Dewa Kaladri

Dewa Kaladri - Hallo semuanya Pembaca Berita, Pada postingan berita kali ini yang berjudul Dewa Kaladri, telah di posting di blog ini dengan lengkap dari awal lagi sampai akhir. mudah-mudahan berita ini dapat membantu anda semuanya. Baiklah, ini dia berita terbaru nya.

Judul Posting : Dewa Kaladri
Link : Dewa Kaladri

Kisah ini mengajarkan kepada kita akan pentingnya rasa sabar dan syukur atas apa yang dianugerahkan Tuhan kita. Jika kita dinugerahkan bentuk tubuh yang tak sempurna, janganlah Tuhan disalahkan. Sebab siapa tahu di balik pemberian itu tersembunyi makna yang kita tak tahu bagaimana berpangkal. Selain itu kisah mengajarkan agar selalu menjaga kepercayaan teman. Tapi ketika dikhianati, pantang kita membalas dendam. Sikap yang baik adalah bertawakal dan berdoa semoga teman yang mengkhianati itu segera insyaf.


Batu-batu bintang berkilau, awan tebal menguap bagai asap melindap, seolah gugusan batu-batu berserinai mirip Gunung Sinai. Mendung tebal berarak pertanda mau hujan. Di Khayangan, mendung tebal itu membentuk sebuah lubang mirip bangunan. Dalam bangunan itu bediam penguasa Khayangan. Lelaki tampan itu memperistri putri Khayangan yang amat cantik bagai bidadari dari lembah surga. Namun kini Danghyang Sakti, nama lelaki itu gelisah.


“Lebih baik kubuang saja anak ini,” gumamnya.

Lelaki itu membenci anaknya. Ia mempunyai seorang anak lelaki yang buruk rupa. Mukanya kisut, matanya picing, kulit hitam pekat, rambut kriting, dagu peyot, perut membuncit, badan kurus, bau badan mirip bau kotoran manusia. Pendeknya tak bisa dibanggakan. Ya, anak itu amat memalukan Danghyang Sakti. Akhirnya, di malam kelam itu, Danghyang membuang anaknya ke bumi. Lelaki jelek dan buruk rupa itu jatuh di sebuah bukit Kujang. Ia menangis tersedu-sedu di bawah sebuah pohon besar, tangannya memegang reranting yang merumbai ke bawah. Tak ada orang di kanan kiri yang dapat menolongnya. Angin bebas meniup tubuhnya yang ringkih itu.


Siangnya, si bocah malang itu menahankan terik matahari yang membakar kulitnya yang tak berkain. Pohon-pohon tampak diam kaku dibakar panas yang menyengat. Dalam suasana itulah lewat seorang lelaki tambun dan rupawan, kumisnya tebal seperti daun kornis, alis tebal, mata binar, bibir mirip irisan jeruk sepasi. Lelaki itu tak lain Bupati Sangkan yang senang melancong ke bukit-bukit, atau sesekali melihat pemandangan-pemandangan indah. Dilihatnya seorang anak tergeletak di tanah. Tak berbaju tak bercelana. Anak itu berkulit hitam kurus. Namun ajaibnya, walau panas seakan membakar sekeliling, anak kecil yang buruk rupa itu seolah tertutup mendung yang menggantung di atasnya. Juga angin bertiup semayup pelan di kulitnya hingga siang itu, bocah hitam pekat reyot itu terlelap kalap.



Bupati Sangkan kemudian memangku anak kecil itu, lalu dibopongnya pulang. Ia dirawat Bupati Sangkan. Mendung yang menggantung itu mengikuti anak itu, ke mana pun ia dibawa. Bupati Sangkan kaget. Ia coba membawa anak itu ke bukit yang pada hari biasanya sungguh panas. Namun tidak saat anak jelek itu dipangkunya. Ia dongakkan kepalanya ke atas. Uh, tampak ada segerombol awan tebal mengatapinya. Bupati Sangkan jadi berpikir, pastilah anak ini bukan anak sembarangan. Itulah sebabnya ia berjanji mantap dalam hati untuk memeliharanya baik-baik.



Sesampai ia di rumah, istrinya yang cantik jelita menyapanya. Namun setelah diperlihatkan bawaan suaminya hari ini, keningnya pun berkerut.



“Siapakah anak lelaki itu?”tanya istrinya.

“Anak ini kutemukan di Bukit Kujang. Anak ini harus kita rawat baik-baik. Anggaplah anak ini seperti anak sendiri.”



Bahu istrinya bergidik setelah melihat rupa dan bentuk bocah jelek yang sedang tidur lelap itu. Perawakannya begitu hitam. Tak berapa lama bocah buruk rupa itu membuka mata dan terbangun. Betapa kagetnya ia melihat sosok lelaki tambun yang tampan dan seorang perempuan cantik duduk di sampingnya. Jika lelaki tambun itu bersikap biasa, tapi tidak perempuan cantik itu. Dia menatap bocah buruk rupa itu sambil menutup hidungnya. Uh, baunya tak keruan. Kemudian istri Bupati Sangkan meminta suaminya untuk tidak menjadikan anak itu sebagai anaknya. Ih, siapa sudi memelihara anak yang sangat buruk rupanya itu.



“Hai anak jelek, hitam, budek!!” tukas istrinya ketika tak ada suaminya. Mulutnya merengut.

Bocah kecil itu diam. Ia tak memperhatikan omelan perempuan itu. Namun diam-diam, sikap istri Bupati Sangkan itu rupanya menyakiti hatinya. Akhirnya, ia pun memilih kabur dari rumah itu tanpa pamit. Ia sisiri hutan, persawahan, bukit-bukit. Ia berjalan sebatangkara walau tak membawa pakaian dan bekal makanan.



***



Di pagi itu, para kawula kerajaan sibuk membersihkan halaman keraton yang dipenuhi daun-daun kering waru saban malam. Mestinya Raja Pakuan Barat itu masih tenang di kediamannya. Namun ia memilih keluar dengan diiringi permaisuri dan para dayangnya menikmati udara sejuk di luar. Matahari pelan-pelan keluar menerangi halaman keraton. Tak lama kemudian sang putri cantik yang bernama putri Tasik Larang Raja Kembang juga keluar bersama pengiringnya. Perempuan cantik jelita itu sudah disunting beberapa putra mahkota kerajaan tetangga, namun Raja Pakuan Barat masih menolak lamaran mereka.



Dan di pagi ini, tatkala mereka sedang keasyikan berbincang-bincang, Raja Pakuan melihat sesosok lelaki kumuh dan buruk rupa memasuki halaman keraton. Lelaki muda itu segera menghampiri Raja Pakuan Barat. Tampaknya sudah diniatkannya untuk haturkan sungkem pada Raja melihat sikapnya yang tanpa takut-takut langsung menghadap Sang Raja.

“Matur sembah sungkem hamba Tuan Raja. Hamba datang dari khayangan. Hamba minta ijin untuk bertapa di bukit.”



“O silahkan anak muda. Bertapalah!! Seusai bertapa, kembalilah ke sini! Temui saya,” ucap Raja Pakuan Barat yang entah kenapa segera mengizinkannya tanpa mesti menyelidiki siapa sejatinya pemuda buruk rupa ini.

Ia kemudian mengundurkan diri dan menuju puncak bukit untuk bertapa. Sebentar-sebentar ia menengok hendak menentukan di atas batu mana ia melangsungkan tapanya. “O itu. Ada batu yang terhampar. Cukup hening untuk tapaku,” pikirnya. Yang tak ia ketahui, disela batu itu bergelung malas seekor ular besar yang memang secara khusus ditugaskan menjaga tempat pertapaan para raja. Ia mengheningkan cipta, berdiam, menjalankan rasa, memusatkan konsentrasi, menenangkan pikiran, puncak sushumna. Dalam tapa bratanya, lelaki itu diberi petunjuk untuk menceburkan tubuhnya di Danau Sipatahunan; sebuah danau yang airnya tak pernah surut.



Mendapat mandat seperti itu, ia pun bangkit. Ia berjalan menuju danau yang yang hanya sepelemparan tombak jauhnya dari tempatnya bertapa. Dilihatnya danau berair jernih itu. Ikan-ikan tampak berkejaran dalam satu kelompok atau sendiri-sendiri.

Byuurrrr!!!



Lelaki buruk rupa itu pun ceburkan diri hingga tubuhnya basah kuyup. Dinginnya air danau itu cukup membuatnya menggigil tak lama setelah ia terjun.



Dan keajaiban pun terjadi. Lelaki muda itu kaget memperhatikan kulit tubuhnya berubah. Ia rabai mukanya, hidung, leher, dada, pinggul, paha, hingga dua kakinya. Semuanya berubah. Disaksikannya kulitnya kini berubah jadi kuning langsat dan berbulu halus tanpa sisik. Ia menengadah ke langit jagad dan membayang lagi masa kecilnya tatkala ia dilempar ke bumi oleh ayahnya. Ia pun bersicepat menyelesaikan mandinya dan berdiri di atas sebongkah batu pinggir danau.



“Ayaaaahhhh!!! Kini aku telah berubaaaah! Apakah ayah masih membencikuuuu!! Jawablah ayaaaah!!!” serunya dengan suara menggelegar memenuhi angkasa danau itu. Saking kerasnya, seruannya itu menembus juga lubang pintu gerbang Kahyangan. Di lapisan langit tertinggi itu, ayah dan ibunya hanya tersenyum mendengar pengaduan anaknya yang terbuang itu.



“Anakku! Selesaikan tapamu. Bila tiba saatnya pulang, pulanglah ke Kahyangan. Aku dan Ibumu sangat merindukanmu pulang,” seru ayahnya yang membuat airmatanya menetes lembut. Ia terharu.

Lelaki muda—dan kini telah berwajah tampan dan bertubuh tegap itu—menuruni menuruni bukit. Didatanginya keraton untuk menemui Raja Pakuan Barat. Melihat perubahan pada tubuh lelaki itu, Raja Pakuan Barat memberinya nama Prabu Anom Munding Kawangi. Saking tertegunnya, Raja Pakuan pun mengikhlaskan putri semata wayangnya disunting Prabu Anom.



“Bila saya meninggal, Prabu Anom Munding Kawangi yang akan naik tahta,” tukas Raja Pakuan Barat pada pejabat-pejabat kerajaan.



Berbulan-bulan Prabu Anom tinggal di kerajaan Pakuan Barat. Lelaki tampan itu membantu mertuanya menyelenggarakan kebijakan kerajaan dan mensejahterakan rakyatnya. Ia melakukan pelbagai macam perbaikan dalam pemerintahan. Beberapa pikiran briliannya diberitahukannya kepada mertuanya dan selanjutnya diselenggarakan para abdi. Rakyat pun kian senang kepada Raja Pakuan. Sebaliknya, Raja Pakuan makin yakin bahwa di bawah kepemimpinan menantunya, kelak kerajaannya ini akan bersinar terang.



***



Jelang sore, senja bertengger di langit jingga. Prabu Anom agak jengah di kerajaan. Ia pun uluk pamit pada mertuanya untuk mengajak istrinya berjalan-jalan, sekaligus mengheningkan cipta di dekat kerajaan yang diperintah Ratu Bagus Banaruddin. Selain bertapa, Raja Anom bermaksud menjenguk teman karibnya yang ia anggap saudaranya itu. Setelah mendapatkan izin, suami-istri itu pun berangkat berdua ke Parung Kujang di mana Ratu Bagus Banaruddin tinggal.



Betapa gembiranya Ratu Bagus dikunjungi sahabatnya yang kini punya gandengan istri cantik seorang raja. Setelah berlepas-lepas kangen, Prabu Anom pun meminta izin sejenak untuk bertapa di Bukit Jaladi. Karena jalan menuju bukit itu curam dan berliku, terpaksa ia menitipkan istrinya pada Ratu Bagus. Prabu Anom meminta agar ia diperlalukan sebagaimana saudara sendiri.

“Baiklah,” jawab Ratu Bagus.



Kemudian Prabu Anom berangkat bertapa di bukit. Ia susuri jalan meliuk berular-ular, batu-batu tajam bertonjolan yang tak ayal lagi melukai telapak kakinya. Sementara lambat laun Ratu Bagus Banaruddin menaruh rasa cinta pada istri Parabu Anom yang cantik jelita itu. Sebenarnya rasa itu muncul ketika Putri Tasik Raja Kembang baru tiba di tempat itu, namun karena sungkan pada teman karibnya, ia tak lipat rapat rasa sukanya itu. Setelah Prabu Anom menitipkan istrinya kepadanya, melonjak-lonjak perasaan Ratu Bagus. Karena seringnya bersama dan Ratu Bagus terus menggodanya, Putri Larang pun jatuh ke pelukan Ratu Bagus. Keduanya pun kawin diam-diam tanpa sepengetahuan Prabu Anom.



Tujuh bulan kemudian, Prabu Anom turun dari bukit, namun lelaki gagah tampan itu tidak masuk di rumah Ratu Bagus karena sepanjang jalan didengarnya kabar tak enak di kuping bahwa istrinya telah diperistri teman lamanya yang tak mampu menjaga kepercayaan itu. Prabu Anom hanya duduk di sebuah padepokan di luar kerajaan. Medengar kabar kedatangan Prabu Anom dari tapanya, Ratu Bagus mengutus prajuritnya untuk membunuh Prabu Anom. Mereka menggelar pengepungan rapat yang membuat Prabu Anom lari terbirit-birit. Saat di tengah jalan, ia berpapasan seorang lelaki tua. Napas Parabu Anom tersengal-sengal. Hanya sayup-sayup didengarnya Ki Kondoy memperkenalkan namanya.



“Tolong! Tolong!! Tolong!!!” serunya kepada Ki Kondoy.

Karena belas kasih, Ki Kondoy pun menyuruhnya tidur di sebuah lubang pembuangan sampah. Maka tatkala segerombol pengejar menanyakan keberadaan Prabu Anom, Ki Kondoy langsung mengatakan tidak tahu. Sungguh, atas pertolongan Ki Kondoy itu, Prabu Anom yang terkenal dengan Dewa Kaladri itu mengucapkan uluk terima kasih. Dan sebelum pergi meninggalkan lelaki itu, Prabu Anom bertitah pada Ki Kondoy:

“Terima kasih Ki Kondoy atas kebaikan hatimu. Aku akan pergi. Semoga kau menjadi orang kaya dan senang dalam hidup. Menyadap akan menjadi mata pencaharian anak cucumu. Namun mereka akan kaya sepertimu. Namun saya ingatkan jangan sekali-kali anak cucumu menikah dengan anak turun Ratu Bagus Banaruddin.”

Usai bertitah demikian, Dewa Kaladri pun meninggalkan Ki Kondoy. Ki Kondoy pun kelak menjadi seorang yang kaya raya dari menyadap. Sementara keberadaan Dewa Kaladri tak ada yang tahu di mana. Namun siapa pun yang memunajatkan doa pinta kepadanya, pasti akan menjadi manusia besar, kaya, dan berhati dermawan.


Demikianlah Info postingan berita Dewa Kaladri

terbaru yang sangat heboh ini Dewa Kaladri, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian info artikel kali ini.

Anda sedang membaca posting tentang Dewa Kaladri dan berita ini url permalinknya adalah https://indodongeng.blogspot.com/2013/11/dewa-kaladri.html Semoga info lowongan ini bisa bermanfaat.

Subscribe to receive free email updates: