Cerpen UNTUK SEBUAH CINTA

Cerpen UNTUK SEBUAH CINTA - Hallo semuanya Pembaca Berita, Pada postingan berita kali ini yang berjudul Cerpen UNTUK SEBUAH CINTA, telah di posting di blog ini dengan lengkap dari awal lagi sampai akhir. mudah-mudahan berita ini dapat membantu anda semuanya. Baiklah, ini dia berita terbaru nya.

Judul Posting : Cerpen UNTUK SEBUAH CINTA
Link : Cerpen UNTUK SEBUAH CINTA

Cerpen UNTUK SEBUAH CINTA

Dia kutatap dengan pikiran berkecamuk. Aku bukan sok
manusiawi. Apa yang baru kulakukan tidak bisa disebut
manusiawi. Pengecut! Alasan apapun semestinya tidak
membuatku memperkosa seorang gadis!

Dia terbaring telanjang, di ranjangku. Tapi hanya itu yang
terjadi. Aku hanya merenggut kesadarannya dengan segelas
minuman. Aku hanya melucuti busananya. Hanya itu! Aku
bahkan menyelimuti tubuh telanjangnya. Aku tak sanggup
memperkosa! Apalah nikmatnya menyetubuhi jasad yang seolah
mati!

Dia mulai bergerak. Obat itu mulai melepas fungsinya. Hanya
dua puluh menit. Sebentar lagi...

Tangannya hendak menyingkap selimut yang menyelubungi tubuh
telanjangnya. Lama dia tersentak. Matanya terpentang
seiring kesadarannya mendekati utuh. Dengan wajah penuh
teror, dia memegang ujung selimutnya erat-erat. Matanya
menyapu kamarku dengan nanar.

"Kenapa aku di sini?!" Bentaknya begitu menyadari
keberadaanku. "Pakailah bajumu, kuantar kau pulang." Aku
tak mengacuhkan pertanyaannya. "Kenapa aku di sini?"
Tantangnya dengan kegeraman yang menggigit. "Aku…" Aku
hampir mengatakan yang sebenamya. "Keluar kau!" Teriaknya.

Sejenak aku sempat melihat matanya terpercik luka yang
teramat dalam. Aku tahu, dia merasa telah terjadi sesuatu
yang hina dengan dirinya.

Aku keluar dengan gontai. Aku tergoda untuk mengatakan yang
sesungguhnya terjadi. Bahwa aku sekadar menelanjanginya
sedemikian rupa. Bahwa aku tidak...

"Kenapa kaulakukan ini?" dia menatapku tajam, berdiri di
ambang pintu. "Maafkan aku…" suaraku seperti tercekik.
"Tapi kau tak perlu khawatir…"

Plak! Perihnya tepat di jantungku! Kubiarkan dia menampar
penuh nafsu membunuh.

"Aku tak perlu khawatir? Kenapa? Kau mau bertanggung
jawab?! Kaupikir aku memerlukan tanggung jawabmu?! Najis
sekali kamu!" semburnya.

Dia mulai beranjak, merenggut tasnya dengan kasar dari
kursi. Aku segera mengejarnya.

"Tunggu! Ini buku yang kauperlukan."

Dia melempar buku itu ke depan mukaku. "Persetan dengan
buku itu! Kamu tidak akan mendapatkan apapun memperlakukan
aku begini! Tidak akan!"

Debu yang kemudian dia tinggalkan seperti mengejekku.
Pengecut! Puaskah aku meneror mentalnya? Inikah yang
kulakukan untuk sebuah permintaan dari seorang kekasih?
Inikah ukuran cintaku? Sungguh begitu berbeda dengan dua
hari lalu!

***

Aku sudah lama menyukai Nia. Tetapi dia begitu sulit
kutaklukkan. Bukan karena sifat kerasnya. Dia bersikap
manis pada siapa saja, juga padaku. Dia pandai
mempermainkan hati lelaki, hatiku. Setiapkali aku merayunya
dia maju mundur. Aku tahu sainganku banyak, sebab hampir
setiap yang menyukainya diberinya harapan segunung. Saat
akhirnya Nia memilihku dia mengajukan syarat yang aneh!

"Aku mau menjadi kekasihmu, dengan syarat, kau harus
melakukan sesuatu. Kalau kau tak sanggup, lebih baik kita
tak usah!"

Saat itu aku melihat Nia bukan sebagai yang kukenal. Raut
wajahnya yang polos dan ramah selama ini berganti dingin
dan seperti menyiratkan kekejaman.

"Katakan syarat itu!"

Dia menghela nafas sebentar, lantas mengarahkan matanya
pada suatu tempat yang aku tak tahu.

"Kau harus memperkosa Zila!" tangannya terangkat saat aku
hendak bertanya dengan kaget.

"Jangan tanya kenapa aku menyuruhmu melakukan ini. Kau
seorang lelaki. Apalah susahnya memperkosa? Kau harus
melakukannya untukku!" suaranya seolah datang dari tebing
dalam.

"Kenapa harus Zila?" "Aku membencinya!" dengusnya.

Aku tak percaya Nia bisa seperti ini. Bukan hanya kejam,
tapi ... sakit! Tapi aku mencintainya. Tak sanggup kutolak
permintaannya.

"Jangan mencoba membohongiku. Aku pasti tahu kau melakukan
atau tidak," dia membuka tasnya, hendak mengeluarkan
sesuatu.

"Aku akan melakukannya. Aku mencintaimu."

Sebungkus obat perangsang disodorkannya. Aku menerimanya
dengan pikiran penuh rencana: Aku tak akan melakukan
seperti yang dia minta!

Tidak sulit mengundang Zila ke tempatku. Gadis itu kukenal
baik. Meskipun sifatnya keras tapi dia gadis yang sportif.
Kekerasannya itulah yang membuat Haris tak gampang
mendapatkannya. Sudah lama Haris mengejarnya.

Zila memang ramah dan baik, tapi dia sangat menjaga jarak
untuk hal-hal yang bukan pertemanan. Haris bukan
satu-satunya orang yang mengejarnya. Ada banyak nama,
tetapi Harislah yang merupakan rahasia umum di kampus kami.

Zila hendak meminjam buku untuk referensi makalahnya. Dia
tak keberatan ke rumah kontrakanku. Aku sudah menyusun
rencana dengan matang. Aku hanya bermaksud membuat seolah
aku memperkosanya.

Aku memindahkan tubuhnya yang pingsan karena obat bius ke
ranjangku. Aku tak sanggup mencampur minumannya dengan obat
perangsang dari Nia. Aku tak mungkin memperkosa Zila!

Entah alasan kebencian seperti apa yang membuat Nia
bermaksud kejam terhadap Zila. Saat aku membuka pakaian
Zila muncullah pikiran betapa aku diperbudak Nia. Inikah
cinta? Mau melakukan apa saja sekalipun nista?

Keesokan harinya, dengan sikap tenang Zila tetap masuk
kuliah. Justru akulah yang seperti kalah. Akulah yang
seolah-olah hina. Tatapan matanya menyiratkan kebencian
yang tak tertakar. Aku merasa semakin kalah saat kulihat
tak sedikitpun dia menjadi murung dan rapuh. Hanya
keresahan sedikit terpancar.

Cuma satu hal yang berbeda dari kesehariannya. Dia menjadi
lebih pendiam dan sama sekali tidak ceria. Tetapi dia tidak
murung!

"Kau sudah melakukannya," itu bukan pertanyaan. Aku hanya
sanggup mengangguk saat Nia duduk di dekatku. "Bagaimana
perasaanmu?" tanyanya.

Aku menjadi muak padanya, pada cinta. Persetan! Aku
tiba-tiba tak merasa perlu jadi kekasihnya.

"Sebaiknya aku membatalkan tawaranku, Nia. Kita tidak cocok
sebagai kekasih. Kau bebas," aku beranjak.

Kupikir dia akan memanggilku, menyusulku dan bertanya
dengan heran kenapa aku begitu. Dia tak mengejarku, tak
memanggil namaku. Dia tetap di tempatnya. Cintakah dia
padaku?

Apakah namanya kalau bukan diperalat? Nia hanya menggunakan
aku untuk menghancurkan Zila! Dia tidak mencintaiku. Syarat
itu cuma omong kosong! Dia justru mencintai Haris! Haris
yang membuatnya membenci Zila sedemikian rupa!

Dan Nia tahu bagaimana menggunakan aku yang telah lama
mengejarnya. Aku hanya anjing pesuruhnya! Harislah yang
membuka semua ini, hingga menjadi penjelasan yang amat
memukulku. Meskipun Haris dapat mempercayai penjelasanku,
tidak mudah mengatakannya pada Zila.

Sejak peristiwa itu Zila sangat membatasi perbincangannya
dengan semua lelaki. Juga terhadap Haris. Siapakah yang
dapat melegakan kesesakanku ini? Aku justru ingin
memperkosa Nia!

***

Aku merasa najis setiap melihat tubuhku sendiri. Betapa tak
terduganya! Dalam khayalku yang paling liar sekalipun tidak
pernah terlintas, berbaring di ranjang Bayu, dalam keadaan
telanjang dan... diperkosa! Sungguh!

Yang selalu kubayangkan justru dia menggendongku dengan
wajah begitu dekat, dengan tatapan seindah surga,
membaringkan aku pada ranjang suci dan menikmati kemesraan
atas restu Tuhan. Bukan dalam keadaan jahanam itu!

Mengapa harus Bayu yang melakukannya? Mengapa aku? Aku tak
ingin seorangpun tahu aku meratap! Tidak. Juga Bayu! Dia
bajingan yang tak mampu kulupakan. Cinta ini menjadi
kepedihan yang tak akan pernah selesai.

Aku tak akan pernah menuntut tanggung jawab! Aku tak peduli
dengan benih yang akan tumbuh seperti apapun!

"Selaputmu belum robek, sepertinya kamu baik-balk saja,"
begitulah yang dikatakan dokter.

Tetapi dia hanya dokter. Bukan dia yang diperkosa. Tidak
mungkin Bayu tidak melakukan apapun atas diriku setelah
membuatku polos sedemikian rupa. Hanya kucing gila yang
membiarkan seonggok dendeng berlalu dari hadapannya!

***

"Kenapa kaulakukan ini, Haris?" tangis Nia.

Haris hanya memandanginya dengan rupa jijik. Segumpal asap
disemburkannya dengan acuh.

"Bukankah kau mencintaiku?" "Tapi kau tak perlu
memperkosaku!" protes Nia kacau.

"Apa bedanya? Kau memperkosa Zila melalui Bayu. Bayu
melakukannya untuk cintanya padamu. Dan aku? Aku mencintai
Zila! Aku melakukannya untuk cintaku pada Zila!" "Tidak
mungkin Zila memintamu melakukan ini!" "Apa bedanya
untukmu? Kau harus mengalami apa yang dirasakan Zila!" Nia
terpekur menatap lantai. Inikah akhirnya? Cinta.menjadi
begitu keparat!


Demikianlah Info postingan berita Cerpen UNTUK SEBUAH CINTA

terbaru yang sangat heboh ini Cerpen UNTUK SEBUAH CINTA, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian info artikel kali ini.

Anda sedang membaca posting tentang Cerpen UNTUK SEBUAH CINTA dan berita ini url permalinknya adalah https://indodongeng.blogspot.com/2016/11/cerpen-untuk-sebuah-cinta.html Semoga info lowongan ini bisa bermanfaat.

Subscribe to receive free email updates: