Cerpen Agustin Imoet

Cerpen Agustin Imoet - Hallo semuanya Pembaca Berita, Pada postingan berita kali ini yang berjudul Cerpen Agustin Imoet, telah di posting di blog ini dengan lengkap dari awal lagi sampai akhir. mudah-mudahan berita ini dapat membantu anda semuanya. Baiklah, ini dia berita terbaru nya.

Judul Posting : Cerpen Agustin Imoet
Link : Cerpen Agustin Imoet
Cerpen Agustin Imoet
 
Agustin Imoet, begitulah nick name facebook seorang cewek yang terlihat cantik dari foto profilnya, lajang tertulis pada status hubungannya. Walaupun belum pernah bertemu, tapi rasa takjub hadir membayangi siapa pun yang melihat fotonya di facebook. Siapapun itu, pasti tak akan melepaskan pandangan dari layar laptopnya. Begitu juga dengan Arif Sakti, seorang siswa SMA yang menginjak masa remaja yang penuh dengan warna. Tak disangka anganan yang dulu pernah terbesit dalam benak Arif kini menjadi kenyataan. Agustin Imoet meladeni setiap dinding yang dikirim untuknya. Bahagia pasti dirasa oleh Arif. Kenapa tidak? Mendapat teman cantik di facebook, padahal dia terbilang baru belajar memakai facebook, biar dianggap anak gaul dan tidak kuper oleh teman sepergaulannya.
Nyaman sekali Arif chatting dengan Agustin, ‘dinding’ facebook Arif penuh dengan foto Agustin dengan huruf-huruf yang terangkai di sampingnya. Begitu juga dengan ‘dinding’ facebook Agustin, juga penuh dengan kiriman Arif yang memenuhi setiap sudut facebook-nya. Tergila-gila Arif pada cewek facebook itu. Cewek yang entah bagamana asal-usulnya yang tidak ia ketahui.
Sejak itulah kehidupan Arif berubah drastis, kehidupan nyata dia masukkan ke dunia maya, dunia yang tak dapat dipijak namun dapat ditelusuri. Dunia luas yang tak ada batasnya, dunia penuh warna dan dunia penuh inspirasi baginya.
***
Pagi datang membawa dingin yang menusuk tulang. Kicauan burung dan kokokan ayam menyemarakkan pagi itu. Tak ketinggalan tetesan embun disinari matahari berkulaian terlihat jelas di antara daun-daun di balik jendela. Mata sayu itu ia kucek-kucek, lalu bangkit meraih kotak hitam tipis bergambar spiderman di atas meja belajarnya. Ia buka dan ia hidupkan. Lalu ia koneksikan pada sambungan internet di modem yang sudah tertancap pada slot USB. Dia pun membuka facebook.
Kehidupannya sekarang beralih ke facebook. Dia mengecek setiap pemberitahuan yang ada, matanya meloncat-loncat di setiap sudut layar mencari-cari nick name Agustin Imoet. Ia buka pemberitahuan itu, ternyata dalam dindingnya sudah tertulis,
Met pagi Rif
“Sial,” katanya, “aku keduluan sama dia.”
Agustin memberikan perhatian yang lebih pada Arif di facebook, walaupun Agustin tak mengenal dan tak pernah bertemu dengan Arif sebelumnya. Begitulah pagi Arif, setelah mengenal Agustin, cewek facebook itu. Semua berubah, Arif yang bangun pagi selalu olah raga, atau melakukan kegiatan apapun sebelum mandi dan berangkat sekolah, kini bukan lagi udara segar yang ia hirup, tidak pula cahaya matahari yang ia rasakan, tidak ada pekerjaan yang ia lakukan, tapi hanya duduk melotot pada layar laptop walau dirinya belum cuci muka dan masih mengenakan baju tidur semalam.
Terbayang bukan? Bangun tidur langsung facebook-an, tapi itu sudah menjadi sebuah rutinitas wajib bagi anak muda sekarang, walaupun hanya sebatas update status atau apalah.
Berkali-kali mama memanggil nama Arif, tapi tak ada jawaban sedikitpun dari kamarnya. Matanya masih sibuk melotot, jari-jarinya terampil memencet huruf-huruf susunan QWERTY pada keyboardnya, tanpa menghiraukan apa yang ada di luar. Kembali mamanya memanggil Arif, tapi tetap saja tidak ada sedikitpun suara yang terdengar dari balik pintu kamar yang masih rapat terkunci dari dalam, dengan cahaya lampu yang masih remang-remang.
Karena jengkelnya, mama Arif menghampirinya ke kamar, mendobrak-dobrak pintu sambil teriak-teriak. Kali ini Arif kalah, dia tak dapat berbuat apa-apa selain membukakan pintu dan menuruti perintah mama, daripada perang mulut terjadi semakin besar hingga seisi rumah heboh dibuatnya. 
Langkah kakinya terseok-seok walaupun mata telah berbinar cerah. Arif pergi mandi bebek dan telah siap dengan seragam putih abu-abunya. Laptop masih menyala terang dan terlihat sudah ada beberapa pemberitahuan yang muncul, padahal baru beberapa menit ditinggal oleh pemiliknya. Sarapannya ia bawa ke kamar, makan sambil melotot ke layar laptop. Sesekali jemarinya memencet huruf keyboard. Setelah itu, ia pergi ke sekolah dan tak lupa laptop kesayangannya itu ia bawa. Kalau lupa bisa gawat urusannya, karena dia akan galau pastinya di kelas, apalagi jika istirahat tiba.
Malam kini hadir bersama dengan hawa dingin, segelas susu hangat menemani malam Arif yang sedang bercengkrama dengan laptop kesayangannya di teras. Walaupun semilir angin dingin datang menemui Arif, namun Arif tak kunjung masuk ke rumah, nyaman online di luar katanya, sinyal modem juga jadi full. Datangnya Agustin dalam layar datar ini menghangatkan malam Arif, penuh candaan saat saling ngobrol, sesekali pakai layanan video call, sesekali juga saling kirim dinding. Keduanya terlihat akrab. Arif menikmati setiap detik kebersamaan dengan Agustin yang berada di dalam laptopnya.
Ingin sekali Arif bertemu dengan Agustin, cewek facebook itu, cewek yang telah membuat hari-hari Arif berbeda, membuat hari-hari arif berwarna, yang pastinya membuat Arif merasa nyaman dengannya. Hatinya berbunga-bunga, itu tampak jelas terlihat saat senyumannya merekah di kala pesan demi pesan Agustin terkirim untuknya. Penantian balasan juga membuat dia dag dig dug tak menentu. Apa yang dia rasa? Bolehkah dia menyukai orang yang tak tahu asal-usulnya? Orang yang tak jelas dan belum pernah ketemu. Namun rasa itu tak dapat dia bendung lagi.
Bulan bersinar cerah, bintang bertaburan, langit bersih tanpa ada noda sedikit pun tergambar. Ranting-raning bergerak pelan diterpa angin, jangkrik mengerik di sela-sela rumput. Saat itu juga Arif meluapkan apa yang berada dalam hatinya, meluapkan semua bunga cinta, menaburkannya untuk Agustin. Memang aneh yang dilakukan Arif, dia menyatakan cinta pada Agustin, lewat setangkup surat elektronik yang dikirim lewat inbox Agustin. 
Dear Agustin,
Lihatlah ke langit, bulan malam ini indah, kerlipan bintang bertabur di langit kita. Ya, langit kita, malam ini adalah malam kita. Hanya kita berdua, melangkah bersama, meniti setiap jengkal malam.
Taukah kamu?
Jikalau aku punya sekuntum bunga mawar terakhir sebagai tanda cinta, aku ingin memberikannya padamu, aku ingin kau tahu, bagaimana aku mencintaimu lewat mawar itu.
Mawar yang kupetik di puncak Himalaya, melewati hutan belantara. Namun aku tetap mendapatkannya, semua karena kekuatan cinta. Memang ini aneh, kita tak pernah bertemu, namun yang kurasakan ini jujur. Rasa di mana aku selalu nyaman denganmu walau lewat untaian kata, nyaman karena kamu selalu menemani setiap hariku, walau itu maya. Tapi aku yakin suatu hari kita dipertemukan, walau kau tak mau bertemu denganku. Tapi aku yakin dengan perasaanku ini.
Sekarang terserah padamu. Aku mencintaimu, yang tak kutahu, apakah kau mencintaiku?
Yang memujamu
Arif Sakti
Surat itu diakhiri dengan kata-kata yang menggantung penuh dengan tanda tanya. Entah ada apa, kali ini tak langsung ada balasan dari Agustin. Arif gelisah, ia resah. Apakah ini tanda dia menolakku? Satu jam telah terlewati bersama laptop yang terbuka, terlihat belasan pemberitahuan pada facebook-nya, namun satupun tak dia buka.
Dia menghiraukan semuanya, yang ia tunggu hanyalah balasan dari Agustin. Kini malam cerah itu berubah menjadi kelam, mendung datang menutup bulan dan bintang, angin tak lagi semilir menghanyutkan, melainkan semakin kencang menerpa semua yang dilewati, suara jangkrik lenyap. Kini hanya galau yang menghampiri malamnya, bersama kelam.
***
Pagi datang tanpa pancaran sinar yang biasanya terpancar dan terbias dari tetesan embun dari sela-sela daun rindang di balik jendela kamar Arif. Ayam enggan berkokok, burung enggan keluar dari sarangnya. Awan menutupi segala kecerahan pagi. Hanya tiupan angin yang menusuk tulang yang sangat terasa.
Arif tak bersemangat untuk apapun. Laptop yang biasa ia pelototin setelah bangun, sekarang hanya terbuka lebar sejak tadi malam. Tidak sedikit pun disentuhnya, walau hanya sesekali tetap mencuri pandang pada layarnya. Hati Arif kini tertutup oleh awan, tertutup oleh rindangnya daun yang tak bisa ditembus oleh sinar kebahagiaan.
Sejak tadi malam wajahnya selalu ditekuk, berkerut, tanpa sedikitpun menuliskan perasaan senang. Semalaman ribuan pesan telah ia kirim, ribuan kata-kata yang terangkai dalam sajak-sajak indah telah terketik. Tapi apa daya, dia tak dapat memaksa, hanya penantianlah yang dapat dia lakukan. Pikirannya tertuju hanya pada laptop itu. Makan tak nafsu, mandi tak ingin, berdiam diri saja di atas kasur hangat dan di bawah selimut tebal bergambar spiderman.
“Rif, bangun, sana mandi, nanti telat!” seperti biasa teriakan mamanya menggema di rumah. Namun tak ada jawaban sedikit pun dalam kamarnya.
“Rif, bangun cepat!” kembali terdengar suara dengan nada yang agak ditinggikan. Berkali-kali suara itu terdengar dan sekarang dekat sekali suara itu.
Krek.. mamanya membuka pintu yang tidak dikunci oleh pemiliknya. Mamanya hanya melihat anak laki-lakinya terbujur di bawah selimut tak berdaya. Wajahnya kusut, matanya sipit, rambutnya acak-acakan, persis seperti orang yang depresi. 
Mama mendekatinya dan memeriksa keadaan Arif, ternyata badanya panas. Arif hanya bisa melihat mamanya tanpa berkomentar sedikitpun. Cepat mamanya mengambil makanan dan menyuapinya persis seperti bayi yang masih imut. Lanjut diberinya obat penurun panas. Sungguh segalak-galaknya mama Arif, beliau masih peduli. Itulah naluri seorang mama yang sangat peka pada anaknya.
Ting tung… terdengar suara itu dari laptopnya. Cepat ia meraih laptopnya yang masih terbuka di atas meja. Ia buka pesan tersebut, ternyata dari Agustin. Wajahnya kini berbinar, matanya melebar senyumnya merekah. Penantian semalaman kini telah membuahkan hasil, semuanya akan terjawab sudah. Ia baca satu persatu kata yang tertulis dalam pesan tersebut, ia cerna baik-baik setiap kalimat yang terangkai.
Untuk Arif
Rif, sebelumnya terimakasih mawar yang telah engkau berikan padaku. Mawar penuh perjuangan hingga kau mendapatkannya untukku. Tapi, apakah aku pantas mendapatkannya? Pantas kau beri itu untukku?
Walaupun jujur aku juga suka denganmu, suka setiap candaanmu, suka akan perhatianmu, walau hanya lewat rangkaian kata yang tersusun, tapi itu telah menandakan diri kamu. Aku sangat menghargai semua yang telah kamu tulis untukku, walaupun kita tak pernah bertemu, kamu telah suka aku, begitu juga aku.
Sekarang kita harus bagaimana? Apakah kita bisa bertemu? Apakah kita bisa bersatu sedangkan kau jauh dariku.
Andai bulan tadi malam juga kusaksikan, dan andai bintang semalam juga mengiringiku. Maka akan kubalas pesanmu saat itu juga. Maaf telah menunggu.
Yang kau rindukan
Agustin Imoet 
Pesan yang penuh makna, masih tersimpan semua teka-teki pada dirinya. Namun tidak dengan Arif, dia hanya menganggap semua itu adalah kata-kata pengantar yang manis, kata-kata untuk mengiringi perasaannya bahwa ia juga suka denganku. Sontak wajahnya cerah, lantas dia meloncat-loncat di atas kasurnya, ia teriak-teriak bahagia. Entah apa lagi yang dapat menggambarkannya. Kamu pasti sudah pada tahu sendiri bagaimana reaksi orang yang baru saja diterima cintanya.
Kini hari-harinya semakin berwarna, ia punya pacar walau itu hanya di facebook. Yah, anak muda zaman sekarang, pacaran lewat facebook aja diambil serius. Tapi bagai mana lagi, dia baru saja menginjak remaja, baru mengenal facebook.
Hari-harinya diisi dengan online terus hingga lupa waktu. Apa-apa online, lagi di mana pun, online. Siapa lagi kalau bukan dengan si Agustin itu. Entah siapa Agustin kok bisa meladeni Arif terus-menerus seperti itu. Tak puas dengan itu, Arif berniat menemui Agustin di kotanya. Diam-diam dia mencari informasi di mana tepatya Agustin tinggal. Akhirnya dia mendapatkan semua yang ia perlukan.
***
Bis AKAP meluncur dari terminal menuju kota di mana Agustin tinggal, membawa Arif yang tengah dimabuk cinta, yang tengah sumringah wajahnya, tengah senyum-senyum sendiri saat membayangkan pertemuannya nanti dengan Agustin.
“Agustin pasti suka, jika aku datang menemuinya,” gumamnya.
Bis itu melaju kencang memecah keramaian jalan. Sudah tak sabar ia bertemu dengan pujaan hatinya itu. Hingga di bis ia tak bisa tenang, hatinya berdegup kencang, bibirnya terus merangkai senyum manis.
Akhirnya setelah penantian dalam bis yang membosankan, dia sampai juga di kota yang dituju. Kini ia mulai mencari alamat yang telah dia tulis pada secarik kertas, dan dia tanyakan pada tukang ojek yang tengah mangkal. Walaupun rada mahal pakai jasa ojek, tapi ini memudahkannya untuk cepat sampai, ojek akan langsung mengantarkan Arif tepat di depan rumah Agustin.
Setelah tanya sana-sini, dia menemukan abang tukang ojek yang tahu persis alamat yang dituju Arif. Dan abang ojek mengantarnya, melaju kencang memecah jalanan kota, menyusuri setiap keramaian. Mereka masuk pada perumahan dan berhenti tepat pada rumah yang terlihat sepi bertuliskan nomor 553.
Karena pagar terbuka menandakan ada penghuninya, dia memasuki halaman dan memencet bel pintu, tapi tak ada satupun suara yang menjawab kedatangannya. Dia pencet bel berkali-kali dan akhirnya pintu dibukakan oleh seorang cewek yang tak asing lagi baginya. Dialah Agustin, cewek cantik yang telah dia kenal di facebook dan yang telah mencuri hati Arif.
Arif berbunga-bunga, akhirnya dia bertemu dengan Agustin. Sungguh foto agustin di facebook tak bohong, lebih cantik malah jika dilihat secara langsung. Agustin terbengong. Sontak Arif memeluk Agustin erat yang berada di hadapanya. Agustin hanya terbengong kaget dan merelakan dia dipeluk oleh Arif. Dalam hati Agustin juga tersimpan rasa senang sekaligus gelisah, namun tak juga ia keluarkan.
“Ngapain kamu ke sini Rif?” tanya Agustin berontak pada pelukan Arif.
“Aku haya ingin bertemu kamu sayang,” Arif melepaskan pelukannya dan menatap dalam mata Agustin.
“Tapi, tapi...”
“Ma, siapa yang datang ma?” dari pintu pagar terlihat lelaki muda yang habis berolah raga dengan keringat bercucuran. Dia melihat arah Arif dan Agustin. Arif hanya dapat diam membisu kebingungan.
“Sekarang cepat kamu pulang! Itu suamiku,” kata Agustin sedikit membentak namun pelan. “Apa.. apa..?” hati Arif hancur berkeping-keping. Pecah semua harapan Arif. Ternyata Agustin…
“Ia, cepat kamu pulang saja, tak ada gunanya kamu di sini.”
Arif berlari meninggalkan Agustin, melewati suaminya dengan linangan air mata yang terus menetes. Arif tak sanggup menahan air mata yang terus menetes dari kedua sudut matanya. Berlari dia semakin kencang meninggalkan kedua yang mematung itu, meninggalkan semua kenangan indah.
***


Demikianlah Info postingan berita Cerpen Agustin Imoet

terbaru yang sangat heboh ini Cerpen Agustin Imoet, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian info artikel kali ini.

Anda sedang membaca posting tentang Cerpen Agustin Imoet dan berita ini url permalinknya adalah https://indodongeng.blogspot.com/2016/11/cerpen-agustin-imoet.html Semoga info lowongan ini bisa bermanfaat.

Subscribe to receive free email updates: