Matahari Kecil

Matahari Kecil - Hallo semuanya Pembaca Berita, Pada postingan berita kali ini yang berjudul Matahari Kecil, telah di posting di blog ini dengan lengkap dari awal lagi sampai akhir. mudah-mudahan berita ini dapat membantu anda semuanya. Baiklah, ini dia berita terbaru nya.

Judul Posting : Matahari Kecil
Link : Matahari Kecil
ABU Fahd kembali pulang ke rumah. Berjalan perlahan, melenggang enteng, melewati gang sempit, diterangi cahaya kekuning-kuningan dari lampu yang berpendar. Karena kesunyian yang merajalela di sekeliling mengimpit, kemudian dia mulai bernyanyi dengan suara lembut, "Merana aku, di negeri ini!"
Saat itu hampir tengah malam. Kegembiraan Abu Fahd bangkit, meluap-luap, dia sudah meminum tiga gelas arak. Kembali dia tertawa dalam mabuknya: "Merana Aku, di negeri ini!"
Dia sadar suara seraknya terdengar merdu, dan memuji dirinya sendiri dengan suara keras: "Suaraku sangat merdu."
Dia membayangkan orang-orang terkesima melambaikan tangan padanya, bersorak-sorai dan bertepuk tangan. Dia tertawa panjang, kemudian menggeser pecinya. Dia kembali bernyanyi dengan riang:
"Merana Aku, di negeri ini!"
Pakaiannya pantolan abu-abu yang longgar dan memakai sabuk kuning tua yang melingkar di pinggangnya. Sesampai di bawah lengkung jembatan, tempat kegelapan mengalahkan cahaya, dia dikejutkan oleh domba hitam yang menghadap ke dinding. Dia membuka mulutnya karena terkejut dan berkata pada dirinya sendiri: "Aku tidak mabuk. Lihat baik-baik, teman, apa yang kamu lihat? Ini seekor domba. Dimana pemiliknya?"
Dia melihat ke sekeliling tapi tak menemukan siapa pun-lorong sepenuhnya sepi. Kemudian, dia kembali menatap domba, berkata pada dirinya sendiri: "Apakah aku mabuk?"
Dia tertawa pelan dan berkata sendiri: "Allah Maha Pemurah, Dia tahu bahwa Abu Fahd dan Umi Fahd belum makan daging selama seminggu." Abu Fahd mendekati domba itu dan mencoba memaksanya untuk berjalan dengan mendorongnya, tetapi domba itu tetap diam. Abu Fahd memegang kedua tanduknya yang kecil dan menyentaknya, tetapi domba tetap saja berdiri menghadap dinding. Abu Fahd memandangnya dengan ramah, kemudian berkata:
"Aku akan membawamu pergi, ibumu dan bapakmu juga."
Abu Fahd mengangkat domba itu dan memanggulnya, keempat kakinya digenggamnya erat-erat, kemudian dia menemukan perjalanannya sambil bernyanyi, kegembiraan makan besar.
Tak lama kemudian dia berhenti bernyanyi, sadar domba itu membesar dan makin berat. Mendadak dia mendengar suara: "Lepaskan Aku."
Dahi Abu fahd berkerut dan berkata pada dirinya: "Mungkin Allah mengutuk pemabuk." Setelah beberapa saat dia mendengar lagi suara yang sama: "Lepaskan Aku, Aku bukan domba."
Abu Fahd gemetar dan teror itu memaksanya untuk memegang domba lebih erat. Dia tiba di sebuah halte dan kembali mendengar suara: "Aku anak Raja jin. Tinggalkan Aku dan akan kuberikan kamu apapun yang kamu minta."
Abu Fahd tidak kembali tetapi melanjutkan perjalanannya dengan langkah terburu-buru.
"Akan kuberikan kamu tujuh guci yang dipenuhi emas."
Abu Fahd membayangkan dirinya mendengar denting cincin-cincin emas berjatuhan dari tempat didekatnya berdiri dan membentur tanah.
Domba itu lolos dari pegangannya, dan dia kembali ke tempat tadi seraya berucap: "Ayo kita tangkap mereka."
Dia menemukan dirinya sendirian di lorong panjang yang sempit. Dia tak menemukan domba itu dan terpaku ngeri pada noda yang menerornya, kemudian dengan tergesa-gesa melanjutkan perjalanannya. Saat tiba di rumah dia bangunkan istrinya Umi Fahd dan menceritakan semua yang dialaminya.
"Tidurlah, kamu mabuk," ujar istrinya.
"Aku hanya minum tiga gelas."
"Satu gelas pun kamu pasti mabuk."
Abu merasa dihina, maka cepat dia menjawab: "Aku tidak akan mabuk walau harus minum segalon arak."
Umi Fahd tak lagi mengucapkan sepatah kata pun, dan teringat kenangan masa kecilnya yang mendengar tentang jin beserta kebiasaannya.
Abu Fahd menanggalkan pakaiannya, mematikan lampu, dan berbaring di samping istrinya, menarik selimut hingga ke dagunya.
Mendadak Umi Fahd berkata: "Mestinya kamu tidak melepaskannya sampai dia memberikanmu emas." Abu Fahd tidak menjawab dan Umi Fahd melanjutkan dengan bersemangat, "Pergilah besok, tangkap dan jangan lepaskan."
Abu Fahd kelelahan, menguap.
"Tapi bagaimana aku bisa menemukannya lagi?" tanyanya jemu.
"Tentu saja kamu akan temukan lagi di bawah jembatan. Bawa ke rumah dan kita akan melepaskannya sampai dia mau menyerahkan kita uang."
"Aku takkan bisa menemukannya lagi."
"Di siang hati, Jin tinggal di bawah tanah. Saat malam mereka keluyuran di permukaan bumi dan bermain-main hingga fajar tiba. Jika mereka datang dari tempat yang disukainya, dia pasti terus-menerus kembali ke situ. Kamu pasti akan menemukan domba itu di bawah jembatan."
Abu Fahd meletakkan tangannya di dada istrinya, dan merayap di antara payudaranya, tempat tangannya berdiam.
"Kita akan kaya," ujar Abu Fahd.
"Kita akan beli sebuah rumah."
"Rumah dengan taman indah."
"Dan kita akan beli radio."
"Radio yang besar."
"Juga mesin cuci."
"Sebuah mesin cuci."
"Kita tak lagi makan gandum cacat."
"Kita akan makan roti putih."
Umi Fahd tertawa seperti anak kecil, ketika Abu Fahd melanjutkan "Akan kubelikan kamu sebuah baju merah."
"Hanya sebuah baju?" bisik Umi Fahd dengan nada mencela. "Akan kubelikan kamu seratus baju."
Abu Fahd terdiam beberapa saat, kemudian bertanya "Kapan kamu melahirkan?"
"Dalam tiga bulan?"
"Pasti laki-laki"
"Dia tidak akan menderita seperti kita."
"Dia tidak akan kelaparan."
"Pakaiannya bagus-bagus dan bersih."
"Dia tak perlu lagi mencari pekerjaan."
"Dia akan bersekolah."
"Pemilik kos tak akan memintanya untuk menyewa."
"Dia akan menjadi dokter ketika dewasa."
"Aku ingin dia menjadi pengacara."
"Kita tanyakan saja padanya: Kamu mau jadi pengacara atau dokter?"
Umi Fahd memeluk Abu Fahd dengan lembut dan bertanya dengan cerdik "Kamu tidak akan menikah lagi?"
"Untuk apa aku menikah lagi? Kamu, perempuan terbaik di bumi."
Mereka tergelincir dalam kesenyapan, terbenam dalam kemenangan, keheningan yang membahagiakan.
Namun kemudian Abu Fahd mengenyahkan selimut dari tubuhnya dengan gerakan tiba-tiba.
"Ada apa?" tanya Umi Fahd
"Aku pergi sekarang."
"Ke mana?"
"Aku mau menangkap domba itu."
"Tunggulah sampai besok malam. Sekarang tidurlah."
Tergopoh-gopoh meninggalkan tempat tidur, menyalakan lampu yang tergantung di
langit-langit rumah, dan mulai berpakaian.
"Mungkin kamu takkan menemukannya."
"Pasti kutemukan."
"Hati-hati, jangan sampai lepas lagi," ujar Umi Fahd seraya membantu suaminya
mengikat sabuk kuning di pinggang suaminya.
Abu Fahd merasa sedang berjudi dengan banyak resiko. Dia mungkin butuh goloknya, sebuah golok berukiran dan bersinar kehitam-hitaman.
Meninggalkan rumah dan bergegas pergi ke bawah jembatan, dia kecewa tak menemukan domba itu. Lorong kosong melompong, jendela-jendela rumah di sepanjang sisi lorong telah tertutup, lampu-lampu sudah dipadamkan.
Abu Fahd berdiri menunggu, tak bergerak, menyandarkan punggungnya di dinding. Tak Iama kemudian terdengar olehnya suara gaduh mendekat dan segera muncul lelaki mabuk yang terkejut dan menabrak dinding lorong, dia teriak dengan suara tersengal: "Hei, Aku laki-laki."
Setelah dekat dengan Abu Fahd, lelaki itu berhenti dan terbelalak terkejut. "Apa yang kamu lakukan di sini?" ucapnya saat tersandung, suara sedang.
"Pergilah."
Lelaki pemabuk mengerutkan keningnya, kemudian wajahnya berseri gembira
"Demi Allah, Aku juga mencintai perempuan. Apakah kamu menunggu suami tertidur dan berharap istrinya membuka pintu untukmu?"
Abu Fahd terganggu; dia jengkel dengan lelaki mabuk itu yang berkata lagi "Apakah perempuan itu cantik?"
"Perempuan mana?" jawab Abu Fahd gusar.
"Perempuan yang kamu tunggu."
"Pergilah dari sini."
"Aku bisa menjadi temanmu."
Abu Fahd marah, dia takut domba tak mau menampahkan diri karena kehadiran lelaki pemabuk ini.
"Pergilah atau kupecahkan kepalamu," bentak Abu Fahd.
Lelaki mabuk bersendawa. "Apa katamu?" jawabnya terkejut. "Kamu pikir siapa dirimu?" Lelaki mabuk itu diam sesaat, kemudian menambahkan: "Kemari dan pecahkan kepalaku. Ayo, kemari."
"Pergilah jauh-jauh dan tinggalkan Aku," ujar Abu Fahd. "Aku tak ingin menghancurkan kepalamu."
"Tidak, tidak," balas lelaki mabuk marah. "Kemarilah dan pecahkan kepalaku." Dia mundur dengan tenang dan berkata dengan suara senang, "Akan kuputar kamu dalam alat penyaring."
Lelaki mabuk itu memasukkan tangannya ke dalam kantong jubahnya dan mengeluarkan pedang panjang. Segera Abu Fahd meletakkan tangan pada sabuknya, dan menghunus goloknya, ketika pemabuk itu mendekatinya dengan hati-hati tapi cepat. Abu Fahd mengangkat goloknya tinggi-tinggi dan menurunkannya, ketika lelaki mabuk itu bergerak ke kini dengan tiba-tiba sedemikian tangkas sehingga golok tidak menyentuhnya, kemudian menusukkan pedangnya ke dada Abu Fahd, dan teriak: "Terima itu!"
Sambil menarik pedangnya dari tubuh Abu, lelaki mabuk itu mundur. Abu bersandar ke dinding berlumpur dan mengangkat kembali goloknya pada kesempatan kedua, tetapi pedang tajam lelaki mabuk sekali lagi menghujam di dadanya. Ayunan ketiga mengenai bahu kanannya, lengan kanannya pun lunglai dan jejemarinya melepas goloknya, yang jatuh ke tanah.
Berjingkrak mengelilinginya, lelaki pemabuk teriak: "Terimalah ini...dan ini..."
Lelaki itu menikam Abu Fahd di pinggangnya. Abu merintih dan lututnya sudah melemah. Dia berusaha untuk tetap berdiri mantap di kakinya, tetapi pedang panjang kembali terayun kepadanya, mengenai tubuhnya dan merobek tanpa henti.
"Terimalah itu," teriak lelaki mabuk.
Dia menikam Abu Fahd di perut dan mengeluarkan isi perutnya. Tangan Abu Fahd menekan perutnya: isi perutnya panas, basah dan berdenyut. Dia memasukkan kembali dan jatuh. Dia menelentangkan diri, ketika lelaki mabuk, yang duduk di sampingnya, batuk-batuk, muntah, kemudian melarikan diri.
Abu Fahd mendengar domba berkata padanya: "Tujuh guci emas."
Banyak emas berjatuhan, bersinar seperti matahari kecil. Kemudian suara itu mulai menjauh, dan semakin jauh.


Demikianlah Info postingan berita Matahari Kecil

terbaru yang sangat heboh ini Matahari Kecil, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian info artikel kali ini.

Anda sedang membaca posting tentang Matahari Kecil dan berita ini url permalinknya adalah https://indodongeng.blogspot.com/2010/07/matahari-kecil.html Semoga info lowongan ini bisa bermanfaat.

Subscribe to receive free email updates: