PANGERAN DIPONEGORO

PANGERAN DIPONEGORO - Hallo semuanya Pembaca Berita, Pada postingan berita kali ini yang berjudul PANGERAN DIPONEGORO, telah di posting di blog ini dengan lengkap dari awal lagi sampai akhir. mudah-mudahan berita ini dapat membantu anda semuanya. Baiklah, ini dia berita terbaru nya.

Judul Posting : PANGERAN DIPONEGORO
Link : PANGERAN DIPONEGORO
Pangeran Diponegoro adalah putra Sul-tan Hamengkubuwono ke III yang lahir pada tahun 1785. Dan setelah Sultan Hamengkubuwono ke III wafat yang menggantikan kedudukan naik tahta adalah saudara Pangeran Diponegoro yang kemudian berge-lar Sultan Hamengkubuwono ke IV.

Dalam perjalanannya memimpin kesultaan Mataram pada tahun 1822 tiba-tiba Sultan Hamengkubuwono ke IV wafat secara mendadak. Karena telah wafat secara mendadak atas persetujuan pemerintah penjajah Belanda, yang menggantikan kesultanan untuk naik tahta adalah Pangeran Anom atau terkenal dengan sebutan Pangeran MENOL yang usianya baru 3 tahun.

Karena Pangeran Anom belum dewasa untuk menjalankan roda kesultanan perlu dibentuk dewan perwakilan. Tugas dewan perwakilan ini adalah mendampingi sang Sultan Pangeran Anom yang belum dewasa. Dan yang dipilih duduk dalam dewan perwakilan adalah :

1. Ibu Sultan Anom, yaitu permaisuri Sultan Hamengkubuwono ke IV.

2. Ibu Hamengkubuwono ke IV, yaitu permaisuri Hamengkubuwono

ke III.

3. Pangeran Mangkubumi.

4. Pangeran Diponegoro.

Dalam perkembangan berikutnya atas campur tangannya pihak penjajah Belanda, Dewan Perwakilan Kesultanan itu secara perlahan-lahan diganti oleh Patih Damitirto IV yang memang sangat memihak kepada penjajah Belanda. Hal ini menimbulkan kekecewaan yang sangat mendalam bagi para keluarga sultan dan bangsawan. Bahkan sebagai upaya pelampiasan rasa kecewa, Pangeran Diponegoro memilih keluar dari istana dan menetapkan di Tegalrejo.

Setelah Pangeran Diponegoro menyingkir ke Tegalrejo, tindakan semena-mena pihak kesultanan yang dipengaruhi penjajah Belanda semakin tampak. Antara lain kerja rodi untuk penguasa Belanda semakin tampak mendapatkan izin dari sang Sultan. Raja atau sang sultan juga mengizinkan penyewaan-penyewaan tanah perkebunan kepada swasta asing. Juga para bangsawan bebas menyewakan tanah yang dikuasainya untuk kepentingan asing atas seizin Sultan Mataram.

Selain sang Sultan di Mataram memberikan izin terhadap hal-hal tersebut diatas, sang Sultan pun mengizinkan pemerintah Belanda membuat jalan-jalan tanpa seizin pemiliknya. Hal inilah yang membuat Pangeran Diponegoro yang sudah menyingkir ke Tegalrejo semakin kecewa.

Kekecewaan Pangeran Diponegoro mencapai puncaknya ketika penjajah Belanda membuat jalan yang melintas di tanah miliknya. Oleh Pangeran Diponegoro tonggak-tongkak pembatas jalan itu segera dicabutinya. Akibat pencabutan tonggak pembatas jalan yang terjadi pada tanggal 20 Juli 1825 menjadikan masalah besar yang tidak dapat diselesaikan oleh kedua belah pihak secara kekeluargaan. Bagi Pangeran Diponegoro, penyabutan tonggak pembatas jalan itu diartikan sebagai penolakan terhadap bentuk penjajahan di bumi Nusantara. Sebaliknya bagi penguasa penjajah Belanda, pencabutan tonggak pembatas jalan itu diartikan sebagai bentuk penghinaan yang sulit dimaafkan.

Menghadapi kenyataan seperti itu penjajah Belanda segera meminta kepada Pangeran Mangkubumi untuk menemui Pangeran Diponegoro. Tetapi ketika Pangeran Mangkubumi sedang berembug dengan Pangeran Diponegoro di Tegalrejo, tiba-tiba pasukan Belanda yang jumlahnya tak terhingga sudah mengepung dan menyerbu kediaman Pangeran Diponegoro. Dalam penyerbuan itu Pangeran Diponegoro berhasil menyelamatkan diri ke Gua Selarong. Dan di Gua Selarong itu pulalah yang kemudian dijadikan benteng pertahanan bagi Pangeran Diponegoro beserta pengikutnya.

Setelah penyerbuan Belanda yang terjadi pada tanggal 20 Juli 1825 terhadap Pangeran Diponegoro itu, berikutnya yang merasa simpati kepada sang Pangeran semakin banyak. Yang merasa simpati tidak hanya terbatas para petani, pedagang dan kalangan istana. Tetapi juga kalangan para ulama. Diantaranya adalah ulama besar Kyai Mojo dan Alibasyah Sentot Prawirodirjo.

Dengan adanya banyak kalangan yang bergabung dengan Pangeran Diponegoro, Jendral DE KOCK segera membuat surat panggilan kepada Pangeran Diponegoro. Pembuatan surat panggilan itu dilakukan pada tanggal 7 Agustus 1825. Isi surat panggilan bermaksud melakukan penawaran untuk melakukan perdamaian. Tetapi surat panggilan itu oleh Pangeran Diponegoro tidak digubris. Selanjutnya Jendral De Kock membuat surat panggilan kedua yang terjadi pada tanggal 14 Agustus 1825.

Panggilan yang kedua ini pun oleh Pangeran Diponegoro tetap tidak digubris. Bahkan yang bergabung dengan Pangeran Diponegoro semakin banyak. Akibatnya pertempuran sengit antara pasukan Belanda dengan Pangeran Diponegoro beserta pengikutnya tidak dapat dielakkan. Pertempuran tidak hanya terjadi di Mataram. Di daerah Kalon Progo, Gunung Kidul, Semarang, Magetan, Madiun, Kediri dan daerah-daerah lainnya pun terjadi pertempuran yang sangat sengit.

Rupanya atas terjadinya pertempuran dimana-mana itu Belanda mulai menyadari. Dukungan rakyat terhadap perjuangan Diponegoro yang anti terhadap penjajah, mulai diperhitungkan oleh pihak Belanda. Oleh karena itu penjajah Belanda segera menerapkan siasat perang yang lain. Caranya, pada tahun 1827 Belanda mulai menerapkan teknik BENTENG STETSEL, yaitu melakukan penyerangan. Dalam penyerangan itu di setiap daerah yang telah dikuasai segera dibangun benteng. Antara benteng yang satu dengan benteng yang lain dihubungkan oleh jalan dan perbekalan yang cukup. Selain itu serdadu Belanda juga melakukan patroli secara teratur dan terus menerus.

Taktik benteng stelsel yang diterapkan oleh pasukan Belanda ini ternyata membawa hasil. Terbukti beberapa orang panglima pengikut Pangeran Diponegoro berhasil ditangkap meski perlawanan-perlawanan di berbagai penjuru terus berlangsung. Semangat untuk mengusir penjajah terlanjur tertanam kuat dihati tiap-tiap rakyat diberbagai daerah. Merasa kewalahan menghadapi serangan dari pengikut Pangeran Diponegoro, Jendral De Kock mencoba menerapkan taktik yang lain. Yaitu membuka MEJA PERUNDINGAN. Dengan mengajak Pangeran Diponegoro untuk berunding dengan maksud Belanda pura-pura menyerah. Di saat perundingan itu digelar Pangeran Diponegoro segera ditangkap beramai-ramai. Penangkapan terjadi pada tanggal 28 Maret 1830 di tempat kediaman Residen Kedu. Dan sejak saat itu pula pejuang kemerdekaan dari Tegalrejo itu ditangkap dan dipenjarakan di Manado. Beberapa saat kemudiadn dipindahkan ke Ujung Pandang hingga akhirnya wafat dengan tenang pada tanggal 8 Januari 1855.


Demikianlah Info postingan berita PANGERAN DIPONEGORO

terbaru yang sangat heboh ini PANGERAN DIPONEGORO, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian info artikel kali ini.

Anda sedang membaca posting tentang PANGERAN DIPONEGORO dan berita ini url permalinknya adalah https://indodongeng.blogspot.com/2013/11/pangeran-diponegoro.html Semoga info lowongan ini bisa bermanfaat.

Subscribe to receive free email updates: