Sesuci Humaira (1)

Sesuci Humaira (1) - Hallo semuanya Pembaca Berita, Pada postingan berita kali ini yang berjudul Sesuci Humaira (1), telah di posting di blog ini dengan lengkap dari awal lagi sampai akhir. mudah-mudahan berita ini dapat membantu anda semuanya. Baiklah, ini dia berita terbaru nya.

Judul Posting : Sesuci Humaira (1)
Link : Sesuci Humaira (1)
Hembusan bayu yang dingin bersama lautan yang membisu petang itu 
menyebabkan seorang usahawan muda, Firdaus namanya, mengenang kembali
kisah silamnya yang penuh suka duka. 
   Humaira......begitulah nama seorang gadis yang amat dikasihinya 10
tahun lalu yang kini hanya tinggal kenangan.
   Waktu pemeriksaan ujian masuk universitas yang akan mereka masuki itu
hanya tinggal dua hari saja. Mereka telah berjanji untuk bersama-sama
meneruskan pelajaran di sana dan bersama-sama memperoleh hasil yang 
cemerlang ke menara gading, impian mereka selama ini.
   Walaupun begitu, betullah kata pepatah, "Kusangkap panas sampai
petang, rupanya hujan di tengah hari," bisik hati kecil Firdaus ketika
mendapati dirinya gagal mendapat tempat di menara gading itu sedangkan
Humaira berhasil dengan gemilang.
   "Humairah...," kata Firdaus perlahan petang itu. "Sesungguhnya ada
satu hal yang hendak Fir sampaikan dan semoga Humaira tidak mengecewakan
Fir." Humaira yang tadinya masih dalam sedu sedan tangisnya karena 
kegagalan Firdaus, tiba-tiba terhenti lalu memandang wajah Firdaus dengan
penuh keheranan.
   "Sebenarnya, telah lama kusimpan perasaan ini, namun demi pelajaran
kita dulu, kusimpan ia hingga hari ini. Humaira...sebelum kau ke menara
gading, ingin kunyatakan bahwa aku terlalu menyayangi dirimu teman
hidupku," kata Firdaus penuh harapan.
   "Fir...apakah kata-kata itu datang dari hati Fir yang ikhlas ?" tanya
Humaira ingin mendapatkan kepastian. "Ya, Humaira, semoga Humaira tidak
mengecewakan Fir," sambung Firdaus lagi. Humaira tunduk malu tanda setuju.
Mereka pun mengikat tali pertunangan setelah mendapat persetujuan dari
kedua belah pihak keluarga dan akan melangsungkan perkawinan tiga tahun
lagi, setelah Humaira menamatkan belajarnya di universitas. 
   Dalam usia setahun pertunangan mereka, hanya surat dan telefon yang
menjadi penghubung antara mereka dan bertemu bila Humaira pulang liburan.
   Masuk tahun kedua pertunangan mereka, Firdaus merasakan sesuatu yang
berbeda dengan Humaira. Kalau dulu, isi suratnya mengenai ketidaksabaran
menemui Firdaus, tetapi kini...cuma menasihati Firdaus supaya tidak 
meninggalkan sholat liwa waktu, jadi hamba Allah yang taat dan macam-macam
lagi. Beberapa risalah bercorak Islam juga sering disertakan bersama suratnya
buat Firdaus. 
   Di tahun ketiga Humaira di universitas, Firdaus merasakan dirinya dan
Humaira semakin jauh, tidak seperti dulu lagi. Dulu, meeka begitu mesra
sekali tetapi sekarang...semuanya sepi, beku dan kaku! Setiap kali Firdaus
menelepon Humaira, jarang dia dapat berbicara sendiri dengan Humaira. Kalau
dapat pun tiada lagi tawa riang macam dulu, malah semuanya serius! "Kenapa ?"
bisik hati kecil Firdaus. 
   Firdaus mencoba menelepon Humaira lagi pada suatu ketika dengan harapan
semoga Humaira sudi keluar bersamanya karena dia telah begitu rindu kepaa
Humaira.
   "Assalamu'alaikum," bunyi suara yang menyambut telepon. Firdaus merasa
pasti bahwa itu suara Humaira yang dirindukannya. "Humaira ?" tanya Firdaus
tanpa menjawab salam yang diberi. "Ya, Humaira di sini, siapa ini ?" tanya
Humaira. "Hai...tunangan sendiri pun sudah tak kenal ?" kata Firdaus dengan
nada merajuk. "Oh!...Firdaus,"jawab Humaira agak kaget. "Fir ingin mengajak
Humaira ke Restoran Jamilah, tempat kita selalu makan dulu, Fir akan jemput
Humaira jam 8 malam ini, OK ?" kata Firdaus penuh harapan. 
   "Maaf, Fir, Humaira agak sibuk sekarang," balas Humaira. "Hai! Tak ingin
ketemu tunangan sendiri lagi ? Tak ingin seperti orang lain atau seperti
kita sewaktu di awal-awal pertunangan dahulu ? Ada apa dengan engkau, Humaira?
Kau selalu menolak ajakan Fir dengan alasan yang bermacam-macam," keluh Firdaus
dengan suara yang agak keras.
   "Begini, Fir...sebenarnya antara kita masih belum ada apa-apa ikatan yang
sah, cuma bertunangan dan bertunangan juga tidak boleh dijadikan tiket untuk
kita berdua-duaan tanpa mahram dan hukumnya adalah haram," kata Humaira
menjelaskan alasan kenapa dia enggan memenuhi ajakan Firdaus. "Wah! Wah! 
Wah...! Sejak kapan engkau jadi ustadzah nih ? Setahu Fir, Humaira sekolah
ambil jurusan Ekonomi, bukan Syari'ah atau Ushuluddin," kata Firdaus sekali
lagi dengan nada kesal.
   "Ini bukan masalah ustadzah atau bukan ustadzah, Fir...tetapi, setiap
orang Islam mesti mengetahui halal dan haramnya sebelum melakukan sesuatu
agar tidak dimurkai Allah SWT. Maaf, Fir...Humaira tak dapat memenuhi 
permintaan Fir untuk keluar berdua. Humaira rasa lebih baik Fir berjumpa
dengan keluarga Humaira jika ada hal yang hendak dibincangkan," jelas Humaira
dengan harapan Firdaus memahaminya.
   "Ah! Sudahlah Humaira, aku sudah bosan dengan engkau, itu tak boleh...ini
haram...itu haram. Mulai hari ini antara kita telah putus dan tiada apa-apa
ikatan lagi," sambung Firdaus marah.
   "Fir, bukan itu maksud Humaira," kata Humaira yang agak terkejut dengan
keputusan Firdaus. "Ya, Humaira...aku rasa lebih baik kita putuskan saja
tali pertunangan kita ini karena antara kita sudah tiada penyesuaian lagi,
pergilah kau dengan da'wahmu dan biarkan aku dengan cara hidupku," kata
Firdaus penuh ego.
   Suasana sepi seketika, Firdaus tahu Humaira terkejut dengan keputusan
dan kekerasan kata-katanya. "Fir," Humaira memulai lagi kata-katanya.
"Andai itu sudah menjadi keputusan Fir, apa boleh buat, cuma do'a Humaira
semoga suatu hari nanti Allah membuka hati Fir dan menjadi hamba-Nya yang
ta'at dan sama-sama dalam perjuangan Islam yang suci," kata Humaira tenang.
"Selamat tinggal Humaira!" kata Firdaus memutuskan percakapan sambil
menghempaskan gagang telepon. 
   Fikiran Firdaus terganggu akibat perpisahan dengan Humaira, satu-satunya
gadis yang sangat dikasihinya. Tapi lama-kelamaan, Firdaus dapat melupakan
Humaira...sehingga dua tahun kemudian ketika tiba-tiba seorang lelaki
yang tidak dikenalinya memberi salam muncul di pintu kantornya.
   Dari air mukanya yang bersih dan pakainnya yang kemas, Firdaus yakin dia
seorang yang baik dan punya kedudukan tinggi. 
   "Wa'alaikumussalam, silakan duduk," jawab Firdaus sambil mengulurkan 
tangannya menyambut salam tamu itu. "Apa yang bisa saya bantu, Saudara ?"
tanya Firdaus. 
   "Sebenarnya, begini...saya Dr. Abdur Rahman, baru pulang dari England
tiga minggu yang lalu dan bertugas di Rumah Sakit di kota ini. Kedatangan
saya ini untuk menyampaikan barang yang dikirimkan buat Saudara." 
   "Barang?" tanya Firdaus penuh keheranan karena setahunya dia tidak pernah
membuat pesanan barang apa-apa dari England. "Barang ini dari saudari Humaira
binti Muhammad, pasti Saudara mengenalinya," kata lelaki itu. 
   "Humaira !" terlontar lagi perkataan itu dari mulut Firdaus setelah dua
tahun dia telah melupakan nama itu.
   "Humaira telah pergi buat selama-lamanya setelah mendapatkan kecelakaan
lalu lintas sewaktu di kota London. Kebetulan isteri saya adalah sahabat
karibnya semasa sama-sama menuntut ilmu di sana. Beberapa hari sebelum 
kejadian itu dan sebelum kami pulang ke Malaysia, Humaira benar-benar meminta
kami untuk menyampaikan barang ini buat Saudara. Seolah-lah dia tahu bahwa
dia tidak akan bersama kita lagi," papar Dr. Abd Rahman.
   Bagaikan dipanah petir jantung Firdaus menerima berita yang tidak pernah
terduga olehnya selama ini. Lantas, Firdaus menutupkan kedua tangannya ke
wajah tanda kesedihan yang amat sangat, karena sesungguhnya Humaira masih
di hatinya. 
   "Bersabarlah saudara, kesemuanya adalah kehendak Allah. Allah lebih
menyayanginya. Humaira adalah gadis yang baik dan ta'at akan perintah 
Allah," kata Dr. Abd Rahman menenangkan keadaan sambil memegang bahu 
Firdaus. Setelah dilihatnya Firdaus agak  tenang, dia pun meminta diri
untuk pulang. 



Demikianlah Info postingan berita Sesuci Humaira (1)

terbaru yang sangat heboh ini Sesuci Humaira (1), mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian info artikel kali ini.

Anda sedang membaca posting tentang Sesuci Humaira (1) dan berita ini url permalinknya adalah https://indodongeng.blogspot.com/2013/11/sesuci-humaira-1.html Semoga info lowongan ini bisa bermanfaat.

Subscribe to receive free email updates: