hari yang begitu Bahagia

hari yang begitu Bahagia - Hallo semuanya Pembaca Berita, Pada postingan berita kali ini yang berjudul hari yang begitu Bahagia, telah di posting di blog ini dengan lengkap dari awal lagi sampai akhir. mudah-mudahan berita ini dapat membantu anda semuanya. Baiklah, ini dia berita terbaru nya.

Judul Posting : hari yang begitu Bahagia
Link : hari yang begitu Bahagia
Ini adalah kisah saya, kisah mengenai perjuangan saya bertahan dengannya, kisah mengenai air mata yang selalu menjadi saksi saat saya dengannya berpisah atau bertengkar.
***
Saya adalah seorang perempuan yang baru saja lulus dari kebidanan. Jalan selanjutnya setelah lulus tentu saja adalah bekerja. Tak ada sedikit pun keinginan saya untuk menikah setelah saya lulus. Namun Tuhan berkata lain, Tuhan menghadirkan kembali dia (red: abang) yang dulu pernah mengisi hati saya.
(Flashback)
Singkat cerita kami dipertemukan melalui sosial media, ya mungkin sedikit agak alay tapi itulah yang membuat kami saling berkomunikasi hingga akhirnya kami pun pacaran. Dia adalah sosok yang saya kenal 17 bulan yang lalu, dia baik, dan merupakan sosok yang selalu saya banggakan selain dari orang tua saya. Saya tau latar belakang dia adalah seorang militer, awalnya saya ragu untuk menjalani lebih jauh dengannya karena saya pikir jodoh saya adalah masih dengan dunia kesehatan.
Seiring berjalannya waktu, semakin kami kenal sifat masing-masing semakin banyak pula perbedaan dalam diri kami yang membuat kami berpisah di penghujung tahun 2015. Sedihnya, tepat dimana saya sedang merayakan tahun baru dengan teman-teman saya, saat itu saya mendapat telepon darinya dan menuduh saya telah berselingkuh sampai pada akhirnya dia memutuskan saya. Saat itu saya sudah berusaha untuk membela diri, padahal saya sudah baik-baik disini menjaga cintanya namun apa yang dia lakukan, dia menuduh saya tanpa bukti apapun. Malam tahun baru itu menjadi malam tersedih untuk saya, karena pada saat itu pula kami sama-sama untuk tidak saling menghubungi.
Hari demi hari saya lalui tanpa dia, saat itu saya masih kuliah semester 5. Dimana semester itu masa-masanya banyak praktik di luar dan menyiapkan untuk tugas akhir. Dimana penyemangat saya?dimana dia yang selalu ada saat saya sedang down dengan segala tugas kuliah saya?? dimana dia yang selalu memberikan semangat saat saya sudah lelah untuk praktik di lapangan? Jujur, saat itu saya benar-benar merindukan sosoknya. Meskipun sesakit apapun yang telah dia beri, setidaknya dia telah memberikan kenangan di hati dan mempunyai tempat tersendiri di hati saya.
Bagaimanapun saya harus tetap melanjutkan hari-hari saya, harus melanjutkan studi saya supaya bisa lulus di bulan September sebagai pembuktian kepadanya bahwa saya telah berhasil lulus dari kebidanan tanpa ada dia sebagai penyemangat saya.
***
Sampai pada akhirnya, sekitar bulan Oktober kami dihubungkan kembali, dan saat itu dia langsung ingin melamar saya. Sebelum dia memutuskan itu, dia menceritakan tentang perjodohan yang hampir dia lakukan dengan anak orang yang telah berjasa kepadanya. Namun karena gadis itu berbeda jauh umurnya dengan dia, akhirnya dia memutuskan untuk memilih saya. Jujur saya tidak senang akan kemenangan itu, jika dia memang suka dengan gadis itu saya rela untuk melepaskannya. Namun dia tetap dengan pilihannya untuk memilih saya.
Saya sadar, saya hanyalah seorang yang tidak ada apa-apanya di mata dia, saya hanya seorang perempuan yang memeberanikan diri untuk mencintai seorang prajurit. Perempuan dengan segala kekurangan, bahkan untuk dibilang sempurna masih jauh dari kata itu. Saya juga sadar, dia bisa mencari perempuan yang jauh lebih baik dari saya, dengan pangkat dan jabatan yang dia miliki dia bebas memilih perempuan manapun yang dia inginkan, berbanding terbalik dengan saya, saya yang hanya seorang dengan profesi minim atribut, yang mungkin didikannya pun tidak sama seperti dia. Namun saya bangga, karena dengannya saya sedikit demi sedikit dikenalkan dengan dunia militer yang saya pun sama sekali awam tentang hal ini.
***
Beberapa minggu setelah tunangan, gadis itu pun menghubungi dia kembali. Menanyakan akan kejelasan yang dulu pernah dia tawarkan kepada gadis itu. Iya... jadi dulu dia pernah menawarkan untuk mengajak tunangan gadis itu, namun tidak diizinkan orang tuanya karena dia masih SMA. Dan saat itu gadis itu pun menanyakan hal yang sama saat pikiran orang tuanya sudah berubah untuk menyetujuinya namun takdir berkata lain. Abang sudah terlanjur melamar saya. Entah saya ini sebagai pelarian dia atau bukan, yang pasti dialah yang selama ini selalu saya perjuangkan dalam doa.
Masalah  dia dengan gadis itu pun sudah selesai, saya semakin berpikir, apakah saya benar-benar orang yang pantas untuk dia? Yang terbaik untuk dia? Karena saya tahu diri, saya bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa, orang tua saya pun hanya warga sipil biasa bukan seperti gadis itu yang berlatar belakang orang tua militer juga. Saya sempat ingin mundur, karena saya merasa minder dengan kelemahan saya. Namun saya tidak mungkin untuk mundur kalau saya sudah melangkah sejauh ini, ini pilihan saya, jadi saya harus perjuangkan apa yang sudah menjadi milik saya.
Sampai pada akhirnya kami memutuskan untuk nikah kantor, cobaan ternyata tidak berhenti lagi-lagi kami disuguhkan dengan berbagai macam cobaan saat pengajuan. Entah itu dari diri kami masing-masing ataupun dari pihak luar. Tak jarang air mata saya menetes ketika saya sudah mulai mengeluh dan capek akan pengajuan. Dan tak jarang pula dia mengeluarkan amarahnya tepat di depan saya.
Kecewa mungkin ada, namun saya mencoba berpikir dewasa. Semua salah datangnya dari saya, dan saya harus mencoba untuk memperbaiki itu semua semampu saya. Pengajuan pun beres, dan mulailah orang tua kami masing-masing menentukan tanggal pernikahan kami.
Ternyata....... menunggu hari H itu bukan hal yang menyenangkan, hari demi hari kami malah semakin sering bertengkar. Masalah tentang masa lalu pun bisa muncul lagi ke permukaan. Mungkin benar, ini yang namanya syndrome pra nikah. Dimana masing-masing dari kami diuji untuk sabar dan ikhlas, dan belajar untuk bisa dewasa serta mengenalkan sifat masing-masing. Namun, cobaan ini bagi saya seakan terlalu berat, menangis adalah cara saya untuk meluapkan semua emosi saya. hampir setiap hari kami seperti itu, bahkan karena seringnya bertengkar saya pun perlahan menjadi seorang pengecut yang tak berani untuk bangun di hari esok. Kenapa??? Karena saya takut menerima kenyataan kalau saya harus bertengkar lagi dengannya.
Diam... terkadang saya lebih memilih untuk diam saat ego mulai merasuki kami. Pendengar.. iya saya selalu menjadi pendengar diantara semua ucapan marahnya kepada saya. setelah ini saya bisa apa?menangis dan menangis lah yang saya lakukan, kadang saya berpikir apakah benar ini adalah pilihan Tuhan untuk saya? namun saya tidak mau menyalahkan Tuhan telah menghadirkan dia kembali di kehidupan saya, karena seburuk apapun dia, sejelek apapun sifat dan kelakuan dia, dia lah yang kelak akan menjadi imam saya dan dialah orang yang saya pilih untuk mendampingi saya dan saya tetap bersyukur dengan semua kekurangan dia.

Untukmu calon imam saya“Tetaplah istiqomah, tetaplah menjadi kamu yang selalu saya banggakan, saya mencintaimu bukan karena fisik, atau hal lain yang melekat di bajumu. Saya mencintaimu karena kamu yang bisa membuat saya mengerti artinya bertahan, membuat saya mengerti artinya berjuang, dan melatih saya sabar serta ikhlas, urusan apapun yang ada di kamu saya rasa itulah bonus untuk saya, dan saya bersyukur telah memilikimu”


Demikianlah Info postingan berita hari yang begitu Bahagia

terbaru yang sangat heboh ini hari yang begitu Bahagia, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian info artikel kali ini.

Anda sedang membaca posting tentang hari yang begitu Bahagia dan berita ini url permalinknya adalah https://indodongeng.blogspot.com/2016/11/hari-yang-begitu-bahagia.html Semoga info lowongan ini bisa bermanfaat.

Subscribe to receive free email updates: