TUANKU IMAM BONJOL

TUANKU IMAM BONJOL - Hallo semuanya Pembaca Berita, Pada postingan berita kali ini yang berjudul TUANKU IMAM BONJOL, telah di posting di blog ini dengan lengkap dari awal lagi sampai akhir. mudah-mudahan berita ini dapat membantu anda semuanya. Baiklah, ini dia berita terbaru nya.

Judul Posting : TUANKU IMAM BONJOL
Link : TUANKU IMAM BONJOL
Tuanku Imam Bonjol sebenarnya bukanlah sebuah nama seseorang. Nama tersebut sebenarnya adalah nama sebuah jabatan. Tuanku adalah nama kebesaran yang layak disandang oleh seseorang yang berstatus ahli agama. Kalau di Jawa disebut Ulama atau Kyai. Sedangkan Imam berarti pemimpin dan Bonjol merupakan nama sebuah tempat. Jadi Tuanku Imam Bonjol adalah sebutan seseorang ulama atau pemimpin agama yang mengadakan suatu kegiatan di suatu tempat. Yaitu di tempat yang disebut Bonjol. Lalu siapa sebenarnya seseorang yang dimaksud dengan Tuanku Imam Bonjol itu ? Lebih jelasnya dapat diikuti pada uraian tersebut di bawah ini.

Tuanku Imam Bonjol semula adalah seorang bayi yang lahir dari pasangan suami istri pada tahun 1772 di kampung Tanjung Bunga, Alahan panjang Pasaman dalam wilayah kerajaan Minangkabau Sumatera Barat. Ayahnya bernama BUYA NUDDIN dan ibunya bernama HAMATUN. Sedangkan bayi laki-laki yang baru lahir itu diberi nama PETO SYARIF. BUYA NUDDIN berputra 5 orang. Dua laki-laki dan tiga wanita.

Karena BUYA NUDDIN adalah seorang Tuanku atau kyai di kampungnya, maka tidaklah mengherankan jika Peto Syarif sejak umur 8 tahun sudah di didik menjadi calon seorang kyai atau tuanku. Sejak berumur 8 tahun itu pula Peto Syarif sudah pandai mengaji, membaca huruf Al-Qur’an dan pengetahuan ilmu agama.

Selain diajar tentang ilmu agama, Peto Syarif ketika masih kecil juga sudah ditulari dengan berbagai ilmu yang lain. Salah satunya adalah ilmu pencak silat sebagai ilmu bela diri. Dengan cara seperti ini tidak lama kemudian Peto Syarif muncul menjadi seorang Tuanku yang di-segani oleh masyarakat di kampung tempat tinggal dan daerah sekitarnya.

Untuk menjadi seorang Tuanku yang handal Peto Syarif muda itu pada tahun 1800, yaitu saat beliau berusia 28 tahun, berangkat ke negeri Aceh. Tujuannya untuk menambah dan memperdalam ilmu tentang agama Islam.

Pada tahun 1802 Peto Syarif pulang dari Aceh. Karena orang tunya sudah tua, untuk menggantikan kedudukan Buya Nurddin sebagai Tuanku di kampung Tanjung Bunga, tampillah Peto Syarif sebagai penggantinya dengan sebutan MALIN BASO.

Tahun berikutnya, yaitu pada tahun 1803 setelah Peto Syarif menjadi Tuanku di Tanjung Bunga dengan gelar Malin Baso, pada waktu itu datanglah surat dari Tuanku Nan Renceh, seorangTuanku pemimpin agama yang handal di Luhak Agam. Adapun isi surat, Tuanku Nan Renceh mengajak kepada Malin Baso untuk bersatu dan berjuang memurnikan agama Islam yang disebut Perkumpulan PADERI. Tentu saja ajakan dari Tuanku Nan Renceh ini oleh Malin Baso segera disambutnya dengan gembira sekali. Ibarat pucuk di cinta ulam tiba.

Pada perkembangan berikutnya setelah Malin Baso bergabung dalam gerakan PADERI, untuk memantapkan perjuangan pada tahun 1807 dengan dibantu para pengikutnya membangun sebuah benteng yang besar di kampung Bonjol. Benteng itu dibangun dengan sangat tangguh. Dikelilingi oleh pagar yang tinggi dan pohon bambu yang berduri. Di dalam benteng Bonjol itu dihuni oleh lebih dari 50.000 penduduk. Malin Baso beserta keluarganya juga di benteng itu, dan Malin Baso berkedudukan sebagai ulama dan pemimpin di benteng Bonjol tersebut. Sejak saat itulah Malin Baso memiliki sebutan yang terkenal Tuanku Imam Bonjol. Artinya ulama dan pemimpin Bonjol.

Dalam menjalankan tugasnya Tuanku Imam Bonjol dibantu oleh 3 Tuanku lainnya. Yaitu Tuanku Hitam, Tuanku Gapuk dan Tuanku Kaluat. Bersama para pembantunya ini Tuanku Imam Bonjol segera meningkatkan perjuangannya. Dan selanjutnya keberhasilan demi keberhasilan pun diperoleh. Kini kekuasaan Tuanku Imam Bonjol dalam kegiatan paderinya, tidak hanya sampai didaerah Minangkabau saja. Melainkan sudah meluas sampai ke Tapanuli dan Padang.

Tetapi keberhasilan perjuangan kaum Paderi tidak diperolehnya dengan mudah. Selamanya yang namanya perjuangan itu selalu membutuhkan pengorbanan. Demikian juga halnya dengan apa yang dialami oleh kaum paderi. Orang-orang atau kelompok yang merasa dikalahkan oleh gerakan Paderi tidak mau tinggal diam. Mereka yang pada umumnya para pengulu atau tokoh setempat segera minta bantuan kepada penjajah Belanda. Dan akhirnya perjuangan gerakan Paderi yang semula hanya berjuang untuk memurnikan agama Islam harus berhadapan dengan penjajah Belanda yang memang berniat untuk menjajah.

Memperoleh tantangan dalam perjuangan dari penjajah Belanda kaum Paderi tidak patah semangat. Bahkan perjuangannya di bawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol semakin tidak mengenal lelah. Salah satu perjuangan kaum paderi yang hingga kini selalu tercatat dalam sejauh adalah PERANG MINANGKABAU. Perang Minangkabau ini sebenarnya merupakan bagian dari perang PADERI yang berlangsung sejak tahun 1821 sampai dengan tahun 1837. Bagaimana selengkapnya perjuangan kaum paderi yang terkenal dengan sebutan PERANG PADERI dibawah komando Tuanku Imam Bonjol itu ?

Perang Paderi muncul setelah Tuanku Imam Bonjol berhasil mempersatukan bangsa Sumatera Barat dalam satu perkumpulan PADERI yang dimulainya sejak tahun 1807. Perang Paderi itu sendiri muncul sejak adanya penyerangan yang dilakukan oleh Belanda terhadap benteng SIMAWANG milik kaum Paderi. Penyerangan yang dipimpin oleh Letnan Kolonel RAF pada tahun 1821 itu mendapat perlawanan sengit dari kaum Paderi, namun tentara penjajah berhasil menduduki benteng tersebut.

Berangkat dari keberhasilan menduduki benteng Simawang yang sekaligus dijadikan sebagai pangkalan ini selanjutnya pada tahun 1822 Belanda mulai menyerang pusat kerajaan Minangkabau yang berpusat di PAGARUYUNG. Karena penyerangan ini, kaum Paderi terpaksa me-ninggalkan Pagaruyung. Hal ini menyebabkan pasukan Belanda berhasil membangun benteng di sebuah bukit dekat Pagaruyung yang diberi nama benteng FORT VAN DER CAPELLEN yang sekarang terkenal dengan sebutan BATU SANGKAR. Adapun nama Van Der Capellen itu sendiri diambil dari nama seorang Gubernur Jenderal Belanda yang pada waktu itu berkuasa di Indonesia.

Langkah berikutnya Belanda melakukan penyerangan-penye-rangan ke daerah yang lain. Antara lain : SUNGAI PUAR, GUGUK SIGANTANG dan PANDAN SIKAT. Tetapi dalam perjalanannya karena perlawanan kaum paderi yang sangat gigih, pasukan Belanda di-bawah pimpinan Letnan Kolonel Rof berhasil di pukul mundur.

Karena kegagalannya pada awal tahun 1823 dengan mengambil bala tentara bantuan dari Batavia pasukan Belanda menyerang lagi kepada keberadaan kaum Paderi. Pertempuran sengit selama berlari-hari terjadi di bukit MARAPALAM. Dari peperangan sengit ini dari kedua belah pihak terjadi korban yang tidak sedikit jumlahnya. Di sini pasukan Belanda berhasil dipukul mundur.

Karena tidak berhasil menahlukan kaum Paderi pada tahun 1824 Belanda mengajak melakukan genjatan senjata. Dan perjanjian yang berlangsung pada tahun 1825 ini terkenal dengan sebutan PERJANJIAN MASANG. Tetapi bukan penjajah Belanda kalau tidak terkenal dengan kelicikannya. Ketika perjanjian Masang baru berjalan sebulan Belanda sudah melakukan penyerangan kembali. Hasil dari peperangan itu karena kaum paderi tidak dalam keadaan siap, akhirnya pasukan Belanda berhasil menguasai tempat-tempat yang penting dan strategis. Bahkan disuatu tempat yang sekarang disebut BUKIT TINGGI Belanda berhasil membangun benteng yang diberi nama FORT DE KOCK.

Pada tahun 1825 sampai dengan tahun 1830 di daerah kaum paderi ini nyaris tidak ada pertempuran-pertempuran yang berarti. Hal ini disebabkan karena pasukan Belanda ditarik ke Jawa untuk menghadapi perang Diponegoro. Sedangkan kaum paderi sendiri memusatkan perhatiannya membangun kembali benteng-benteng kaum paderi yang telah rusak karena perang.

Selesai perang Diponegoro mulai tahun 1831 Belanda kembali memusatkan perhatiannya untuk menindas kaum Paderi. Satu demi satu benteng pertahanan kaum Paderi jatuh ke serangan Belanda. Hal ini mulai membuka hati tidak hanya terbatas kaum Paderi, tetapi juga bangsa Sumatera Barat secara menyeluruh. Terbukti bangsa yang sebelumnya telah terkotak-kotak oleh paham agama dan golongan itu pada tahun 1832 mulai bersatu dan bertekat untuk melawan bangsa penjajah, yaitu bangsa Belanda.

Sebagai puncak kegiatan dari bangsa Sumatera Barat bersatu untuk melawan penjajah, pada tahun 1833 tepatnya pada tanggal 11 Januari 1833, mereka melakukan serangan secara serentak kekubu penjajah Belanda. Pimpinan perang terhadap penjajah Belanda tetap di pegang oleh Tuanku Imam Bonjol. Sementara pasukan Belanda di bawah pimpinan perang Letnan Kolonel VERMEULEN KRIEGER.

Dalam beberapa pertempuran sengit yang dipimpin Tuanku Imam Bonjol tentara Belanda mengalami kekalahan hingga akhirnya VAN DER BOSCH sendiri memerlukan datang ke Sumatera Barat. Namun atas kedatangan Van Der Bosch untuk memimpin pasukannya melawan pergolakan bangsa Sumatera Barat di Minangkabau ini juga dipaksa menerima kekalahan. Buntut kekalahan Belanda, pada tanggal 25 Oktober 1833 pihak Belanda mengajukan ajakan untuk berdamai. Tetapi selama waktu berdamai ini Belanda mempersiapkan diri untuk melaku-kan penyerangan berikutnya. Dan terbukti pada tahun 1834, tepatnya pada bulan Juni 1834 Belanda melakukan penyerangan lagi. Belanda mengkhianati ajakannya untuk berdamai.

Dari hasil pengkhianatan ini daerah PANTAR dan daerah MATUR jatuh ke tangan Belanda Benteng. Bonjol yang merupakan pu-sat kegiatan dan tempat tinggal Tuanku Imam Bonjol bersama kaum Paderi juga diancam Belanda.

Pada tahun 1835, kedudukan benteng Bonjol semakin terdesak. Hal ini setelah Belanda berhasil membangun benteng yang tidak jauh letaknya dari benteng Bonjol berada. Meskipun demikian peperangan demi peperangan tetap berlangsung. Semangat kaum Paderi dan bangsa Sumatera Barat, khususnya bangsa Minangkabau tak pernah surut dalam menentang keberadaan penjajah bangsa Belanda.

Yang patut disayangkan, pada tanggal 3 Desember 1836 serdadu Belanda berhasil masuk ke benteng Bonjol. Dalam peristiwa itu putra Tuanku Imam Bonjol bernama MAHMUD berhasil dibunuh oleh Belan-da. Beruntung Tuanku Imam Bonjol dan anggota keluarga lainnya ber-hasil selamat. Bahkan dalam penyerangan itu pasukan Belanda dapat dipukul mundur. Meski Tuanku Imam Bonjol telah berusia 64 tahun sepak terjang dan perlawanannya tetap menakjubkan.

Kecewa atas kekalahannya, pada tahun 1837 pasukan Belanda melakukan penyerangan lagi. Penyerangan ini dipimpin oleh seorang panglima bernama MAYOR JENDERAL CHOCHIUS. Penyerangan ber-hasil menguasai benteng Bonjol pada tanggal 16 Agustus 1837. Semen-tara Tuanku Imam Bonjol berhasil melarikan diri sampai ke Bukit Gadang.

Karena kecewa untuk kesekian kalinya akhirnya Belanda mena-warkan perundingan untuk damai. Tawaran ini diterima oleh Tuanku Imam Bonjol. Beliau bersedia datang untuk berunding di PAPULUH pada tanggal 28 Oktober 1837 dengan diikuti oleh seorang putra dan tiga pengiring. Mengapa beliau mau datang berunding ? Beliau mau datang untuk berunding karena perundingan yang bakal dihadapi kali ini bukan perundingan dengan pasukan perang, tetapi berunding dengan seorang Residen bernama FRANCIS. Hanya yang sangat disayangkan, setelah tiba di tempat perundingan, yang dihadapi bukan seorang Residen. Tetapi sejumlah tentara yang kemudian beramai-ramai menangkapnya.

Setelah ditangkap beliau dimasukkan penjara di Bukit Tinggi. Dari Bukit Tinggi dipindahkan ke PADANG. Selanjutnya pada tanggal 23 Januari 1838 dipindahkan lagi ke CIANJUR dan selanjutnya pada tanggal 19 Januari 1839 pindah lagi ke MENADO. Setelah menjadi tawanan Belanda 27 tahun lamanya, yang berarti selama itu beliau harus hidup dalam penjara, pada usia 92 tahun beliau dipanggil menghadap Tuhan Yang Maha Kuasa. Tepatnya pada tanggal 8 November 1864 dalam keadaan tenang dan khusnul khotimah. Akhirnya yang terkesan bagi kita, dan yang layak tumbuh dan berkembang dihati sanubari para generasi bangsa, raga Tuanku Imam Bonjol boleh tiada. Tetapi jiwa mulianya yang anti penjajahan dalam berbagai bentuk tetap kita miliki dan kita kenang sepanjang masa.


Demikianlah Info postingan berita TUANKU IMAM BONJOL

terbaru yang sangat heboh ini TUANKU IMAM BONJOL, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian info artikel kali ini.

Anda sedang membaca posting tentang TUANKU IMAM BONJOL dan berita ini url permalinknya adalah https://indodongeng.blogspot.com/2013/11/tuanku-imam-bonjol.html Semoga info lowongan ini bisa bermanfaat.

Subscribe to receive free email updates: