makalah Akhlak Tercela kelas 12 MA

makalah Akhlak Tercela kelas 12 MA - Hallo semuanya Pembaca Berita, Pada postingan berita kali ini yang berjudul makalah Akhlak Tercela kelas 12 MA, telah di posting di blog ini dengan lengkap dari awal lagi sampai akhir. mudah-mudahan berita ini dapat membantu anda semuanya. Baiklah, ini dia berita terbaru nya.

Judul Posting : makalah Akhlak Tercela kelas 12 MA
Link : makalah Akhlak Tercela kelas 12 MA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya kepada kami semua sehingga kami dapat menyelesaikan makalah agama ini dengan baik.
Penulisan makalah yang  bersifat  sederhana  ini, dibuat berdasarkan tugaskelompok   dalam materi yang berjudul Akhlak Tercela.
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, kami semua dapat menyusun, menyesuaikan, serta dapat menyelesaikan sebuah makalah ini. Di samping itu, kami mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yan telah banyak membantu kami dalam menyelesaikan pembuatan sebuah  makalah ini, baik dalam bentuk moril maupun dalam bentuk materi sehinggadapat terlaksana denan baik.
Kami, sangat menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami ini memang masih banyak kekurangan serta amat  jauh dari kata kesempurnaan. Namun, kami semua telah berusaha semaksimal mungkin dalam membuat sebuah makalah ini. Di samping itu, kami sangatt  mengharapkan kritik serta saran nya dari semua teman-teman demi tercapainya kesempurnaan yang di harapkan dimasa akan datang.



Montasik, 27 September 2017


Penulis,












DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................
BAB 1 PEMBAHASAN
A. Nifaq.........................................................................
B. Keras Hati
BAB II PENUTUP..........................................................................................................


BAB I
PEMBAHASAN
A. NIFAQ
1. Pengertian Nifaq
Nifaq berasal dari kata nafiqa yang berarti lubang tempat keluarnya hewan sejenis tikus dari sarangnya. Ada yang berpendapat ia berasal dari kata nafaq yaitu lobang tempat bersembunyi. Nifaq secara bahasa berarti ketidaksamaan antara lahir dan batin. Menurut Ibnu Rajab nifak secara bahasa bersinonim dengan kata mencela, berbuat makar dan menampakkan kebaikan serta menyembunyikan kejahatan. Orang yang
melakukan perbuatan nifak disebut dengan munafik.
Menurut Ibnu Katsir munafik adalah orang yang keluar dari jalan kebenaran masuk ke jalan kesesatan. Karena itu Allah memperingatkan dengan firman-Nya:

Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik. (QS. Al Taubah(9): 67)
Perbuatan  munafik  sangat  dibenci  oleh  Allah  Swt  dan  rasulNya.  Oleh  karena    itu orang munafik dijanjikan oleh Allah Swt mendapat balasan yang berat karena mereka melakukan perbuatan tidak islami,  menebarkan  kebencian  dan  kebatilan  serta mengabaikan kebenaran. Orang munafik hanya berpikir demi kepentingan dan keinginan mereka tanpa memperhatikan kebenaran dan prinsip-prinsip yang luhur. Mereka telah menjual kejujuran dengan kesesatan dan makar.

2. Bahaya Orang Munafik Menurut al-Qur’an
Allah Swt telah mengingatkan kita mengenai perihal orang munafik dan memerintahkan agar kita menjauhi dan waspada terhadap perbuatan mereka. Allah Swt berfirman:

“Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina. Yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah” (QS. Al Qalam(68):10­11)

Pengkhiatan yang dilakukan oleh orang-orang munafik sangat membahayakan.
Allah Swt mengingatkan hal tersebut dan berfirman:

“Jika mereka berangkat bersama­sama kamu, niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari kerusakan belaka, dan tentu mereka akan bergegas maju ke muka di celah­ celah barisanmu, untuk Mengadakan kekacauan di antara kamu; sedang di antara kamu ada orang­orang yang Amat suka mendengarkan Perkataan mereka. dan Allah mengetahui orang­orang yang zalim”(QS. al Taubah(9):47)

Dalam hal ini seorang muslim harus melakukan antisipasi agar sifat nifak ini tidak muncul, mengungkap, tanggap mencari informasi dan memastikannnya agar tidak terperosok ke dalam permainan mereka. Allah Swt berfirman:

“Hai orang­orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”.(QS. Al Hujurat(49):6)

3. Macam-macam nifaq
Perbuatan nifak di dalam syariat terbagi menjadi dua:
Pertama, nifaq akbar
Nifak akbar atau nifak besar ini adalah ketika seseorang menampakkan keimanannya kepada Allah Swt, para malaikat, kitab suci, rasul dan akhir, tetapi sebenarnya ia tidak percaya dan menolak dengan seluruh hal tersebut. Sifat nifak inilah yang dahulu ada di masa Rasulullah Saw dan Allah telah mencela mereka serta pelakunya kelak akan ditempatkan di neraka paling bawah. Allah Swt berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. dan kamu sekali­kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka”. (QS. Al Nisa(4):145)

Kedua, nifak asghar
Nifak ashgar atau nifak kecil berarti manakala seseorang menampakkan secara jelas segala amal-amal yang baik(tidak termasuk di atas) hanya saja sesungguhnya  ia tidak seperti itu bahkan bertolak belakang.

4. Tanda-tanda Pelaku Nifak
Pelaku nifak disebut dengan munafik. Ciri-ciri orang munafik sebagaimana yang dijelaskan dalam hadis Nabi Muhammad Saw yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim adalah sebagai berkut :

1. Bila Berbicara, Ia berdusta
Berdusta adalah berkata dengan tidak benar atau berbohong. Dalam ajaran Islam, perbuatan dusta atau berbohong sangat dicela. Di dalam Musnad Ahmad Rasulullah Saw bersabda:
“Sungguh besar pengkhianatanmu jika engkau mengatakan kepada saudaramu kejujuran sedangkan engkau berdusta kepadanya”(HR. Ahmad)
Sesungguhnya yang mengada­adakan kebohongan, hanyalah orang­orang yang tidak beriman kepada ayat­ayat Allah, dan mereka Itulah orang­orang pendusta.(QS. Al­ Nahl(16): 105)

2. Bila Berjanji, Ia Tidak Menepati
Janji adalah ucapan yang menyatakan kesediaan atau kesanggupan untuk berbuat, melakukan sesuatu tetapi tidak ditepati. Mengingkari janji berarti tidak menepati kesediaan atau kesanggupan yang telah dibuat.
Janji terbagi menjadi dua macam:

Pertama, seseorang berjanji tetapi ia meniatkan untuk tidak menepati janji tersebut. Ini merupakan akhlak yang paling buruk. Allah Swt berfirman:

“Dan tepatilah Perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah­sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah­sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.”(QS. Al­Nahl(16): 91)

Kedua, jika seseorang berjanji kepada saudaranya dan ia  sudah  meniatkan  akan menepati janjinya tetapi karena suatu hal ia tidak bisa menepatinya dan     ia belum sempat memohon maaf atas pengingkarannya tersebut. Pengingkaran janji seperti ini tidak menjadi masalah karena hal tersebut terjadi tanpa unsur kesengajaan, Dalam hal ini Rasulullah Saw bersabda:
Dari hadits Zaid bin Arqam, dari nabi SAW, beliau bersabda, “Bila seorang laki­ laki berjanji dan berniat menepatinya namun tidak dapat menepatinya, maka tidak apa­apa baginya (ia tidak berdosa).”(HR. Abu Daud dan al-Turmudzi)

3.Bila Bertengkar, Ia Berbuat Dosa
Perbuatan dosa yang dilakukan dengan memutarbalikkan fakta di mana ia menjadikan yang benar menjadi salah dan yang salah menjadi benar dan hal ini terjadi karena semata-mata timbul karena sifat dusta yang tertanam di dalam hati. Rasulullah Saw bersabda dari Abdullah:

“Waspadalah terhadap sikap dusta, karena sesungguhnya ia akan menggiring seseorang untuk berbuat dosa dan perbuatan dosa akan menyebabkan seseorang masuk ke dalam neraka”(HR. Ahmad)



Dalam hadits lain Rasulullah Saw bersabda dari Yahya bin Rasyid :

“Barang siapa yang memperdebatkan sesuatu yang bathil sedangkan ia mngetahuinya, niscaya ia akan terus berada di dalam murka Allah swt hingga ia menghentikan perbuatannya itu”(HR. Abu Daud)

4.Bila Mengikat Perjanjian, Ia Mengingkari
Allah Swt memerintahkan umat Islam agar melaksanakan amanah. Allah Swt
berfirman:


“Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya”(QS. Al Isra(17):34)
Di dalam ayat lain Allah Swt berfirman:

“Dan tepatilah Perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah­sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah­sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat”.(QS. Al Nahl(16):91)

Pengingkaran terhadap perjanjian haram hukumnya, baik antara pihak muslim
dengan muslim atau antara pihak muslim dengan golongan kafir(mu’ahadah).
Perjanjian antara kaum muslimin wajib ditunaikan dan membatalkannya mendapatkan dosa yang besar. Perjanjian-perjanjian yang wajib ditunaikan seperti jual beli, pernikahan dan lain-lain.

5.Bila Diberi Amanah, Ia Khianat
Khianat adalah mengingkari tanggung jawab, berbuat tidak setia atau melanggar amanah yang sudah dibuat. Secara umum, khianat artinya mengingkari tanggung jawab yang telah dipercayakan, baik daang dari Allah maupun dari orang lain. Apabila seseorang diberi amanah, maka ia wajib melaksanakannya. Hal ini
sebagaimana firman Allah SWT,


Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya…” (QS. Al­Nisa(4)’:58)
Khianat terhadap amanah merupakan salah satu sifat munafik sebagaimana firman
Allah SWT,



“Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: “Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia­Nya kepada Kami, pastilah Kami akan bersedekah dan pastilah Kami Termasuk orang­orang yang shalih. Maka  setelah  Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia­Nya,  mereka  kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang­orang yang selalu membelakangi (kebenaran). Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada­Nya dan juga karena mereka selalu berdusta”. (QS. Al­Taubah(9): 75­77)


5. Akibat buruk sifat nifaq
Perbuatan  nifaq  adalah  salah  satu  perilaku  tercela,  baik  nifaq  kecil  maupun
nifaq besar. Nifaq kecil merupakan jembatan menuju nifaq yang besar. Demikian pula perbuatan-perbuatan maksiat merupakan jembatan menuju kekufuran. perbuatan nifak akan mendatangkan keburukan baik bagi pelaku nifak itu sendiri ataupun bagi orang lain.
1. Bagi diri sendiri
a. Tercela dalam pandangan Allah Swt..
1) Hilangnya kepercayaan dari orang lain atas  dirinya.
2) Tidak disenangi dalam pergaulan hidup sehari-hari
3) Mempersempit jalan untuk memperoleh Rizki
4) Mendapat siksa yang berat di hari akhir

2. Bagi orang lain
1. Menimbulkan kekecewaan hati, merusak hubungan persahabatan dan dapat terjadi tindakan anarkis.
2. Membuka peluang munculnya fitnah
3. Mencemarkan nama baik keluarga dan masyarakat.


B.KERAS HATI (PEMARAH)
1. Pengertian Keras Hati/ Ghadab (marah)
Ghadab secara etimologi berarti marah. Marah dalam pengertian ghadab bersifat negatif. Dalam kamus bahasa Indonesia marah berarti merasa atau  perasaan tidak senang dan panas karena dihina atau diperlakukan kurang baik dan lain sebagainya. Marah secara umum mengakibatkan terganggunya aktualisasi diri di dalam kehidupan dan marah merupakan penyakit jiwa yang ada di dalam diri manusia. Dalam hal ini terdapat hadis dari Abu Hurairah:


“Diriwayatkan dari Abu  Hurairah  ra  bahwa  seorang  laki­laki  berkata:  “Berilah  aku pesan”. Rasulullah Saw bersabad: “Jangan marah”. Laki­laki itu mengulang permintaannya agar Rasulullah Saw memberinya pesan, namun  Rasulullah  Saw  tetap bersabda: “Jangan marah”. (HR. Bukhari)

Marah adalah lawan kata dari ridha. Marah dari manusia berarti ada sesuatu yang telah merasuki hati mereka. Marah ada yang terpuji dan ada yang tercela. Marah yang tercela adalah marah padahal dirinya bersalah dan marah yang terpuji adalah marah karena kebenaran.
Adapun kemarahan dari Allah berupa pengingkaran Allah Swt kepada orang yang bermaksiat kepadanya lalu Ia menyiksanya.
Al-Quran memerintahkan setiap muslim untuk menahan marah dan akan
memperoleh ampunan dari Allah Swt. Allah Swt berfirman:


“Dan bersegeralah menuju ampunan dari Tuhan kalian dan surga yang lebarnya (seluas) langit dan bumi yang disediakan bagi orang yang bertakwa,  yaitu  orang yang menginfakkan (hartanya) di waktu lapang atau susah, dan orang­orang yang menahan amarah, dan bersikap pemaaf kepada manusia, dan Allah mencintai orang­ orang yang berbuat baik” (Q.S Ali Imran(3):133­134)


2. Macam-macam Daya Marah
Menurut al-Ghazali kekuatan marah terdapat pada jantung dan yang dimaksud dengan marah yaitu ketika darah yang berada di sekitar jantung mendidih dan tersebar ke seluruh pembuluh darah lalu naik ke atas tubuh sebagaimana api dan  air yang mendidih saat di masak di tungku. Oleh karena itu ketika orang marah darah akan naik ke atas wajah lalu wajah, mata dan kulit menjadi merah. Hal itu menggambarkan warna darah di baliknya sebagaimana kaca menggambarkan  warna sesuatu yang bercermin padanya.
Kondisi marah pada diri seseorang terbagi menjadi tiga: Tidak ada atau lemah, berlebihan dan sedang.
a. Tidak Memiliki Daya Marah atau lemah
Kurang baik ketika seseorang tidak dapat marah atau memiliki tingkat kemarahan yang lemah. Dengan tingkat daya marah yang lemah seseorang akan memiliki harga diri yang rendah dan hina yang berdampak pada tidak melakukan tindakan apa-apa atau hanya diam terhadap hal-hal yang haram atau hal-hal yang bersifat munkar. Hal ini digambarkan oleh al-Qur’an dalam masalah perzinahan. Allah Swt berfirman:


“Perempuan yang berzina dan laki­laki yang berzina, Maka deralah tiap­tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang­orang yang beriman”.(QS. Al­Nur(24):2)

Pengertian janganlah belas kasihan kepada keduanya berarti tetap bersifat keras atau tidak lunak terhadap masalah perzinahan.
Para sahabat nabi dijuluki oleh al Quran adalah orang-orang yang keras dan
keras itu dalam arti dapat marah jika diperlukan. Allah Swt berfirman:


“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang­orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu Lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan­Nya, tanda­ tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat­sifat mereka dalam Taurat dan sifat­sifat mereka dalam Injil, Yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah Dia dan tegak Lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang­orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang­orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shalih di antara mereka ampunan dan pahala yang besar”. (QS. Al­ Fath(49):29)

b. Daya Marah yang Berlebihan
Daya marah berlebihan adalah daya marah yang keluar dari diri seseorang sehingga seseorang keluar dari kontrol akal dan agama. Saat seseorang marah seperti ini, maka nurani dan daya pikir warasnya sudah hilang. Di sini seseorang memiliki posisi seperti orang yang berada di dalam posisi terpaksa yang tidak memiliki pilihan lain untuk melakukan tindakan kecuali mengikuti hawa nafsunya. Posisi marah seperti ini tentu saja bersifat negatif dan memiliki dampak terhadap anggota tubuh sebagai berikut:
1. Pertama, jasad
Jasad atau badan orang yang marah akan berubah warna menjadi merah, seluruh tubuhnya gemetar, muncul perbuatan-perbuatan  yang  tidak  beraturan  dan terkendali serta gerakan dan pembicaraan yang tidak semestinya. Perubahan tersebut muncul dari bathin menuju fisik. Kedua, lisan
Akibat marah, maka melalui lisan akan muncul cacian dan pembicaraan yang buruk yang malu apabila pembicaraan tersebut di dengar oleh orang yang waras. Demikian pula oleh yang bersangkutan ketika kondisi marahnya sudah mereda yang disertai dengan pembicaraan dan ungkapan yang tidak beraturan.

2. Ketiga, Anggota tubuh lain
Pengaruh atau akibat marah pada anggota tubuh lainnya akan muncul pukulan, hantaman, merobek, pukulan bahkan pembunuhan. Seseorang terkadang merobek baju, menampar wajar, memukul tanah, memecahkan kaca, mencaci-maki hewan seperti orang yang sudah tidak waras.

3. Keempat, hati
Dampak yang terjadi kepada hati adalah sifat dengki, iri hati, menyimpan dendam dan umpatan, kesedihan, niat untuk mengungkap keburukan sosok yang dimarahi, membuka aib dan mengolok-olok.

c. Daya Marah Sedang
Tidak memiliki daya marah atau lemah dan memiliki daya marah berlebihan tidak diinginkan oleh agama. Allah Swt dan rasulNya  menginginkan  seseorang  tetap memiliki daya marah tetapi tidak berlebihan diistilahkan dengan daya marah sedang.
Daya marah sedang adalah daya marah yang muncul yang masih berada di dalam kontrol akal dan agama. Daya marah sedang adalah daya marah yang muncul ketika memang harus muncul dan redup ketika memang harus tidak marah atau mengedepankan kesabaran. Menjaga posisi marah dalam kondisi sedang adalah anjuran yang disarankan oleh agama di mana sebaik-baiknya hal bersifat tengah- tengah.

3. Mengobati Perilaku Keras Hati (Pemarah)
Di atas telah dijelaskan bagaimana seharusnya mengendalikan daya marah sehingga ia tidak memuncak. Ketika seseorang mulai naik daya marahnya, maka sebaiknya ia harus meredamnya sehingga ia tidak melakukan tindakan tercela. Mengobati daya marah dalam diri seseorang harus dilakukan dengan dasar ilmu pengetahuan dan amal shalih. Imam al-Ghazali menyatakan terdapat beberapa hal untuk mengobati daya marah yang memuncak tersebut yang didasarkan pada ilmu pengetahuan, yaitu sebagai berikut:

a. Mengingat Keutamaan Menahan Amarah
Agar  seseorang  dapat  mengendalikan  emosi  atau  daya  marahnya,  maka  hal yang harus dilakukan adalah dengan mengingat keutamaan menahan marah, memaafkan dan sabar. Ia harus berfikir bahwa dengan menahan emosi, maka ia akan mendapatkan pahala dan tidak dendam akan menghindari diri dari neraka. Selain  itu menahan emosi merupakan ciri khas orang yang bertakwa. Allah Swt berfirman:

Danbersegeralahkamukepadaampunandari Tuhanmudankepadasurgayangluasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang­orang yang bertakwa,Orang­ orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang­orang yang berbuat kebajikan ”(QS. Al­ Imran(3):133­134)

Ayat di atas menunjukkan bahwa orang yang dapat menahan emosi termasuk orang yang bertakwa. Orang yang demikian kelak mendapat balasan surge di akhirat. Pernah suatu hari Sayyidina Umar didatangi oleh sesorang ‘Arabi. ‘Arabi ini berkata
kepadanya:  “Wahai  amirul  mukminin!  Demi  Allah  engkau tidak berlaku adil melainkan engkau hanya bersikap tegas. Saat itu Umar marah dan orang ‘Arabi mengetahuinya lalu ia berkata: Wahai amirul mukminin bukankah engkau pernah mendengar firman Allah Swt :” Maafkan dan perintahkanlah kebaikan serta berpalinglah dari orang bodoh”. Aku adalah orang bodoh. Setelah itu Umar terdiam
dan memafkannya.

b.Takut Akan Siksa Allah
Untuk bisa meredam emosi seseorang harus takut pada azab dari Allah Swt apabila ia meneruskan emosinya. Seseorang harus yakin bahwa tidak mungkin ia akan selamat dari siksa neraka apabila ia tidak mempersiapkan diri dari sekarang. Oleh karena itu saat seseorang meminta wasiat kepada Rasulullah Saw, maka pesannya hanya satu, yaitu jangan marah. Rasulullah Saw bersabda:


“Dari  Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa ada seorang laki­laki  berkata  kepada Nabi SAW: “Berilah wasiat kepadaku”. Sabda Nabi SAW : “Janganlah engkau marah”. Maka diulanginya permintaan itu beberapa kali. Sabda beliau: “Janganlah engkau marah”.(HR. Bukhari)

C.Waspada terhadap Dampak dari Emosi
Seseorang harus berfikir keras bahwa emosi dapat menimbulkan akibat yang berkepanjangan. Akibat-akibat tersebut muncul disebabkan oleh emosi seseorang yang tidak terkendali.
Di antara akibat tersebut seperti permusuhan, dendam, orang yang terkena marah akan menantang atau melakukan upaya untuk menghancurkan tujuan dan  cita-citanya serta  menimpakan  musibah.  Seseorang  harus  takut  terhadap  hal-  hal seperti ini, khususnya yang terjadi di dunia apabila seseorang lupa terhadap hukuman yang kelak diberikan terhadap orang yang tidak dapat mengontrol emosinya di akhirat.

a. Wajah Buruk Orang yang Marah
Dalam Islam orang yang kuat bukanlah orang yang memiliki postur tubuh kuat dan kekar, melainkan orang yang mampu melawan dan mengekang hawa nafsunya ketika marah. Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah bersabda:


“Orang yang kuat itu bukanlah yang pandai bergulat, tetapi orang yang kuatadalah orang yang dapat mengendalikan dirinya(menahan hawa nafsu) ketika marah”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Seseorang yang marah harus membayangkan bagaimana buruknya fisik orang yang sedang emosi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan membayangkan ketika seseorang melihat orang lain sedang marah. Ia harus berfikir betapa orang yang sedang emosi sesungguhnya memiliki buruk rupa yang tidak disadari sama seperti melihat hewan-hewan yang sedang marah. Sebaliknya Ia juga harus membayangkan bagaimana emosi yang ada digantikan dengan kesabaran sebagaimana dilakukan oleh para nabi dan ulama ketika mereka mendapat perlakuan tidak senonoh dari umatnya. Dengan demikian seseorang dapat memilih yang terbaik yaitu mengikuti para nabi dan ulama.
Untuk menghindari emosi selain didasarkan pada ilmu penegtahuan sebagaimana dijelaskan di atas, maka dapat dilakukan dngan tindakan atau mal shaleh. Menurut al Ghazali ketika daya marah atau emosi seseorang mulai memuncak, maka ia harus mengupayakan diri untuk:


Pertama, membaca ta’awudz
Taawudz adalah memohon perlindungan kepada Allah Swt dari tipu daya  syaitan yang selalu membangkitkan emosi). Rasulullah SAW. mengajarkan untuk mengatasi rasa amarah yang ada di dalam diri dengan berta’awudz. Emosi yang memuncak umumnya disertai dengan bisikan dan tipu daya setan. Hal ini dapat mengakibatkan manusia tersesat dan terjerumus serta mendapatkan murka Allah SWT. Dalam hal ini Allah SWT berfirman,



“Dan jika kamu ditimpa suatu godaan setan, maka berlindunglah kepada Allah.  Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al­A’raf (7) : 200).

Kedua, merubah posisi
Apabila emosi seseorang sudah mulai naik, maka sebaiknya ia meribah posisinya. Apabila berada pada posisi berdiri, maka hendaklah ia merubah posisi dengan posisidudukdanapabilapadaposisiduduk, makahendaklahdengan menidurkan dirinya. Dalam hal ini dari Abu Dzar Rasulullah Saw bersabda:


“Jika salah seorang diantara kalian marah dan dia dalam keadaan berdiri maka hendaklah dia duduk (hal itu cukup baginya), jika marahnya reda. Namun, jika marahnya tidak reda juga maka hendaklah dia berbaring.” (HR. Abu Daud).

Ketiga, berwudhu
Selain itu seseorang mengupayakan untuk berwudhu apabila emosi atau daya marah mulai naik karena emosi berasal dari api dan api dapat padam hanya dengan air. Dari Athiyah Rasulullah Saw bersabda:


“Sesungguhnya kemarahan berasal dari setan, setan itu diciptakan dari api, dan  api itu hanya dapat dipadamkan dengan air, karena itu jika salah seorang dari kalian marah, maka hendaklah ia mengambil air wudhu”. (HR. Imam Ahmad).


Selain itu Rasulullah Saw memerintahkan untuk menempelkan diri ke tanah tujuannya agar kita menyadari bahwa pada hakikatnya manusia itu hina,
sehingga dengan demikian dapat menghilangkan kesombongan dan keangkuhan yang ada di dalam diri. Rasulullah Saw bersabda: Dari Abu Said Al-Khudry ia bekata: Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya kemarahan itu adalah percikan api yang menyala di dalam hati manusia, tidakkah kalian memperhatikan (orang­ orang yang marah) kedua matanya memerah dan raut wajahnya mengerut? Jika salah seorang diantara kalian merasakan hal itu maka hendaklah ia menempelkan diri ke tanah.” (HR. Imam Ahmad).

Keempat, diam
Diam itu emas barang kali ungkapan yang tepat. Dengan diam bukan berarti seseorang takut atau tidak memiliki daya marah. Diam merupakan obat mujarab untuk meredam emosi karena orang yang sedang dalam posisi emosi perkataan yang keluar berupa kata-kata kotor yang tidak baik. Hal ini terjadi disebabkan oleh tidak terkontrolnya lisan yang ditimbulkan dari dorongan nafsu dan pengaruh setan . Dalam hal ini Rasulullah Saw mengemukakan hadis dari Ibnu Abbas yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad:


“ Ajarkanlah mereka dan mudahkanlah dan jangan kalian persulit Jika salah seorang diantara kalian marah maka hendaklah ia diam.” (HR. Imam Ahmad).

Dalam hadis lain dari Sahl bin Muadz Rasulullah Saw bersabda:

“Sapapun yang menahan amarah padahal sesungguhnya ia mampu melampiaskannya, maka Allah akan memanggilnya kelak di hadapan para makhluk di hari kiamat dan Allah Swt memerintahkannya untuk memilih bidadari (terbaik) yang ia inginkan” (H.R Abu Dawud, al­Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)

Kelima, memberi maaf

Dalam memberi maaf diperlukan kesadaran dan kebesaran hati. Sebagai seorang muslim wajib hukumnya memberi maaf baik dirinya yang bersalah atau orang lain. Allah memerintahkan agar memberikan maaf dengan ikhlas. Allah Swt berfirman:


“Dan balasan suatu kejahatan adalah  kejahatan  yang  serupa,  Maka  barang  siapa memaafkan dan berbuat baik Maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya dia tidak menyukai orang­orang yang zalim”. (Q.S. Al­Syura(42) : 40)
BAB II
PENUTUP

     A. SIMPULAN
Perilaku tercela bisa terdapat pada diri siapapun sehingga sangat dibutuhkan iman dan taqwa yang kuat untuk bisa menghindarinya

B.   SARAN
1.      Sebaiknya jangan selalu mengikuti peradaban modern sekarang yang akan membuatmu lebih cenderung kepada trend didunia daripada mengikuti perintah-Nya
2.      Tingkatkan keimanan kepada-Nya sehingga syetan sulit untuk membisikkan sesuatu yang negatif pada dirimu
3.      Sering-seringlah berbuat amal kebaikan disamping menambah pahala juga untuk mendapat RidhaNya
4.      Bersosialisasilah dengan baik dengan tetangga, kerabat, keluarga, teman serta orang-orang yang ada disekitarmu agar terhindar dari fitnah dan ghibah.
DAFTAR PUSTAKA





kalo butuh makalahnya download disini















Demikianlah Info postingan berita makalah Akhlak Tercela kelas 12 MA

terbaru yang sangat heboh ini makalah Akhlak Tercela kelas 12 MA, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian info artikel kali ini.

Anda sedang membaca posting tentang makalah Akhlak Tercela kelas 12 MA dan berita ini url permalinknya adalah https://indodongeng.blogspot.com/2017/09/makalah-akhlak-tercela-kelas-12-ma.html Semoga info lowongan ini bisa bermanfaat.

Subscribe to receive free email updates: