Salju

Salju - Hallo semuanya Pembaca Berita, Pada postingan berita kali ini yang berjudul Salju, telah di posting di blog ini dengan lengkap dari awal lagi sampai akhir. mudah-mudahan berita ini dapat membantu anda semuanya. Baiklah, ini dia berita terbaru nya.

Judul Posting : Salju
Link : Salju
SOERABAJA Papa telah membeli kereta luncur bekas buat kami, tetapi dia tidak ikut keluar rumah, dia kedinginan, dia berasal dari negeri panas yang tak pernah diguyur hujan salju. Aku berbagi kereta luncur itu dengan adik kembarku, kami harus berbagai segalanya sampai dengan susu yang kami terima di sekolah setiap hari. Kami bergantian saling menarik, bertengkar mengenai giliran siapa sekarang, memandang jalan yang makin ke ujung kian putih, pasti ada salju yang luar biasa banyak di sana, selewatnya deretan panjang rumah-rumah suram, di Taman Zuiderpark dan di belakangnya. Di sana dunia nyata mulai, kota orang besar. Mereka memakai topi abu-abu dan jas abu-abu, kadang-kadang pejalan kaki yang tersesat mendekatkan kepalanya kepada kami dan kami mendengar dia mengatakan, "Bilang saja kepada ibumu, kamu harus mencuci matamu lebih bersih." Kami menggosok mata. Kami memandang punggung orang itu sampai lama ketika dia menjauhi kami, dan kemudian menyampaikan pesannya kepada Mama Belanda. "Ah, itu orang gila." Kalau kami harus percaya ibu kami, banyak orang gila berkeliaran. Memakai topi abu-abu, jas panjang abu-abu, sepatu hitam dengan kaus kaki abu-abu, jenis orang yang memenuhi gereja pada hari Minggu. Kami terlalu kecil untuk memahami lelucon picik seorang Den Haag asli dan tanggapan kesal Mama Belanda. Dan kami sama sekali tidak menyadari bahwa di jalan Mama Belanda kami yang pirang cenderung bersikap seakan-akan kami bukan anak-anaknya, melainkan milik seorang kenalan yang sedang sakit. Masih bisa lebih parah lagi. Salju menipis dan berubah menjadi salju yang siap diterbangkan angin. Kereta luncur kami lagi-lagi dengan suara berderus mogok di trotoar abu-abu. Dunia memberontak, menjemukan, dan dingin. Kami duduk saling membelakangi di kereta dan setuju menunggu sampai salju turun lagi. Menunggu salju di negeri Belanda, anak-anak tolol, Natal selalu mengecewakan. Kami tidak pernah berhasil melewati seluruh lintasan penuh persimpangan jalan yang berbahaya sampai ke ujungnya, di mana dunia nyata mulai. Salju yang sesungguhnya selalu ada di sana, di mana kau tidak perlu turun dari keretamu untuk menghindari tangga-tangga rumah yang abu-abu, di mana kau bisa tetap meluncur, terus dan terus dan terus. Dan pada musim panas, matahari di sana selalu bersinar di balik awan. Bagaimana rasanya tiba di tempat itu dan tidak pernah kembali lagi? Suatu hari kami menarik kereta kami yang berderit merindukan salju, menuruni jalan. Kami berjalan begitu jauh, sampai tidak bisa melihat rumah kami lagi. Seorang laki-laki dengan topi kuning bertanya kami mau ke mana, lalu kami mengatakan kami tersesat. Laki-laki itu mengantar kami, jauh kembali ke rumah kecil kami, tempat perang berlangsung, biasanya pada malam hari. Suara-suara menyeramkan di kamar tidur orang tua kami, atau permainan bayangan Soerabaja Papa dan pisau belatinya di tembok kamar tidur kami, sementara dia bergumul dengan orang yang tidak kelihatan. "Dia melihat hantu, ayahmu itu," kata Mama Belanda, pagi sesudah malam berlalu penuh teriakan dan caci maki dalam kegelapan, yang tiba-tiba berubah menjadi sunyi senyap dan kami bisa mendengar Soerabaja Papa berjalan mengendap-endap di atas karpet sabut kelapa di depan kamar dan memutar semua sakelar lampu, sehingga dia bisa mencari para pelopor, yang jauh-jauh datang dari Indonesia untuk membunuh dia dan kami, seluruh keluarganya. "Kita seharusnya mengatakan bahwa kita tidak punya rumah kepada orang yang memakai topi kuning itu." "Ya." "Mungkin orang dengan topi kuning itu lalu membawa kita ke ujung jalan." "Ya, dan dia akan menarik kita dengan tali di atas salju, karena semua salju ada di kejauhan." "Ya, dan di salju kita tidak melihat jejak kaki lain di belakang kita. Hanya jejak kaki orang dengan topi kuning di antara jejak-jejak kereta luncur kita." "Seperti apa rumah-rumah di sana, di ujung jalan?" "Mungkin rumah di mana Papa tidak akan pernah bisa menemukan kita." "Tidak pernah?" "Ya, tidak pernah." "Lalu bagaimana dengan Mama? Dan yang lain-lainnya?" Berlama-lama kami bisa merenungkan pertanyaan itu. Pertanyaan yang membelenggu. Pada saat kami tetap menunggu di atas kereta luncur, mungkin kami tidak mengharapkan salju. Namun seseorang yang akan mengajak kami. Bukan ke ujung jalan, melainkan pergi dari sini, untuk selamanya, dan tidak akan pernah kembali lagi.(72) Catatan: Soerabaja adalah ejaan kota Surabaya pada zaman Belanda. "Mencuci mata lebih bersih" adalah ungkapan yang bermakna mata yang berwarna cokelat menjadi biru seperti mata orang Belanda. Adapun pelopor atau pelopper adalah sebutan untuk pejuang kemerdekaan Indonesia. * Diterjemahkan oleh Widjajanti Dharmowijono dari judul asli "Sneeuw" dalam Haagsche Courant, Den Haag, Belanda, 10 Januari 2003. Diterbitkan ulang di media ini atas persetujuan Alfred Birney, sang pengarang.


Demikianlah Info postingan berita Salju

terbaru yang sangat heboh ini Salju, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian info artikel kali ini.

Anda sedang membaca posting tentang Salju dan berita ini url permalinknya adalah https://indodongeng.blogspot.com/2013/11/salju.html Semoga info lowongan ini bisa bermanfaat.

Subscribe to receive free email updates: