CUT MUTIA

CUT MUTIA - Hallo semuanya Pembaca Berita, Pada postingan berita kali ini yang berjudul CUT MUTIA, telah di posting di blog ini dengan lengkap dari awal lagi sampai akhir. mudah-mudahan berita ini dapat membantu anda semuanya. Baiklah, ini dia berita terbaru nya.

Judul Posting : CUT MUTIA
Link : CUT MUTIA
Cut Mutia lahir di PERLAK Aceh, pada tahun 1870. Sejak masih kecil hingga menjelang dewasa hidupnya selalu dalam keadaan suasana perang. Dan perang yang berkepanjangan antara penjajah Belanda dan para pejuang tanah air di Aceh, putri yang cantik itu tumbuh menjadi gembong pejuang kemerdekaan.

Karena perkembangan jiwanya yang selalu di pengaruhi oleh nilai-nilai seorang pejuang, maka juga tidak mengherankan jika menginjak dewasa Cut Mutia menikah dengan seorang laki-laki bernama Tuanku Cik Tumong yang memiliki jiwa pejuang pula.

Setelah menikah dengan Tuanku Cik Tumong niat keduanya untuk dapat mengusir keberadaan penjajah Belanda dari Bumi Aceh semakin menggelora. Apalagi setelah keduanya melihat kenyataan bahwa para pejuang banyak yang menyerahkan diri kepada Belanda setelah banyak mengalami kesulitan dan tekanan. Sepasang suami istri itu dengan mengumpulkan orang-orang yang masih mau berjuang untuk bergerilya melawan penjajah Belanda

Mengingat adanya banyak pejuang yang terpaksa menyerahkan diri kepada penjajah Belanda kadang-kadang dapat dimaklumi juga. Sejak perang PADERI yang dipimpin Tuanku Imam Bonjol hingga perang Aceh yang dipimpin Cut Nyak Dien dan Tuanku Umar, pasukan Aceh kedudukannya terus melemah. Akhirnya keluarga Sultan Aceh dapat ditawan dan dijadikan sandera. Bahkan pada tangga 20 Januari 1903 penguasa kerajaan Aceh yang bernama SULTAN ALAUDIN MUHAMMAD DAUT SYAH terpaksa menyerah kepada penjajah Belanda. Selanjutnya panglima Polim dengan 150 orang pengikutnya juga bersama-sama menyerahkan diri kepada penjajah.

Penyerahan diri para petinggi pejuang itu memang dapat juga melemahkan semangat juang bagi para pengikut yang lain. Namun demikian perlawanan rakyat Aceh terhadap penjajah Belanda belum seluruhnya padam, perlawanan di sana-sini tetap berkobar penuh semangat. Salah satunya adalah perlawanan rakyat dan pejuang Aceh yang dipimpin Cut Mutia bersama suami dan pengikutnya. Sepasang suami istri itu selalu mengadakan persiapan dan perlawanan gerilya kepada penjajah Belanda. Hal ini banyak menimbulkan pengorbanan baik jiwa maupun harta dipihak Belanda.

Setelah Sultan Aceh mulai terdesak, tindakan dan kesombongan para penjajah semakin meraja lela. Tetapi hal ini tidak membuat nyali para pejuang semakin kecil. Malah sebaliknya semangat para pejuang untuk menentang Belanda tak pernah padam. Serangan gerilya yang dilakukan oleh Cut Mutia bersama suami dan para pendukungnya semakin gencar dilalunkan. Tentu saja tindakan para pejuang ini medapat tanggapan tersendiri bagi para penjajah. Mereka tidak ingin gerakan para pejuang ini terus berkembang. Karena itu penjajah Belanda segera melakukan serangan-serangan terhadap tempat-tempat yang dianggap sebagai tempat persembunyian para pejuang untuk dimusnahkan.

Karena serangan gerilya dari para pejuang Aceh tidak kunjung padam, pada tahun 1905 penjajah Belanda mulai kehilangan kesabaran. Pada bulan Mei di tahun itu Belanda melakukan serangan besar-besaran. Pertempuran sengit pun terjadi. Dan sialnya pada pertempuran sengit itu Tuanku Cik Tymong berhasil ditangkap oleh Belanda yang selanjutnya dijatuhi hukuman mati.

KematianTuanku Cik Tumong ini tidak membuat jera bagi Cut Mutia maupun pengikutnya yang lain. Mereka tetap melanjutkan perjuangan. Bahkan setelah menjadi janda Cut Mutia segera menikah lagi dengan lelaki bernama PANG NANGRU, bekas teman akrab suaminya. Adapun perkawinannya yang kedua ini dimaksudkan Cut Mutia mampu melanjutkan perjuangannya untuk mengusir penjajah.

Setelah Cut Mutia bersuamikan Pang Nangru ia segera mewujudkan keinginannya. Bersama suaminya yang baru Cut Mutia terus melakukan penyergapan – penyergapan terhadap para penjajah. Sedangkan pada tanggal 26 September 1910 dalam peperangan yang cukup seru Pang Nangru terpaksa harus gugur di medan perang yang berarti pula Cut Mutia harus menjanda untuk kedua kalinya, karena suaminya, kedua – duanya gugur dalam medan perang.

Dalam pertempuran sengit yang terjadi di Payacicem dan menyebabkan Pang Nangru gugur ini Cut Mutia berhasil meloloskan diri bersama 45 orang dan 13 pucuk senjata. Mereka pun terus melanjutkan perjuangan. Putra Cut Mutia yang di perolehnya dengan Pang Nangru bernama Raja Sabil dan baru berusia 11tahun selalu diajaknya dalam berbagai kegiatan perang.

Semangat juang Cut Mutia dalam menentang keberadaan penjajah Belanda memang luar biasa. Karena itu beliau tak henti-hentinya melakukan gerilya. Tetapi sebesar apapun semangat dan cita-cita Cut Mutia, karena setiap hari selalu dihadapkan pada permusuhan dan perlawanan yang tidak seimbang, makin lama kekuatan para pejuang makin berkurang. Untuk mempertahankan supaya tetap mampu memberikan perlawanan akhirnya Cut Mutia bersama pengikutnya hanya melakukan strategi berpindah-pindah tempat.

Pada suatu hari tempat persembunyian para pejuang mampu juga diketahui oleh Belanda. Karena tidak ingin menyia-yiakan kesempatan, Belanda segera melakukan penyerangan secara mendadak dan besar-besaran. Hal ini membuat posisi pejuang semakin terjepit. Namun meski demikian pasukan Cut Mutia tetap tidak menyerah. Mereka tetap berpegang teguh pada sumpahnya. Dari pada hidup dijajah lebih baik mati berkalang tanah.

Dalam posisi para pejuang semakin terjepit Belanda meningkatkan penyerangannya. Dalam penyerangan itu Cut Mutia terkena peluru di bagian kakinya. Selanjutnya pasukan Belanda memberi aba-aba agar pejuang wanita itu mau menyerah. Tetapi apa yang terjadi ? Aba-aba itu tidak dihiraukan mereka tetap bertahan tidak mau menyerah bahkan tindakan nekatnya semakin tampak. Dalam keadaan terpincang-pincang Cut Mutia menghunus rencong. Selanjutnya rencong itu ditebaskan sekenanya keras kepada setiap pasukan Belanda yang ada dihadapannya.

Akibatnya karena pasukan Belanda banyak yang menemui ajalnya, Cut Mutia pun menerima berondongan peluru yang menyebabkan beliau harus gugur dimedan perang.

Kini Cut Mutia telah tiada. Kejadian yang terjadi pada tahun 1910 itu telah menyebabkan seorang bunga bangsa itu pergi selamanya. Jasad Cut Mutia boleh tiada tetapi jiwanya, semangatnya keberaniannya dan semangantnya tetap bertahan dan tambah subur dihati para generasinya, bangsa Indonesia.


Demikianlah Info postingan berita CUT MUTIA

terbaru yang sangat heboh ini CUT MUTIA, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian info artikel kali ini.

Anda sedang membaca posting tentang CUT MUTIA dan berita ini url permalinknya adalah https://indodongeng.blogspot.com/2013/11/cut-mutia.html Semoga info lowongan ini bisa bermanfaat.

Subscribe to receive free email updates: