Cerpen KUTITIP DUA LEMBAR BAJU UNTUK MASA DEPAN

Cerpen KUTITIP DUA LEMBAR BAJU UNTUK MASA DEPAN - Hallo semuanya Pembaca Berita, Pada postingan berita kali ini yang berjudul Cerpen KUTITIP DUA LEMBAR BAJU UNTUK MASA DEPAN, telah di posting di blog ini dengan lengkap dari awal lagi sampai akhir. mudah-mudahan berita ini dapat membantu anda semuanya. Baiklah, ini dia berita terbaru nya.

Judul Posting : Cerpen KUTITIP DUA LEMBAR BAJU UNTUK MASA DEPAN
Link : Cerpen KUTITIP DUA LEMBAR BAJU UNTUK MASA DEPAN

Cerpen KUTITIP DUA LEMBAR BAJU UNTUK MASA DEPAN

SYA’IR BERDARAH


Hampir satu tahun sudah si Aru hidup tanpa rumah, dia bukanlah seorang pengemis ataupun seorang pemulung, dia adalah kaum intelektual yang berstatus mahasiswa S1. Namun dirinya terseret oleh arus perekonomian yang kian menderu, setelah usai si Aru dari kosnya yang lama, ia sering berdiskusi pada sebotol anggur dan kegelapan.


"Wahai anggur, manis sekali kehidupan ini"


Sebotol anggur "Ya, kau tahu begitulah aku yang manis menggoda namun tak tahu siapa yang salah aku, kau, yang membuatku, iblis ataukah Tuhan"


Aru "Kenapa kau ikutkan Tuhan, aku sedang bersetubuh denganmu"


Sebotol Anggur "Karena aku kau berdosa, karena yang membuatku kau berdosa, karena kau sendiri kau berdosa, karena iblis kau berdosa, nah apakah tidak ada campur tangan Tuhan"


Aru "Sudahlah, ini memang kehendakku biarkan aku yang tangguhkan"


Sebotol anggur "Syukurlah, aku tak mau disalahkan"


Si Aru kemudian terus mengelus tubuh sebotol anggur dan sampai tetes terakhirpun ia jilati, mendesah dan berharap ada sebotol lagi. Mungkin karena sudah mabok si Aru berdiskusi pada kegelapan berharap ada tempat untuk tidur.


"Ah, di Jogja tak punya kos kayak anjing penjilat, jilat sana dan sini"


Gelap malam "Hahaha... apa yang kamu harapkan dari kos, bukankah sama saja"


Aru "Aku tak punya identitas, barang-barangku habis entah dimana, yang dulu kawan kini merubah senyumnya seakan-akan aku adalah peminta-minta yang ditakuti"


Gelap malam "Kan kau masih punya dua lembar baju dan celana, itu adalah hartamu, tak usah banyak-banyak aku tahu kau itu bingung untuk menghabiskan hartamu"


Aru "Hahaha ... ya, terkadang aku bingung uang duapuluh ribu ini kuhabiskan untuk apa, padahal merokok dan ngopi belum, makanpun aku belum"


Gelap malam "Maka lukis lah wajah ku, kemudian tulis sajak-sajak tentang diriku, siapa tau perutmu akan kenyang"


Si Aru terdiam dan berpikir


"Ada benarnya juga, kenapa aku tidak melukis saja kemudian kubuat sajak tentangnya, siapa tau akan menghibur"


Tak lama setelah berpikir si Aru mengambil kanvas dan kuas, ia lukis wajah kegelapan dengan sedikit cahaya untuk menunjukan bahwa ada batas antara gelap dan terang, setelah selesai melukis ia kemudian mengambil pena menulis sajak-sajak tentang kegelapan malam


"Wahai gelap, kau adalah sahabat yang tak asing bahkan sangat dekat, hampir setiap malam kita saling bercumbu diantara pengarang sajak yang melepaskan sajaknya dari kehidupan dan apatis terhadap lingkungan, kita hampir setiap malam bersetubuh, kau jilati, kau elus tubuhku dengan mesra dan kau selimuti diriku bersama hembusan angin yang perlahan menghilangkan keperjakaanku, wahai gelap malam, kita sering berdiskusi baik dari rencana jahatku ketika perutku lapar berharap ada yang merasa iba sebelum aku melakukan kejahatan itu, kita sering pula berdiskusi tentang







rencana baikku, namun aku hanya dapat berpesan pada dua lembar bajuku ini suapa ketika aku mendapatkan masa depanku kelak tak akan melupakan mereka berdua, karena sahabat ku dikampus, sahabatku dijalan, sahabatku sholat, sahabatku minum, sahabatku mencuri nasi bungkus adalah dua lembar baju ini, meski sempat ketika dikampus aku di bilang tak pernah mandi, ya tapi itulah realita yang nyata ku alami, wahai gelap malam, aku sering bercikari, berdiskusi denganmu tentang kaum berpendidikan namun kehilangan karakter, kaum berpendidikan yang kehilangan hati dan akal, sehingga dirundung rasa apatis, hedonis, individualis. Lebih baik menjadi seorang penya'ir pinggiran, tak berpenghasilan tapi aku tahu setiap yang suka menulis sya'ir dan sajak, tak lepas dari kebijaksanaanya, aku tau setiap yang suka menulis sya'ir dan sajak adalah orang yang penuh dengan problematika kemudian ia olah menjadi sesuatu yang menarik, dan aku kadang juga begitu, kan hasilnya bisa buat makan bersama pak pejabat yang setiap hari mendorong gerobaknya. Haha ketimbang aku makan bersama pengemis yang sukanya minta-minta uang masyarakat, lagaknya pejabat, bajunya ketat hitam mengkilat, otaknya hahaha uang semata. Ah... beda halnya dengan pejabat pendorong gerobak ini. Dia memberikanku suatu subtansi yang tinggi tentang kebenaran yang hakiki"


tak lama kemudian si Aru berkata


"wahai gelap malam aku sudah selesai menulis sajak tentangmu"


Gelap malam "Sekarang hantarkanlah kepada terang, lukisan dan sajakmu"


Aru "Baiklah, namun kutitip dua lembar bajuku ini untuk siapa saja yang membutuhkannya (menaroh baju pada pagar jembatan) dan ketika aku kembali besok malam kuharap dua lembar bajuku sudah tidak ada disini lagi"


Haripun sudah menjelang siang, Aru berjalan menuju sebuah toko yang menjual dan membeli lukisan, si Aru menjualnya namun sebelum kukisan tersebut dibeli, si Aru ditanyai


"Lukisan ini indah sekali, kira-kira adek jual berapa ?"


Si Aru "Hahaha...saya tidak memberi harga terhadap seni, saya terserah bapak saja, seratus rupiahpun saya terima, bahkan tidak bapak bayarpun tak masalah"


Penjaga toko "Nah begini saja, bagaimana kalau lukisan adek saya bawa kepameran nanti malam, itu atas nama adek"


Aru "Wah saya tak punya uang pak untuk bayar lapak"


Penjaga Toko "Ah, soal itu gampang, lagian murah kok"


Aru "Ya sudah terserah bapak saja"


Penjaga toko "Nama adek siapa ? Ada no HP-nya gak ? Nanti hubungi saya ya ?"


Si Aru "Nama saya Aru Hamim pak, ini no HP saya; 085752446733, oh iya pak nanti saya kesini saja"


Pada malam harinya pun si Aru ketempat pameran dan bertemu dengan penjaga toko tadi siang


Aru "Mana lukisan saya pak ?"(melihat-lihat) Penjaga toko


"Ini lukisanmu dek"(menyodorkan uang)


Aru "Wah buat apa uang sebanyak ini pak ?"


Penjaga toko "Ini hasil penjualan lukisan mu, jumlahnya Rp. 75.000.000,00"


Si Aru "Ah saya minta terserah bapa aja"


Penjaga toko "Adek ini bodoh atau memang dermawan ?"(dengan raut wajah heran)


Si Aru "Saya tidak bodoh pak, saya juga bukan orang yang dermawan, ya terserah bapak saja"


Tak lama penjaga toko tersebut memberikan kepada si Aru Rp. 20.000.000,00


"Saya cuma minta Rp. 5.000.000,00 sisanya saya kasih ke pondok pesantren saja"


Si Aru "Ah, 20 juta itu untuk apa pak, bayar SPP saya bisa kerja yang lain, makan saya bisa kerja ngajar, buat modal usaha juga masih banyak orang yang butuh modal, saya minta 500 ribu saja"


Penjaga toko "Ya saya sudah pusing, terserah adek saja, tapi di kemanakan uang sisanya, saya belum terbiasa memegang uang sebanyak ini"


Aru "Terserah bapak, asal untuk orang yang benar-benar membutuhkan saja"


Sembari pamit pergi dengan uang Rp. 500.000,00 ia ketempat penjual anggur, kemudian pergi ketempat lomba menulis, ia masukan sajak tentang malam yang ia tulis pada malam itu, yah sampai sekarang si Aru belum tahu kabar selanjutnya tentang sajak yang ia ikutkan sertakan kedalam lomba tersebut.


Aru "Tuhan, kutitip dua lembar bajuku pada malam itu untuk masa depanku, pabila aku berada diatas tahta Dunia, ingatkan aku tentang bau badanku hari ini, ingatkan aku tentang keringatku hari ini, ingatkan aku tentang sajak-sajak pengemis yang sering kutulis"






TAMAT.


Demikianlah Info postingan berita Cerpen KUTITIP DUA LEMBAR BAJU UNTUK MASA DEPAN

terbaru yang sangat heboh ini Cerpen KUTITIP DUA LEMBAR BAJU UNTUK MASA DEPAN, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian info artikel kali ini.

Anda sedang membaca posting tentang Cerpen KUTITIP DUA LEMBAR BAJU UNTUK MASA DEPAN dan berita ini url permalinknya adalah https://indodongeng.blogspot.com/2016/11/cerpen-kutitip-dua-lembar-baju-untuk-masa-depan.html Semoga info lowongan ini bisa bermanfaat.

Subscribe to receive free email updates: