Cerpen UNTUK SEBUAH CINTA
Cerpen UNTUK SEBUAH CINTA - Hallo semuanya Pembaca Berita, Pada postingan berita kali ini yang berjudul Cerpen UNTUK SEBUAH CINTA, telah di posting di blog ini dengan lengkap dari awal lagi sampai akhir. mudah-mudahan berita ini dapat membantu anda semuanya. Baiklah, ini dia berita terbaru nya.
Judul Posting : Cerpen UNTUK SEBUAH CINTA
Link : Cerpen UNTUK SEBUAH CINTA
Anda sedang membaca posting tentang Cerpen UNTUK SEBUAH CINTA dan berita ini url permalinknya adalah https://indodongeng.blogspot.com/2016/11/cerpen-untuk-sebuah-cinta.html Semoga info lowongan ini bisa bermanfaat.
Judul Posting : Cerpen UNTUK SEBUAH CINTA
Link : Cerpen UNTUK SEBUAH CINTA
Cerpen UNTUK SEBUAH CINTA
Dia kutatap dengan pikiran berkecamuk. Aku bukan sok manusiawi. Apa yang baru kulakukan tidak bisa disebut manusiawi. Pengecut! Alasan apapun semestinya tidak membuatku memperkosa seorang gadis! Dia terbaring telanjang, di ranjangku. Tapi hanya itu yang terjadi. Aku hanya merenggut kesadarannya dengan segelas minuman. Aku hanya melucuti busananya. Hanya itu! Aku bahkan menyelimuti tubuh telanjangnya. Aku tak sanggup memperkosa! Apalah nikmatnya menyetubuhi jasad yang seolah mati! Dia mulai bergerak. Obat itu mulai melepas fungsinya. Hanya dua puluh menit. Sebentar lagi... Tangannya hendak menyingkap selimut yang menyelubungi tubuh telanjangnya. Lama dia tersentak. Matanya terpentang seiring kesadarannya mendekati utuh. Dengan wajah penuh teror, dia memegang ujung selimutnya erat-erat. Matanya menyapu kamarku dengan nanar. "Kenapa aku di sini?!" Bentaknya begitu menyadari keberadaanku. "Pakailah bajumu, kuantar kau pulang." Aku tak mengacuhkan pertanyaannya. "Kenapa aku di sini?" Tantangnya dengan kegeraman yang menggigit. "Aku…" Aku hampir mengatakan yang sebenamya. "Keluar kau!" Teriaknya. Sejenak aku sempat melihat matanya terpercik luka yang teramat dalam. Aku tahu, dia merasa telah terjadi sesuatu yang hina dengan dirinya. Aku keluar dengan gontai. Aku tergoda untuk mengatakan yang sesungguhnya terjadi. Bahwa aku sekadar menelanjanginya sedemikian rupa. Bahwa aku tidak... "Kenapa kaulakukan ini?" dia menatapku tajam, berdiri di ambang pintu. "Maafkan aku…" suaraku seperti tercekik. "Tapi kau tak perlu khawatir…" Plak! Perihnya tepat di jantungku! Kubiarkan dia menampar penuh nafsu membunuh. "Aku tak perlu khawatir? Kenapa? Kau mau bertanggung jawab?! Kaupikir aku memerlukan tanggung jawabmu?! Najis sekali kamu!" semburnya. Dia mulai beranjak, merenggut tasnya dengan kasar dari kursi. Aku segera mengejarnya. "Tunggu! Ini buku yang kauperlukan." Dia melempar buku itu ke depan mukaku. "Persetan dengan buku itu! Kamu tidak akan mendapatkan apapun memperlakukan aku begini! Tidak akan!" Debu yang kemudian dia tinggalkan seperti mengejekku. Pengecut! Puaskah aku meneror mentalnya? Inikah yang kulakukan untuk sebuah permintaan dari seorang kekasih? Inikah ukuran cintaku? Sungguh begitu berbeda dengan dua hari lalu! *** Aku sudah lama menyukai Nia. Tetapi dia begitu sulit kutaklukkan. Bukan karena sifat kerasnya. Dia bersikap manis pada siapa saja, juga padaku. Dia pandai mempermainkan hati lelaki, hatiku. Setiapkali aku merayunya dia maju mundur. Aku tahu sainganku banyak, sebab hampir setiap yang menyukainya diberinya harapan segunung. Saat akhirnya Nia memilihku dia mengajukan syarat yang aneh! "Aku mau menjadi kekasihmu, dengan syarat, kau harus melakukan sesuatu. Kalau kau tak sanggup, lebih baik kita tak usah!" Saat itu aku melihat Nia bukan sebagai yang kukenal. Raut wajahnya yang polos dan ramah selama ini berganti dingin dan seperti menyiratkan kekejaman. "Katakan syarat itu!" Dia menghela nafas sebentar, lantas mengarahkan matanya pada suatu tempat yang aku tak tahu. "Kau harus memperkosa Zila!" tangannya terangkat saat aku hendak bertanya dengan kaget. "Jangan tanya kenapa aku menyuruhmu melakukan ini. Kau seorang lelaki. Apalah susahnya memperkosa? Kau harus melakukannya untukku!" suaranya seolah datang dari tebing dalam. "Kenapa harus Zila?" "Aku membencinya!" dengusnya. Aku tak percaya Nia bisa seperti ini. Bukan hanya kejam, tapi ... sakit! Tapi aku mencintainya. Tak sanggup kutolak permintaannya. "Jangan mencoba membohongiku. Aku pasti tahu kau melakukan atau tidak," dia membuka tasnya, hendak mengeluarkan sesuatu. "Aku akan melakukannya. Aku mencintaimu." Sebungkus obat perangsang disodorkannya. Aku menerimanya dengan pikiran penuh rencana: Aku tak akan melakukan seperti yang dia minta! Tidak sulit mengundang Zila ke tempatku. Gadis itu kukenal baik. Meskipun sifatnya keras tapi dia gadis yang sportif. Kekerasannya itulah yang membuat Haris tak gampang mendapatkannya. Sudah lama Haris mengejarnya. Zila memang ramah dan baik, tapi dia sangat menjaga jarak untuk hal-hal yang bukan pertemanan. Haris bukan satu-satunya orang yang mengejarnya. Ada banyak nama, tetapi Harislah yang merupakan rahasia umum di kampus kami. Zila hendak meminjam buku untuk referensi makalahnya. Dia tak keberatan ke rumah kontrakanku. Aku sudah menyusun rencana dengan matang. Aku hanya bermaksud membuat seolah aku memperkosanya. Aku memindahkan tubuhnya yang pingsan karena obat bius ke ranjangku. Aku tak sanggup mencampur minumannya dengan obat perangsang dari Nia. Aku tak mungkin memperkosa Zila! Entah alasan kebencian seperti apa yang membuat Nia bermaksud kejam terhadap Zila. Saat aku membuka pakaian Zila muncullah pikiran betapa aku diperbudak Nia. Inikah cinta? Mau melakukan apa saja sekalipun nista? Keesokan harinya, dengan sikap tenang Zila tetap masuk kuliah. Justru akulah yang seperti kalah. Akulah yang seolah-olah hina. Tatapan matanya menyiratkan kebencian yang tak tertakar. Aku merasa semakin kalah saat kulihat tak sedikitpun dia menjadi murung dan rapuh. Hanya keresahan sedikit terpancar. Cuma satu hal yang berbeda dari kesehariannya. Dia menjadi lebih pendiam dan sama sekali tidak ceria. Tetapi dia tidak murung! "Kau sudah melakukannya," itu bukan pertanyaan. Aku hanya sanggup mengangguk saat Nia duduk di dekatku. "Bagaimana perasaanmu?" tanyanya. Aku menjadi muak padanya, pada cinta. Persetan! Aku tiba-tiba tak merasa perlu jadi kekasihnya. "Sebaiknya aku membatalkan tawaranku, Nia. Kita tidak cocok sebagai kekasih. Kau bebas," aku beranjak. Kupikir dia akan memanggilku, menyusulku dan bertanya dengan heran kenapa aku begitu. Dia tak mengejarku, tak memanggil namaku. Dia tetap di tempatnya. Cintakah dia padaku? Apakah namanya kalau bukan diperalat? Nia hanya menggunakan aku untuk menghancurkan Zila! Dia tidak mencintaiku. Syarat itu cuma omong kosong! Dia justru mencintai Haris! Haris yang membuatnya membenci Zila sedemikian rupa! Dan Nia tahu bagaimana menggunakan aku yang telah lama mengejarnya. Aku hanya anjing pesuruhnya! Harislah yang membuka semua ini, hingga menjadi penjelasan yang amat memukulku. Meskipun Haris dapat mempercayai penjelasanku, tidak mudah mengatakannya pada Zila. Sejak peristiwa itu Zila sangat membatasi perbincangannya dengan semua lelaki. Juga terhadap Haris. Siapakah yang dapat melegakan kesesakanku ini? Aku justru ingin memperkosa Nia! *** Aku merasa najis setiap melihat tubuhku sendiri. Betapa tak terduganya! Dalam khayalku yang paling liar sekalipun tidak pernah terlintas, berbaring di ranjang Bayu, dalam keadaan telanjang dan... diperkosa! Sungguh! Yang selalu kubayangkan justru dia menggendongku dengan wajah begitu dekat, dengan tatapan seindah surga, membaringkan aku pada ranjang suci dan menikmati kemesraan atas restu Tuhan. Bukan dalam keadaan jahanam itu! Mengapa harus Bayu yang melakukannya? Mengapa aku? Aku tak ingin seorangpun tahu aku meratap! Tidak. Juga Bayu! Dia bajingan yang tak mampu kulupakan. Cinta ini menjadi kepedihan yang tak akan pernah selesai. Aku tak akan pernah menuntut tanggung jawab! Aku tak peduli dengan benih yang akan tumbuh seperti apapun! "Selaputmu belum robek, sepertinya kamu baik-balk saja," begitulah yang dikatakan dokter. Tetapi dia hanya dokter. Bukan dia yang diperkosa. Tidak mungkin Bayu tidak melakukan apapun atas diriku setelah membuatku polos sedemikian rupa. Hanya kucing gila yang membiarkan seonggok dendeng berlalu dari hadapannya! *** "Kenapa kaulakukan ini, Haris?" tangis Nia. Haris hanya memandanginya dengan rupa jijik. Segumpal asap disemburkannya dengan acuh. "Bukankah kau mencintaiku?" "Tapi kau tak perlu memperkosaku!" protes Nia kacau. "Apa bedanya? Kau memperkosa Zila melalui Bayu. Bayu melakukannya untuk cintanya padamu. Dan aku? Aku mencintai Zila! Aku melakukannya untuk cintaku pada Zila!" "Tidak mungkin Zila memintamu melakukan ini!" "Apa bedanya untukmu? Kau harus mengalami apa yang dirasakan Zila!" Nia terpekur menatap lantai. Inikah akhirnya? Cinta.menjadi begitu keparat!
Demikianlah Info postingan berita Cerpen UNTUK SEBUAH CINTA
terbaru yang sangat heboh ini Cerpen UNTUK SEBUAH CINTA, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian info artikel kali ini.
Anda sedang membaca posting tentang Cerpen UNTUK SEBUAH CINTA dan berita ini url permalinknya adalah https://indodongeng.blogspot.com/2016/11/cerpen-untuk-sebuah-cinta.html Semoga info lowongan ini bisa bermanfaat.