ASAL MULA DANAU LOSUNG DAN DANAU PINGGAN

ASAL MULA DANAU LOSUNG DAN DANAU PINGGAN - Hallo semuanya Pembaca Berita, Pada postingan berita kali ini yang berjudul ASAL MULA DANAU LOSUNG DAN DANAU PINGGAN, telah di posting di blog ini dengan lengkap dari awal lagi sampai akhir. mudah-mudahan berita ini dapat membantu anda semuanya. Baiklah, ini dia berita terbaru nya.

Judul Posting : ASAL MULA DANAU LOSUNG DAN DANAU PINGGAN
Link : ASAL MULA DANAU LOSUNG DAN DANAU PINGGAN
CERITA DARI SUMATERA UTARA

Di daerah Silahan Kecamatan Lintang Ni Huta Tapanuli Utara terdapatlah sepasang laki-laki bersaudara. Yang tua bernama DATU DALU, yang muda adiknya bernama SANGMAIMA. Orang tua mereka mempunyai sebuah tombak pusaka. Sesuai dengan aturan adat yang berlaku, jika orang tua meninggal dunia warisannya berupa tombak pusaka itu jatuh ke tangan anak yang tertua, dalam hal ini Datu Dalu.

Untuk kepentingan berburu, setelah tombak pusaka itu berada dalam kekuasan Datu Dalu, suatu ketika Sangmaima bermaksud meminjam tombak kepada kakaknya.

“Kak aku pinjam tombak pusakamu.” kata sang sangmaima kepada kakaknya.
“Pinjam boleh-boleh saja. Tapi ada syaratnya.” jawab Datu Dalu.
“Apa syarat yang harus aku penuhi?”
“Syaratnya tidak boleh hilang atau rusak.”
 
Begitulah setelah Sangmaima memperoleh pinjaman tombak dari kakaknya ia terus pergi berburu. Dalam buruannya ia melihat seekor babi hutan yang sedang makan tanaman di kebun miliknya. Melihat kenyataan itu tentu saja Sangmaima tidak mau menyia-nyiakan kesempatan. Tanpa berpikir panjang babi hutan itu langsung ditombak sekuatnya. Tusukan tombak Sangmaima tepat mengenai sasaran . Tombak Sangmaima langsung menancap di lambung babi hutan itu. Tapi sayang, meski babi hutan itu terkena tombak tepat mengenai lambungnya, babi tersebut tidak roboh. Malah babi tersebut terus berlari dengan mata tombak melekat di lambungnya.

Melihat kenyataan itu Sangmaima terus pulang dan melapor kepada kakaknya. Ketika melapor kepada kakaknya ia sudah menduga sebelumnya. Pasti kakaknya bakal marah luar biasa.

“Kamu harus bertanggung jawab. Tombak itu harus kembali ke tanganku,” kata Datu Dalu kepada Sangmaima dengan marahnya.
“Baiklah Bang. Hari ini juga aku akan mencarinya. Sebelumnya aku mohon maaf!” jawab Sangmaima merasa bersalah.
“Sudah, jangan banyak bicara. Ayo cepat berangkat!”

Tanpa banyak membuang waktu, hari itu juga Sangmaima terus berangkat untuk mencari tombak yang telah hilang itu. Setelah mencarinya ke mana-mana akhirnya Sangmaima menemukan lobang gua yang lebar. Dengan hati-hati Sangmaima memasuki lobang gua itu. Setelah dimasukinya ternyata lobang gua itu merupakan pintu gerbang masuk ke istana mewah di bawah tanah. Jadilah Sangmaima memasuki sebuah istana yang megah.
 
Ringkas cerita dalam istana yang megah di bawah tanah itu Sangmaima menemukan seorang gadis cantik yang sedang berbaring dengan lambung tertancap sebuah tombak. Setelah diamati oleh Sangmaima ternyata tombak yang menancap tersebut adalah tombaknya yang hilang. Kini, Sangmaima baru sadar, babi hutan yang dilempar tombak olehnya tadi ternyata penjelmaan dari seorang putri cantik yang tinggal dalam istana megah di bawah tanah itu.

Kini Sangmaima mencoba mengobati putri cantik yang berbaring di sitana bawah tanah itu. Cara mengobatinya yaitu dengan mencabut mata tombak yang menancap di lambung gadis tersebut. Dan setelah mata tombak dicabut sembuhlah gadis cantik itu. Selanjutnya dengan cara diam-diam Sangmaima segera mengembalikan tombak yang telah hilang itu kepada kakaknya Datu Dalu.

Atas pengembalian tombak yang telah hilang tersebut bukan main gembira hati Datu Dalu. Sebagai wujud kegembiraan Datu Dalu mengadakan pesta besar- besaran . Hanya yang agak disayangkan meski mengadakan pesta besar-besaran Sangmaima tidak diundang. Tindakan Datu Dahu ini membuat Sangmaima tersinggung.

Sebagai bentuk ketersinggungan Sangmaima terhadap ulah abangnya, Sangmaima mengadakan pesta tersendiri. Pesta yang dilaksanakan oleh Sangmaima disertai tontonan menarik. Tontonan itu berupa seorang wanita yang dihias dengan berbagai macam bulu burung sehingga bentuknya menyerupai seekor burung ERNGA.

Karena pesta yang dilakukan oleh Sangmaima disertai tontonan yang menarik pesta itu tampak meriah dan banyak tamu yang datang. Dengan adanya kenyataan seperti itu Datu Dalu merasa iri. Iapun segera pinjam tontonan tersebut kepada Sangmaima.

Merasa burung ERNGA yang dimiliki oleh Sangmaimam dipinjam kakaknya, Sangmaima tidak keberatan asal ada syarat yang harus dipenuhi oleh kakaknya.

“Boleh-boleh saja Abang pinjam tontonan yang kumiliki. Tapi ada syarat yang harus terpenuhi.” kata Sangmaima memberi jawaban kepada Datu Dalu.
“Apa syarat yang harus dipenuhi?”
“Syaratnya satu, sang ERNGA jangan sampai rusak atau hilang. Dua, setelah selesai digunakan harus segera dikembalikan.”
“Baik kalau memang itu syaratnya, aku sanggup memenuhi!” jawab Datu Dalu.

Akhirnya Datu Dalu mengambil tontonan burung ERNGA dari rumah Sangmaima. Tetapi begitu burung ERNGA dibawa ke rumah Datu Dalu, Sangmaiama secara sembunyi-sembunyi membuntuti kakaknya dari belakang. Selanjutnya setelah tiba di rumah kakaknya ia bersembunyi di langit-langit rumah tanpa diketahui oleh siapapun.

Malam harinya Sangmaima masih dengan cara sembunyi-sembunyi sengaja melewati wanita yang jadi burung ERNGA itu.

“Besok pagi-pagi buta kamu harus segera meninggalkan tempat ini!” kata Sangmaima memberitahu.
“Kenapa harus begitu?” jawab wanita yang jadi burung ERNGA.
“Sudahlah pokoknya kamu harus pergi.”

Rupanya gadis yang jadi burung ERNGA tersebut memenuhi perintah Sangmaima. Maka ketika esok paginya burung ERNGA dipanggil untuk bermain oleh Duta Dalu, burung ERNGA tidak muncul. Memang burung ERNGA telah menghilang ketika pagi masih buta. Hal ini membuat Duta Dalu menjadi binggung.

Di saat sang Datu Dalu kebinggungan Sangmaima datang. Memperoleh laporan bahwa sang ERNGA hilang Sangmaima marah-marah. Datu Dalu merasa bersalah ia sanggup mengganti burung ERNGA itu dengan sejumlah uang berapapun. 
 
Di saat Sangmaima memperoleh penawaran ganti uang ia tidak dapat menerima. Akhirnya perselisihan antar kedua saudara kandungpun tidak dapat dihindarkan. Keduanya merasa sama-sama kuat dan sama-sama tidak ada yang mau mengalah. Hingga pada puncak perselisihannya Datu Dalu menggangkat sebuah lesung. Sekuat tenaga lesung itu dilemparkan ke kampung tempat tinggal Sangmaima. Seketika itu juga muncul keajaiban. Bekas lemparan lesung itu berubah menjadi sebuah danau. Hingga kini danau tersebut masih ada dan disebut danau “Losung”. Menerima perlakuan kakaknya seperti itu Sangmaima tidak mau menerima. Ia segera melemparkan piring. Piring tersebut segera dilemparkan ke kampung tempat tinggal kakaknya Datu Dalu. Anehnya, di tempat jatuhnya piring yang dilempar oleh Sangmaima itu pun menjadi sebuah danau. Hingga kini danau tersebut masih ada dan dinamakan danau “Pinggan”. Itulah cerita tentang asal-usul terjadinya Danau Lesung dan Danau Pinggan yang terdapat di daerah Tapanuli Utara. Tepatnya di Daerah Silahan Kecamatan Lintang Ni Huta.


Demikianlah Info postingan berita ASAL MULA DANAU LOSUNG DAN DANAU PINGGAN

terbaru yang sangat heboh ini ASAL MULA DANAU LOSUNG DAN DANAU PINGGAN, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian info artikel kali ini.

Anda sedang membaca posting tentang ASAL MULA DANAU LOSUNG DAN DANAU PINGGAN dan berita ini url permalinknya adalah https://indodongeng.blogspot.com/2010/05/asal-mula-danau-losung-dan-danau.html Semoga info lowongan ini bisa bermanfaat.

Subscribe to receive free email updates: