuskan menghadapi tuntutan rakyat, kehendak para bangsawan istana dan bagsa penjajah yang ternyata sudah terlalu jauh melibatkan diri dalam urusan pemerintahan kerajaan.

Memang di antara tiga masalah yang harus dihadapi sekaligus itu membutuhkan pemikiran dan perhatian jernih tersendiri sebagai seorang raja. Beliau dituntut harus dapat melindungi kebutuhan dan kehidupan rakyatnya. Di sisi lain dalam upaya mampu memberikan perlindungan beliau harus berhadapan dengan penjajah Belanda yang sudah terlanjur banyak ikut campur. Di lain sisi lagi beliau harus menghadapi kenyataan dalam istana yang kurang menyenangkan. Hal ini terjadi karena pengangkatannya menduduki tahta banyak bangsawan istana yang kurang berkenan karena dengan dalih Pakubuwono VI yang nama kecilnya Raden Mas Supardan ini bukan yang terlahir dari seorang permaisuri.

Hal yang dihadapi Pakubuwono VI ini memang sangat tidak menguntungkan, terutama bagi Pakubuwono VI sendiri. Dan hal sperti ini sudah barang tentu sangat menguntungkan dan sungguh diharap-harapkan oleh pihak penjajah. Oleh karena itu, karena Belanda adalah bangsa penjajah yang tidak bodoh, hal semacam ini segera dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Sebenarnya keinginan Belanda untuk selalu ikut campur urusan istana ini tidak hanya berlangsung pada masa Pakubuwono VI saja. Jauh sebelumnya, ketika pangeran Puger naik tahta dan bergelar Sri Susuhu-nan Pakubuwono I setelah menjatuhkan Sunan Mas atau Amangkurat III, Belanda sudah mulai ikut campur dengan urusan yang ada dalam istana.

Kini setelah Pakubuwono VI atau Raden Mas Supardan naik tahta, sikap penjajah Belanda yang selalu ikut campur urusan dalam istana ini, sikap tersebut tidak disukai oleh Susuhunan Pakubuwonoi VI. Beliau banyak menolak hal-hal yang di anggap lebih banyak meng-untungkan pihak penjajah. Akibatnya sudah dapat ditebak sebelumnya. Langkah -langkah baik dari sang Susuhunan Pakubuwono VI yang bermaksud memihak rakyat kecil pasti ditentang oleh Belanda.

Di saat yang sama ternyata penjajah Belanda juga banyak ber-campur tangan dengan urusan istana yang ada di Yogyakarta. Bahkan se-telah melihat sikap Belanda yang ikut campur urusan dalam istana Yog-yakarta, pangeran Diponegoro memilih meninggalkan istana dan mene-tap di Tegalrejo. Pada perkembangan berikutnya pangeran Diponegoro melakukan perlawanan kepada penjajah Belanda yang dimulainya dari Tegalrejo.

Melihat kenyataan seperti ini di saat Pangeran Diponegoro berperang melawan penjajah Belanda, Sri Susuhunan Pakubuwono VI lebih memilih berpihak kepada perjuangan Pangeran Diponegoro. Hal ini terbukti saat berlangsung peperangan para prajurit Sri Susuhunan Pakubuwono VI yang ada di Surakarta banyak di perbantukan untuk kepentingan Pangeran Diponegoro. Bahkan beberapa senjata andalan dan pusaka keraton Surakarta banyak diberikan untuk kepentingan berperang menghadapi penjajah.

Rupanya langkah dan tindakan Pakubuwono VI seperti itu membuat pihak penjajah Belanda khawatir dan segera mengambil sikap. Langkah yang dilakukan oleh Belanda adalah ; NAHUYS, seorang residen Surakarta segera menetapkan bahwa Susuhunan Pakubuwono VI bermaksud melakukan perlawanan untuk memberontak kedudukan pen-jajah Belanda. Dan pada saat Pakubuwono VI sedang meninggalkan istana dan berziarah ke Wonogiri, pasukan Belanda dibawah pimpinan Letnan Kolonel Sollewijin segera menangkapnya. Susuhunan Pakubu-wono VI lalu diturunkan dari tahta. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 14 Juni 1830. Yang menggantikan tahta kasusunan Surakarta adalah Pangeran Purbaya.

Karena memang benar-benar terbukti bahwa Pakubuwono VI bermaksud melawan Belanda, beliau setelah ditangkap kemudian ditahan di Semarang. Dari Semarang dipindahkan ke Batavia kemudian dipindah lagi ke Ambon hingga akhirnya beliau wafat dengan tenang di Ambon pada 1846.

Bagaimanapun bentuk perlawanan yang dilakukan oleh Sri Susuhunan Pakubuwono VI terhadap penjajah Belanda, Pakubuwono VI adalah seorang pejuang kemerdekaan. Oleh karena itu atas jasa dan penjuangannya, meski hanya tinggal tulang belulangnya oleh pemerintah RI, jasad beliau dipindahkan dari Ambon ke Wonogiri pada tahun 1956. Hal yang dilakukan itu dikandung maksud, biar jasad sang Susuhunan Pakubuwono VI telah tiada, tetapi semangat dan jiwanya yang betul-betul benci terhadap berbagai bentuk penjajahan akan dapat diwarisi oleh generasi sekarang dan yang akan datang.


Demikianlah Info postingan berita SRI SUSUHUNAN PAKUBUWONO VI

terbaru yang sangat heboh ini SRI SUSUHUNAN PAKUBUWONO VI, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian info artikel kali ini.

Anda sedang membaca posting tentang SRI SUSUHUNAN PAKUBUWONO VI dan berita ini url permalinknya adalah https://indodongeng.blogspot.com/2013/11/sri-susuhunan-pakubuwono-vi.html Semoga info lowongan ini bisa bermanfaat.

Subscribe to receive free email updates: