BOM TAK AKAN PERNAH MELEDAK

BOM TAK AKAN PERNAH MELEDAK - Hallo semuanya Pembaca Berita, Pada postingan berita kali ini yang berjudul BOM TAK AKAN PERNAH MELEDAK, telah di posting di blog ini dengan lengkap dari awal lagi sampai akhir. mudah-mudahan berita ini dapat membantu anda semuanya. Baiklah, ini dia berita terbaru nya.

Judul Posting : BOM TAK AKAN PERNAH MELEDAK
Link : BOM TAK AKAN PERNAH MELEDAK
Cerpen Eddi Koben

"Hallo, dengan siapa saya bicara?"
Pertanyaan di telepon itu terdengar agak bodoh dengan suaranya yang agak serak.
"Hallo, saya resepsionis. Ada yang bisa saya bantu?" Dengan suaranya yang lembut resepsionis itu menjawab.
"Sedang ada acara apa di hotel ini?" Suara di seberang sana terdengar tenang dan masih agak serak.
"Mmm... Sedang ada rapat para pengusaha. Anda siapa?" Resepsionis itu berusaha menyelidik dengan suara yang lembut dan sikap yang masih tenang.
"Oo, anda tak perlu tahu siapa saya. Yang perlu anda tahu dan sangat perlu anda ketahui bahwa saya telah meletakkan dua buah bom yang siap meledak di dua kamar hotel ini." Klik! Tiba-tiba sambungan telepon itu terputus.
"Hallo! Hallo! Hallo!?" Kontan saja resepsionis itu panik. Segera dia beringsut dari tempat duduknya dan berlari menuju halaman hotel sambil berteriak-teriak.
"Ada bom...! Ada bom...!" Teriaknya. Sesama pegawai yang ditemuainya diajaknya ke luar.
"Ayo cepat keluar, ada bom!"
Dengan sekejap suasana berubah menjadi kacau.
Para pegawai wanita banyak yang menjerit-jerit. Para tamu yang sedang duduk-duduk di lobi tak kalah panik dan ikut berlari ke luar. Seorang satpam nampak terkejut. Dia bangkit dari tempat duduknya sambil membetulkan letak topinya yang tidak karuan karena kepalanya tadi tersandar di dinding sambil mengantuk. Tongkat hitam yang dipegangnya diacung-acungkannya.

"Ada apa ini, ada apa?" Dia tampak bingung dan salah tingkah.
"Ada bom!" Seseorang menjawab sambil lalu. Orang-orang semakin ribut, berebut menuju pintu exit.
"Pencet tombol alarm, cepat!" Seorang pegawai pria menyuruh temannya memencet tombol alarm yang letaknya tak jauh dari temannya itu. Yang disuruh segera berlari ke tempat tombol yang menempel di dinding dekat meja resepsionis itu. Lalu, terdengarlah jerit alarm meraung-raung. Keadaan semakin kacau tak karuan. Suasana menjadi semakin gaduh dengan teriakan-teriakan yang sudah tak jelas kedengarannya. Para penghuni hotel berhamburan, berlari menuju halaman hotel. Tak peduli benda-benda yang menghalanginya, ditabraknya. Kursi ditabrak, tong sampah ditendang. Orang yang larinya agak lambat didorong oleh yang lainnya yang berlari di belakangnya. Ada yang berlari terhuyung-huyung. Ada yang jatuh, kemudian bangkit lagi, lalu lari lagi. Sementara itu, di satu ruangan yang letaknya agak jauh dari lobi, sedang terjadi perdebatan seru. Para pengusaha sedang rapat untuk menentukan pemegang tender suatu proyek besar. Rapat yang masih berlangsung otomatis terhenti mendengar bunyi alarm itu. Para peserta rapat mulai agak panik. Satu dengan yang lainnya saling bertanya.
"Ada apa? Ada apa ini?" Tak ada yang menyahut. Bunyi alarm masih meraung-raung. Pimpinan rapat berseru,
"Saudara-saudara, sebaiknya kita ke luar saja, ayo!" Para peserta rapat segera keluar dari ruangan itu dengan tergesa-gesa. Ada yang berlari sambil melap keringat yang mengucur di dahinya yang lebar, ada pula yang berusaha bersikap agak tenang.

"Tenang saja, Pak! Kalau kita panik, nanti kita bisa celaka." Katanya kepada rekannya yang terlihat ketakutan. Yang diajak bicara mencoba menenangkan dirinya. Langkahnya diperlambat dan disejajarkan dengan rekannya itu.

Di luar sana tampak orang-orang bergerombol. Wajah-wajahnya masih menampakkan kepanikan. Sebagian dari mereka berusaha menjauhi halaman hotel. Khawatir kalau-kalau ada bom yang meledak di halaman hotel. Mereka meyeret langkahnya ke jalan raya di depan hotel itu. Mereka berdiri bergerombol agak ke tengah jalan. Kendaraan-kendaraan yang melintasi jalan itu memperlambat lajunya. Mungkin pengendara atau penumpangnya bertanya-tanya, ada apa yang terjadi di luar sana? Situasi di jalan itu berubah menjadi macet. Antrean kendaraan sudah memanjang. Bunyi klakson dari kendaraan-kendaraan itu terdengar bersahutan, menambah suasana semakin hiruk- pikuk. Orang-orang masih bergerombol membiarkan tubuhnya dibakar teriknya matahari. Rupanya seluruh penghuni hotel sudah berada di luar. Tampak di dekat tangga pintu masuk hotel, seorang lelaki perlente berkacamata dengan kemeja berdasi, berdiri dengan tenang. Dia adalah pimpinan hotel itu. Wanita cantik resepsionis tadi datang menghampirinya. Sejenak mereka terlibat pembicaraan serius. Tak lama kemudian lelaki itu mengeluarkan Handphone dari saku bajunya. Jari tangannya terlihat begitu lincah memijit tuts-tuts di HP itu. Segera didekatkannya HP itu ke telinganya.

"Hallo, polisi?"
"Ya, hallo, kepolisian di sini. Ada yang bisa kami bantu?" Terdengar jawaban di seberang sana dengan nada yang tegas. Rupanya pimpinan hotel itu menghubungi kepolisian untuk meminta bantuan pasukan penjinak bom. Hal ini biasa dilakukan oleh siapa saja yang mendapat ancaman bom dan sejenisnya. Selang kira-kira dua puluh menit kemudian, polisi datang membawa tim penjinak bom. Setelah mendengar komando, mereka langsung menyebar mencari bom di sekitar hotel. Semua ruangan diperiksa satu per satu. Pencarian dipusatkan di kamar-kamar sesuai informasi dari resepsionis. Dengan sigap dan teliti mereka memeriksa seluruh penjuru hotel. Segala sesuatu yang dicurigai sebagai bom segera diperiksanya. Sudah satu jam tim penjinak bom itu mencari benda yang dimaksud. Namun belum juga ditemukan. Sementara di luar sana orang-orang tampak cemas. Rupanya mereka khawatir bom akan meledak sebelum ditemukan. Mereka masih menanti dengan cemas. Tampak dari dalam hotel seorang anggota tim berlari-lari ke luar diikuti oleh beberapa anggota lainnya. Segera dia menghampiri komandannya yang sedang bercakap-cakap dengan resepsionis dan pimpinan hotel itu.
"Lapor, Pak, di dalam tak ada bom!"
"Kamu yakin?" "Yakin, Pak. Semua tempat sudah kami sisir. Tak ada tanda-tanda bom di sekitar sini, Pak!" Jawabnya dengan tegas dan meyakinkan.
"Baik, laporan diterima, siapkan pasukan untuk kembali ke markas!"
"Siap! Perintah saya laksanakan." Dia berbalik dan segera mengumpulkan anggota lainnya. Sementara itu sang komandan segera mengambil megaphone, lalu berbicara di hadapan orang-orang.
"Saudara-saudara, kami telah melakukan penyisiran ke seluruh penjuru hotel ini. Tidak ditemukan bom. Saudara-saudara tidak perlu khawatir. Kami pastikan hotel ini aman. Kami menjamin tak akan ada ledakan bom. Sekarang saudara-saudara boleh masuk kembali. Sekali lagi kami tegaskan, hotel ini bebas dari bom!" Setelah mendengar penhelasan itu, orang-orang merasa lega. Lalu dengan tertib mereka masuk kembali ke dalam hotel. Namun, tak sedikit di antara mereka yang mendumel, memaki-maki. Entah siapa yang dimaki-maki.
Satu hari, dua hari, tiga hari, hingga seminggu setelah kejadian itu, keadaan hotel aman kembali. Aktifitas berjalan sebagaimana mestinya. Wanita cantik resepsionis itu kembali sibuk dengan pekerjaannya. Sibuk melayani tamu yang check in dan check out. Di lobi hotel tampak beberapa orang sedang asyik berbincang sambil menikmati kopi dan makanan kecil yang tersuguh di meja. Terlihat suasana santai dan akrab di antara mereka. Entah apa yang mereka perbincangkan.
"Kriiing...!" Tiba-tiba telepon di meja resepsionis itu berdering. Diangkatnya gagang telepon itu.
"Hallo, selamat siang!"
"Selamat siang! Anda masih ingat suara saya?" Resepsionis itu terkejut.
"Anda... anda..."
"Ya, saya!" Suara itu, ya, suara itu masih melekat dalam ingatan resepsionis itu. Suara serak itu tak mungkin lepas begitu saja dari ingatannya. Dia tampak kaget, wajahnya pucat. Sejenak dia terdiam, mulutnya terkatup. Tak lama kemudian, dia bisa menguasai dirinya kembali.
"Apa yang anda inginkan?" Tanyanya.
"Oo, tentang itu. Memang, memang minggu lalu saya tak berhasil meledakkan bom itu. Tapi kali ini, saya pasti berhasil."
"Anda memasang bom lagi?"
"Tepat! Dan beberapa menit lagi akan meledak."
"Braakk!" Tiba-tiba resepsionis itu membanting telepon dan segera berlari menuju halaman hotel. Tingkah lakunya persis seperti yang dilakukannya seminggu yang lalu. Keadaan pun berubah menjadi kacau-balau. Suasana hotel persis seperti minggu yang lalu. Tim penjinak bom dikerahkan. Dan hasilnya...? Seperti minggu yang lalu juga. Tak ada bom yang tersimpan di hotel itu. Keadaan kembali normal. Aktifitas kembali seperti sedia kala. Pimpinan hotel merasa dipermainkan dengan keadaan seperti ini. Di ruang kerjanya dia berbicara dengan wanita cantik resepsionis itu.
"Ah, sudahlah! Jangan kau hiraukan lagi bila penelepon gelap itu mengancam kita lagi. Dia hanya mengintimidasi kita saja. Dia hanya ingin merusak suasana." Pimpinan hotel itu berbicara dengan gusar. Dia sangat kesal dengan kejadian yang menimpa hotel yang dipimpinnya itu.
"Tapi, Pak, bagaimana jika nanti dia mengancam kita lagi? Saya khawatir ancaman itu akan terbukti." Resepsionis itu menyela.
"Ah, tidak mungkin. Sudah biarkan saja!" Jawabnya masih dengan nada gusar.
"Sekarang kamu kembali saja bekerja. Di hotel ini tak akan ada bom. Kalaupun ada, bom itu tak akan pernah meledak!" lanjutnya seraya meneguk teh di cangkir yang terletak di meja kerjanya.
"Baik, Pak. Kalau begitu, saya permisi."
"Ya, silakan!" Beberapa hari keadaan hotel aman-aman saja. Aktifitas kembali berjalan lancar. Dan semuanya tampak larut dengan kesibukannya masing-masing. Dan suatu hari, kembali telepon di meja resepsionis itu berdering. Segera diangkatnya. Dan suara serak itu kembali terdengar di telepon itu.
"Sudahlah, kami sudah tidak takut dengan ancaman anda. Anda hanya mempermainkan kami saja. Ancaman anda sudah dua kali, dan ternyata tidak terbukti. Selamat siang!" Telepon itu ditutupnya tanpa memberi kesempatan pada penelepon gelap itu untuk berbicara. Resepsionis itu kembali bekerja dengan tenang. Tak ada lagi yang dikhawatirkannya. Seperti biasa, tamu-tamu hilir mudik keluar masuk hotel.
Tampak dari luar hotel megah itu berdiri dengan kokoh. Hotel itu berdiri angkuh tak bergeming. Keadaan tampak aman dengan segala aktifitas di dalamnya. Semua tampak baik-baik saja. Namun tiba-tiba... "Doarrr!" Suara ledakan terdengar keras sekali.


Demikianlah Info postingan berita BOM TAK AKAN PERNAH MELEDAK

terbaru yang sangat heboh ini BOM TAK AKAN PERNAH MELEDAK, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian info artikel kali ini.

Anda sedang membaca posting tentang BOM TAK AKAN PERNAH MELEDAK dan berita ini url permalinknya adalah https://indodongeng.blogspot.com/2010/05/bom-tak-akan-pernah-meledak.html Semoga info lowongan ini bisa bermanfaat.

Subscribe to receive free email updates: